JAKARTA. Minat investor untuk masuk ke industri hilir kakao di Indonesia sebenarnya sudah lumayan besar, sayangnya sampai saat ini belum ada investor yang merealisasikan minat untuk benar-benar membenamkan investasinya di Indonesia. Pasalnya, para investor ini masih menunggu kebijakan pemerintah untuk melakukan peninjauan ulang terhadap kebijakan Bea Keluar (BK) yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan.Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Benny Wachjudi menjelaskan, hingga saat ini sudah ada tujuh investor yang berminat untuk masuk ke industri hilir kakao. Ketujuh investor ini adalah ADM Cocoa (Singapura). Guangchong Cocoa (Malaysia), Olam International (Singapura), Cargill (Holland), Mars (USA), ARmajaro (Inggris) dan Ferrero (Italia). Tapi, sampai saat ini belum ada satupun investor yang memastikan diri untuk menanamkan investasinya."Dari tujuh investor ini sudah ada yang ke BKPM dan ada yang belum. Tapi intinya mereka sedang mempertanyakan BK kakao ini apakah akan tetap diberlakukan atau tidak," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (18/10).Asal tahu saja, per tanggal 1 April 2010 Kementerian Keuangan melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No 67 tahun 2010 mengenai bea keluar menetapkan BK kakao.Pada awal pelaksanaanya, penerapan BK ini menuai protes dari para eksportir kakao, sehingga saat itu Kementerian Keuangan mengeluarkan pernyataan bahwa aturan BK Kakao ini akan dievaluasi setelah enam bulan berjalan. Artinya, sesuai dengan pernyataan ini, maka evaluasi penerapan BK ini akan dilakukan pada akhir Oktober ini.Ketua Umum Asosiasi Industri Kakako Indonesia (AIKI) Piter Jasman mengatakan, pemberlakuan BK atas kakao berdampak positif memacu pertumbuhan industri hilir. Buktinya, sudah ada investor yang berminat untuk membenamkan investasinya.Selain itu, industri di dalam negeri juga sudah mulai menggeliat. Salah satu produsen di dalam negeri yang akan meningkatkan kapasitas produksinya adalah PT Bumi Tangerang Mesindotama dari kapasitas awal 45.000 ton per tahun menjadi sebesar 80.000 ton per tahun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Calon investor kakao tunggu pemerintah kaji BK Kakao
JAKARTA. Minat investor untuk masuk ke industri hilir kakao di Indonesia sebenarnya sudah lumayan besar, sayangnya sampai saat ini belum ada investor yang merealisasikan minat untuk benar-benar membenamkan investasinya di Indonesia. Pasalnya, para investor ini masih menunggu kebijakan pemerintah untuk melakukan peninjauan ulang terhadap kebijakan Bea Keluar (BK) yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan.Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Benny Wachjudi menjelaskan, hingga saat ini sudah ada tujuh investor yang berminat untuk masuk ke industri hilir kakao. Ketujuh investor ini adalah ADM Cocoa (Singapura). Guangchong Cocoa (Malaysia), Olam International (Singapura), Cargill (Holland), Mars (USA), ARmajaro (Inggris) dan Ferrero (Italia). Tapi, sampai saat ini belum ada satupun investor yang memastikan diri untuk menanamkan investasinya."Dari tujuh investor ini sudah ada yang ke BKPM dan ada yang belum. Tapi intinya mereka sedang mempertanyakan BK kakao ini apakah akan tetap diberlakukan atau tidak," ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (18/10).Asal tahu saja, per tanggal 1 April 2010 Kementerian Keuangan melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No 67 tahun 2010 mengenai bea keluar menetapkan BK kakao.Pada awal pelaksanaanya, penerapan BK ini menuai protes dari para eksportir kakao, sehingga saat itu Kementerian Keuangan mengeluarkan pernyataan bahwa aturan BK Kakao ini akan dievaluasi setelah enam bulan berjalan. Artinya, sesuai dengan pernyataan ini, maka evaluasi penerapan BK ini akan dilakukan pada akhir Oktober ini.Ketua Umum Asosiasi Industri Kakako Indonesia (AIKI) Piter Jasman mengatakan, pemberlakuan BK atas kakao berdampak positif memacu pertumbuhan industri hilir. Buktinya, sudah ada investor yang berminat untuk membenamkan investasinya.Selain itu, industri di dalam negeri juga sudah mulai menggeliat. Salah satu produsen di dalam negeri yang akan meningkatkan kapasitas produksinya adalah PT Bumi Tangerang Mesindotama dari kapasitas awal 45.000 ton per tahun menjadi sebesar 80.000 ton per tahun.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News