JAKARTA. Cadangan devisa Indonesia kian menipis. Pada 7 Oktober 2008 lalu, cadangan devisa masih bertengger di posisi US$ 56,6 miliar. Sepekan kemudian, persisnya 15 Oktober 2008, tabungan devisa semakin kempis dan tersisa US$ 52,4 miliar. Ini berarti, hanya dalam sepekan cadangan devisa terkuras US$ 4,1 miliar atau sekitar Rp 41 triliun (dengan kurs Rp 10.000 per US$). Kemorosotan tabungan devisa ini terjadi di saat pasar keuangan Indonesia tengah menukik tajam.Ekonom PT Bank Central Asia (BCA) Tbk David Sumual memperkirakan, penyebab utama devisa terkuras adalah intervensi yang dilakukan BI untuk menjaga rupiah. "Kurs rupiah melemah karena dana jangka pendek milik asing atau hot money terus keluar dari surat berharga Indonesia," ujarnya, kemarin (26/10).Kepemilikan asing di Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Utang Negara (SUN) memang terus menyusut. Per 22 Oktober 2008, duit asing di SUN tinggal Rp 96,62 triliun. Jumlah ini turun Rp 8,87 triliun dari posisi akhir September lalu yang sebesar Rp 105,49 triliun.
Cadangan Devisa Terkuras US$ 4,1 Miliar
JAKARTA. Cadangan devisa Indonesia kian menipis. Pada 7 Oktober 2008 lalu, cadangan devisa masih bertengger di posisi US$ 56,6 miliar. Sepekan kemudian, persisnya 15 Oktober 2008, tabungan devisa semakin kempis dan tersisa US$ 52,4 miliar. Ini berarti, hanya dalam sepekan cadangan devisa terkuras US$ 4,1 miliar atau sekitar Rp 41 triliun (dengan kurs Rp 10.000 per US$). Kemorosotan tabungan devisa ini terjadi di saat pasar keuangan Indonesia tengah menukik tajam.Ekonom PT Bank Central Asia (BCA) Tbk David Sumual memperkirakan, penyebab utama devisa terkuras adalah intervensi yang dilakukan BI untuk menjaga rupiah. "Kurs rupiah melemah karena dana jangka pendek milik asing atau hot money terus keluar dari surat berharga Indonesia," ujarnya, kemarin (26/10).Kepemilikan asing di Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Surat Utang Negara (SUN) memang terus menyusut. Per 22 Oktober 2008, duit asing di SUN tinggal Rp 96,62 triliun. Jumlah ini turun Rp 8,87 triliun dari posisi akhir September lalu yang sebesar Rp 105,49 triliun.