Cadangan Devisa Terus Melorot



JAKARTA. Cadangan devisa Indonesia melorot cukup drastis dalam dua pekan terakhir. Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan posisi cadangan devisa Indonesia per 15 Agustus 2008 sebesar US$ 57,97 miliar. Padahal per 31 Juli 2008 lalu, cadangan devisa masih sebanyak US$ 60,294 miliar. Artinya, dalam tempo dua pekan, cadangan devisa melorot US$ 2,316 miliar.

Penurunan cadangan devisa itu lumayan besar. Sejumlah analis menduga, cadangan devisa terpakai untuk melunasi utang yang jatuh tempo.

Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menyebut ada dua penggunaan terbesar devisa. Pertama, pembayaran utang luar negeri. Kedua, bank sentral menggunakan devisa miliknya untuk melakukan intervensi di pasar. BI memasok dolar yang mereka miliki untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. "Namun devisa lebih banyak terpakai untuk pembayaran utang," ujar David, kemarin.


David juga mengatakan, menurunnya cadangan devisa kemungkinan juga akibat turunnya harga minyak dunia. Penurunan harga minyak berimbas ke penerimaan ekspor Indonesia lantaran harga-harga komoditas unggulan ekspor Indonesia ikutan menurun.

Head of Treasury Research PT Bank BNI Tbk Rosady TA Montol melontarkan alasan yang sama seperti David. Selain untuk pembayaran utang, cadangan devisa juga turun karena menurunnya harga-harga komoditi. "Harga crude palm oil (CPO), misalnya, turun. Padahal CPO merupakan andalan ekspor Indonesia. Ini berdampak pada berkurangnya penerimaan ekspor Indonesia," ulas Rosady.

David menimpali, penurunan cadangan devisa sampai US$ 2,316 miliar ini cukup mengejutkan. Namun, cadangan devisa sebesar US$ 57,97 miliar masih tergolong aman, karena masih bisa untuk keperluan impor lima bulan ke depan.

David memprediksi posisi cadangan devisa ke depan tetap stabil. Nilai cadangan devisa bakal terangkat setelah pemerintah menerima hasil penjualan sukuk dan obligasi global, yang direncanakan bulan depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Test Test