Cadangan devisa Juni turun



JAKARTA. Akhir Juni, posisi cadangan devisa negara berada di posisi US$ 98,1 miliar. Jumlah tersebut menurun US$ 7 miliar dibanding posisi akhir Mei yakni US$ 105,1 miliar. "Kebutuhan melakukan stabilisasi, ada penurunan cadangan devisa. Ini sesuatu yg wajar. Kita meyakini cadangan devisa dipakai sebagai suatu asuransi bagi kita," kata Gubernur BI, Agus Martowardojo, Jumat, (5/7) malam. Hal yang menyebabkan turunnya cadangan devisa tersebut yaitu capital outflowdan utang luar negeri. Capital outflow dari asing pada bulan Juni yaitu US$ 4,1 miliar. Kemudian ada juga utang luar negeri sebesar US$ 9,5 miliar. Lalu ditambah dengan kebutuhan lain seperti repatriasi dan impor, hal tersebut menciptakan kebutuhan valuta asing yang cukup besar. Ia meyakini posisi cadangan devisa tersebut masih cukup. Pasalnya, pada dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) tahun 2008 lalu, cadangan devisa sempat menipis ke US$ 51 miliar. Jumlah tersebut kemudian meningkat sampai US$ 124 miliar. Agus menyatakan cadangan devisa bulan Juni ini setara dengan kurang lebih 5,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri. Sedangkan bila utang luar negeri tidak dimasukkan, jumlah tersebut sama dengan 5,5 bulan impor. Jumlah ini pun lebih baik dibandingkan saat krisis 2005 dan 2008 lalu. Kala itu, cadangan devisa setara dengan 4,3 bulan impor dan utang luar negeri yang mesti dibayar. Kemudian dengan kenaikan harga BBM bulan lalu, Agus yakin hal tersebut dapat membuat Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) semakin kuat. Selain itu, transaksi berjalan yang defisit di tahun 2013 juga akan lebih baik. "Kita akan punya kondisi ekonomi yang lebih kuat," ujar Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Amal Ihsan