JAKARTA. Dalam menilai para calon bos polisi di Indonesia, pengamat politik Tjipta Lesmana melihat Komjen Pol. Nanan Sukarna lebih unggul dari aspek kualifikasi, penempatan tugas, pendidikan, dibandingkan Komjen Polisi Imam Sudjarwo. Tapi dari sisi karakter Imam lebih terlihat bagus. "Dia santun, rendah hati. Tidak ada kesan sombong. tutur katanya bagus. Secara chemistry sangat cocok dengan SBY. Kultur Jawa juga lebih kental. Dari sisi kultur, SBY tidak cocok dengan Nanan. Hingga dipastikan Imam yang akan dikirim ke DPR,” ujar Tjipta yang juga dosen tamu di Sekolah Pimpinan Administrasi Perwira (Sespati) Polri pada KONTAN. Tjipta bilang, saat ini pengajuan nama calon ke DPR bisa dikatakan sudah sangat terlambat. Kemungkinan penundaan tersebut lantaran SBY saat ini tengah bimbang. Di satu sisi ia menginginkan Imam menjadi Kapolri, namun suara publik saat ini lebih melihat bahwa Nanan yang paling pas untuk membenahi lembaga kepolisian yang sudah bobrok. Ia bilang, opini juga saat ini lebih cenderung kepada Nanan. "Opini publik sudah mayoritas penuh ke Nanan. Di satu sisi Presiden lebih senang ke Imam, di sisi lain Presiden mendengar suara publik. Akibatnya molor," jelasnya. Menurut Tjipta, sosok Nanan lebih pas untuk membenahi institusi kepolisian di tengah keadaan polisi yang sudah berada di titik nadir karena kasus Cicak Buaya, kasus Susno, penahanan Bibit Chandra, dan kasus Gayus. Saat ini polisi sudah seperti habis ditelanjangi oleh opini publik. "Kapolri harus bisa membersihkan namanya, melakukan penertiban internal, untuk ini harus ada keberanian. Kalau bicara itu, lagi-lagi Nanan. Di Kalbar dia teruji bisa menertibkan ilegal logging dan judi liar," katanya. Sementara Imam lebih banyak bertugas di korps Brimob.
Calon kapolri, Imam versus Nanan
JAKARTA. Dalam menilai para calon bos polisi di Indonesia, pengamat politik Tjipta Lesmana melihat Komjen Pol. Nanan Sukarna lebih unggul dari aspek kualifikasi, penempatan tugas, pendidikan, dibandingkan Komjen Polisi Imam Sudjarwo. Tapi dari sisi karakter Imam lebih terlihat bagus. "Dia santun, rendah hati. Tidak ada kesan sombong. tutur katanya bagus. Secara chemistry sangat cocok dengan SBY. Kultur Jawa juga lebih kental. Dari sisi kultur, SBY tidak cocok dengan Nanan. Hingga dipastikan Imam yang akan dikirim ke DPR,” ujar Tjipta yang juga dosen tamu di Sekolah Pimpinan Administrasi Perwira (Sespati) Polri pada KONTAN. Tjipta bilang, saat ini pengajuan nama calon ke DPR bisa dikatakan sudah sangat terlambat. Kemungkinan penundaan tersebut lantaran SBY saat ini tengah bimbang. Di satu sisi ia menginginkan Imam menjadi Kapolri, namun suara publik saat ini lebih melihat bahwa Nanan yang paling pas untuk membenahi lembaga kepolisian yang sudah bobrok. Ia bilang, opini juga saat ini lebih cenderung kepada Nanan. "Opini publik sudah mayoritas penuh ke Nanan. Di satu sisi Presiden lebih senang ke Imam, di sisi lain Presiden mendengar suara publik. Akibatnya molor," jelasnya. Menurut Tjipta, sosok Nanan lebih pas untuk membenahi institusi kepolisian di tengah keadaan polisi yang sudah berada di titik nadir karena kasus Cicak Buaya, kasus Susno, penahanan Bibit Chandra, dan kasus Gayus. Saat ini polisi sudah seperti habis ditelanjangi oleh opini publik. "Kapolri harus bisa membersihkan namanya, melakukan penertiban internal, untuk ini harus ada keberanian. Kalau bicara itu, lagi-lagi Nanan. Di Kalbar dia teruji bisa menertibkan ilegal logging dan judi liar," katanya. Sementara Imam lebih banyak bertugas di korps Brimob.