Cadangan devisa tergerus sepanjang Oktober



JAKARTA. Performa penguatan rupiah belakangan menggerus cadangan devisa, meski penurunan cadangan devisa tak terlalu besar ketimbang bulan sebelumnya.

Catatan BI menyebut, cadangan devisa Oktober mencapai US$ 100,7 miliar, turun US$ 1 miliar dari September yang di posisi US$ 101,7 miliar. Ini lebih mungil ketimbang penurunan yang terjadi di September sebesar US$ 3,6 miliar dari posisi Agustus.

"Turunnya cadangan devisa akibat kenaikan pembayaran utang luar negeri pemerintah serta stabilisasi rupiah," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara, Jumat (6/11).


Posisi cadangan devisa per akhir Oktober ini cukup membiayai 7,1 bulan impor atau 6,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Berdasar kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), nilai tukar rupiah terhadap dollar AS cenderung menguat di Oktober 2015 yakni hingga 6,9%. Jika 1 Oktober, rupiah di level Rp 14.654 per dollar AS, di akhir Oktober kurs menjadi Rp 13.639 per dollar AS.

Meski rupiah membaik, Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, arus dana asing yang masuk sejak Januari hingga Oktober masih rendah. Pada periode tersebut arus dana asing yang masuk hanya Rp 33 triliun. Padahal periode yang sama tahun lalu mencapai Rp 180 triliun.

Ekonom BII Juniman bilang, penurunan cadangan devisa Oktober lebih rendah dari bulan-bulan sebelumnya lantaran penguatan rupiah. Penguatan rupiah membuat upaya intervensi BI lebih sedikit. Selain itu, permintaan dollar swasta juga tak terlalu banyak.

"Ini dampak pelemahan dollar akibat ditundanya kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika," kata dia.

Hanya, BI harus mewaspadai fluktuasi rupiah jelang Federal Open Market Committee (FOMC) Desember 2015. Apalagi, data non farm payroll AS Oktober naik, jauh di atas ekspektasi.

Kebutuhan dollar akhir tahun juga naik karena pembayaran utang luar negeri termasuk bunga serta dividen.

Juniman memprediksi rupiah bisa di kisaran Rp 14.000-Rp 14.500 per dollar AS. Ekonom Bank Permata Josua Pardede menambahkan, walau rupiah membaik di Oktober 2015, BI tetap harus masuk ke pasar karena masih ada tekanan net sell senilai US$ 300 juta. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia