KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan alias IHSG hari ini diperkirakan melanjutkan penguatan. Senin (7/9), IHSG melemah 0,18% di level 5.230,19 Lanjar Nafi Analis Reliance Sekuritas menjelaskan, IHSG hari ini masih terlihat kuat di atas support bullish trend jangka menengah dan lower bollinger bands. Indikator stochastic mendekati area oversold dengan indikasi jenuh. Begitu juga indikator MACD yang seakan mulai membentuk pola divergence. Sehingga secara teknikal, Lanjar mengatakan, IHSG hari ini berpotensi bergerak menguat pada perdagangan selanjutnya dengan support resistance 5.200-5.340. "Saham-saham yang dapat dicermati secara teknikal diantara ERAA, BRPT, HMSP, INKP, LPKR," terang dia.
Baca Juga: IHSG merosot, asing lego saham-saham big cap perbankan, Senin (7/9) Senin (7/9), IHSG turun 0,18% setelah sempat bergerak liar hingga turun lebih rendah dari 5.200 pada sesi pertama. Namun data cadangan devisa pada bulan Agustus 2020 yang meningkat di atas ekspektasi sebesar US$ 137 miliar menjadi pendorong IHSG hingga sempat berada pada zona positif. Posisi cadangan devisa ini setara dengan pembiayaan 9 bulan impor atau 8.6 bulan import dan pembayaran utang luar negari pemerintah. Bank Indonesia menegaskan cadangan devisa mampu mendukung ketahan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Peningkatan cadangan devisa dipengaruhi global bond dan penarikan pinjaman pemerintah. Tapi saham-saham pada sektor industri dasar yang naik 1,53% dan sektor infrastruktur tumbuh 0,40% tidak mampu menahan IHSG pada zona hijau.
Baca Juga: Cadangan devisa Agustus 2020 naik ke level tertinggi, ini tanggapan ekonom BCA Sementara sektor yang menekan IHSG adalah saham-saham pada sektor keuangan turun 1,25% dan sektor pertanian turun 1,04%. "Investor asing masih melakukan aksi jual bersih sebesar Rp 786,19 miliar dengan saham BBCA menjadi saham terbanyak dengan total net sell sebesar Rp 252,71 miliar," ujar Lanjar. Dari regional, bursa saham Asia ditutup awal pekan pada zona merah. Investor terfokus pada penurunan ekuitas global tertajam sejak Juni 2020 dikarenakan kenaikan yang terlalu cepat belakangan ini. Data surplus neraca perdagangan China berkurang pada Agustus 2020 menjadi perhatian investor akan kondisi perdagangan global saat ini. Sehingga menunjukkan pemulihan yang tidak merata. Ekspor terus meningkat pada bulan Agustus karena mitra dagang utama negara itu secara bertahap memulai kembali kegiatan bisnis, meskipun impor secara tak terduga turun.
Saham-saham kelompok industri memimpin penguatan mengiringi merosotnya harga minyak karena penurunan harga Arab Saudi. Selanjutnya investor akan menanti putaran negosiasi Brexit berikutnya antaran Inggris dan Uni Eropa di London.
Baca Juga: IHSG diproyeksikan menguat terbatas pada Selasa (8/9) Beberapa hal yang menjadi acuan pasar diantaranya rencana ECB yang mungkin menahan suku bunga pada hari Kamis. Data CPI AS akan dirilis hari Jumat, dengan harga konsumen diperkirakan naik pada Agustus dalam tiga bulan berturut-turut. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana