JAKARTA. Cadangan ikan tuna di laut kita semakin mengkhawatirkan. Ini bisa terlihat dari Indeks Laju Pancing (hook rate) yang dari tahun ke tahun kian menciut. Indeks Laju Pancing adalah indeks yang menunjukkan hasil tangkapan tuna per seratus mata pancing. Indeks ini menunjukkan besar kecilnya jumlah ikan tuna di laut. Semakin besar angkanya, semakin tinggi pula tingkat cadangan tuna di laut. Saat ini, hook rate tuna kita rata-rata di level 0,6. Artinya, dari 100 pancing yang dipasang dalam kapal, hanya mampu menangkap kurang dari seekor tuna per setting. Padahal, beberapa tahun silam, indeks ini masih berada di level 3,3. "Dengan minimnya cadangan tuna, perjalanan kapal mencari ikan menjadi lebih lama," kata Imam Musthofa Zainudin, Kepala Program Perikanan Worldwild Fund for Nature (WWF) kepada KONTAN, Senin (23/8). Sebagai gambaran, biasanya kapal mengalokasikan waktu 16 hari sekali berlayar untuk menangkap tuna.Sepintas, penurunan cadangan tuna di laut memang tidak berpengaruh terhadap produksi secara nasional. Imam bilang, produksi dan ekspor nasional relatif stabil. Namun ini lantaran jumlah kapal penangkap ikan semakin banyak. Selain itu para pengusaha perikanan juga menggunakan alat yang mampu menjaring tuna-tuna kecil yang semestinya belum layak ditangkap. Para pengusaha besar juga mulai merambah perairan internasional.Dalam siaran persnya beberapa waktu lalu, Kepala Pusat Riset Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan Purwanto mengatakan potensi cadangan tuna di laut Indonesia kian minim. Makanya, Indonesia menjalin kerjasama dengan pemerintah Australia untuk mengantisipasi hal ini. "Jangan sampai malapetaka habisnya ikan kecil oleh rumpon dan jaring purseseine di Laut Jawa berulang pada perikanan tuna,” ujarnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Cadangan ikan tuna Indonesia makin tipis
JAKARTA. Cadangan ikan tuna di laut kita semakin mengkhawatirkan. Ini bisa terlihat dari Indeks Laju Pancing (hook rate) yang dari tahun ke tahun kian menciut. Indeks Laju Pancing adalah indeks yang menunjukkan hasil tangkapan tuna per seratus mata pancing. Indeks ini menunjukkan besar kecilnya jumlah ikan tuna di laut. Semakin besar angkanya, semakin tinggi pula tingkat cadangan tuna di laut. Saat ini, hook rate tuna kita rata-rata di level 0,6. Artinya, dari 100 pancing yang dipasang dalam kapal, hanya mampu menangkap kurang dari seekor tuna per setting. Padahal, beberapa tahun silam, indeks ini masih berada di level 3,3. "Dengan minimnya cadangan tuna, perjalanan kapal mencari ikan menjadi lebih lama," kata Imam Musthofa Zainudin, Kepala Program Perikanan Worldwild Fund for Nature (WWF) kepada KONTAN, Senin (23/8). Sebagai gambaran, biasanya kapal mengalokasikan waktu 16 hari sekali berlayar untuk menangkap tuna.Sepintas, penurunan cadangan tuna di laut memang tidak berpengaruh terhadap produksi secara nasional. Imam bilang, produksi dan ekspor nasional relatif stabil. Namun ini lantaran jumlah kapal penangkap ikan semakin banyak. Selain itu para pengusaha perikanan juga menggunakan alat yang mampu menjaring tuna-tuna kecil yang semestinya belum layak ditangkap. Para pengusaha besar juga mulai merambah perairan internasional.Dalam siaran persnya beberapa waktu lalu, Kepala Pusat Riset Perikanan Tangkap Kementerian Kelautan dan Perikanan Purwanto mengatakan potensi cadangan tuna di laut Indonesia kian minim. Makanya, Indonesia menjalin kerjasama dengan pemerintah Australia untuk mengantisipasi hal ini. "Jangan sampai malapetaka habisnya ikan kecil oleh rumpon dan jaring purseseine di Laut Jawa berulang pada perikanan tuna,” ujarnya.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News