JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengatakan posisi cadangan devisa pada bulan Maret mengalami penurunan. Apabila pada Februari posisi cadev tercatat US$ 102,7 miliar, pada bulan Maret turun tipis menjadi US$ 102,6 miliar.Ekonom Samuel Asset Manajemen Lana Soelistianingsih menilai penurunan cadangan devisa yang terjadi pada bulan Maret sebagai dampak kemungkinan neraca dagang Maret yang mengalami defisit. Pasalnya, berdasarkan data pembayaran utang yang dimilikinya, Januari hingga Maret pembayaran utang pemerintah sebesar US$ 1,5 miliar dan swasta sebesar US$ 3,5 miliar. Total ada US$ 4,8 miliar.Apabila dibagi rata, tiap bulannya terdapat utang jatuh tempo sekitar US$ 1,6 miliar. Dikaitkan dengan inflow Maret yang masuk US$ 2,7 miliar seharusnya cadangan devisa Maret mengalami kenaikan."Makanya saya kira karena ada potensi defisit neraca dagang Maret," tutur Lana kepada KONTAN, Jumat (4/4). Salah satu sumber cadangan devisa adalah neraca dagang.Sekedar catatan, BI mencatat arus dana masuk alias inflow pada bulan Maret sebesar US$ 2,7 miliar. Terdiri dari US$ 1,2 miliar pada saham dan US$ 1,4 miliar pada Surat Berharga Negara (SBN). Alhasil, total inflow dari Januari hingga Maret sudah mencapai US$ 5,7 miliar.Pengaruhnya terhadap pasar, menurut Lana, tidak akan terlalu signifikan. Keinginan asing masuk tinggi karena faktor pemilu. Alhasil rupiah pun masih bisa menguat. Perkiraan Lana hingga akhir semester satu rupiah bergerak pada kisaran 11.200-11.300.Di sisi lain, Kepala Ekonom BII Juniman pun melihat pengaruh cadangan devisa yang turun pada bulan Maret terhadap pasar tidak besar karena jumlah penurunan relatif kecil. Karenanya rupiah masih akan tetap bergerak di 11.200-11.500 per dolar AS hingga akhir Juni.Juniman sendiri memperkirakan cadangan devisa hingga akhir tahun ada potensi naik menjadi US$ 106,5 miliar.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Cadev Maret turun, sinyal neraca dagang defisit
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mengatakan posisi cadangan devisa pada bulan Maret mengalami penurunan. Apabila pada Februari posisi cadev tercatat US$ 102,7 miliar, pada bulan Maret turun tipis menjadi US$ 102,6 miliar.Ekonom Samuel Asset Manajemen Lana Soelistianingsih menilai penurunan cadangan devisa yang terjadi pada bulan Maret sebagai dampak kemungkinan neraca dagang Maret yang mengalami defisit. Pasalnya, berdasarkan data pembayaran utang yang dimilikinya, Januari hingga Maret pembayaran utang pemerintah sebesar US$ 1,5 miliar dan swasta sebesar US$ 3,5 miliar. Total ada US$ 4,8 miliar.Apabila dibagi rata, tiap bulannya terdapat utang jatuh tempo sekitar US$ 1,6 miliar. Dikaitkan dengan inflow Maret yang masuk US$ 2,7 miliar seharusnya cadangan devisa Maret mengalami kenaikan."Makanya saya kira karena ada potensi defisit neraca dagang Maret," tutur Lana kepada KONTAN, Jumat (4/4). Salah satu sumber cadangan devisa adalah neraca dagang.Sekedar catatan, BI mencatat arus dana masuk alias inflow pada bulan Maret sebesar US$ 2,7 miliar. Terdiri dari US$ 1,2 miliar pada saham dan US$ 1,4 miliar pada Surat Berharga Negara (SBN). Alhasil, total inflow dari Januari hingga Maret sudah mencapai US$ 5,7 miliar.Pengaruhnya terhadap pasar, menurut Lana, tidak akan terlalu signifikan. Keinginan asing masuk tinggi karena faktor pemilu. Alhasil rupiah pun masih bisa menguat. Perkiraan Lana hingga akhir semester satu rupiah bergerak pada kisaran 11.200-11.300.Di sisi lain, Kepala Ekonom BII Juniman pun melihat pengaruh cadangan devisa yang turun pada bulan Maret terhadap pasar tidak besar karena jumlah penurunan relatif kecil. Karenanya rupiah masih akan tetap bergerak di 11.200-11.500 per dolar AS hingga akhir Juni.Juniman sendiri memperkirakan cadangan devisa hingga akhir tahun ada potensi naik menjadi US$ 106,5 miliar.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News