JAKARTA. Ragam camilan yang tersedia saat ini kerap menggoda lidah. Meskipun sifatnya sebagai makanan ringan namun memilihnya tidak boleh dianggap sepele. Sebab, asupan camilan turut mempengaruhi kebugaran tubuh. Dokter Monique Carolina dari RS Awal Bros Tangerang menjelaskan, baiknya camilan dikonsumsi adalah yang berbahan dasar gandum atau oat. Hal ini lantaran gandum memiliki serat tinggi sehingga cukup untuk menahan kenyang atau menunda rasa lapar sampai jam makan berikutnya. Serat dari oat juga aman bagi tubuh karena tidak menyebabkan lonjakan gula darah yang drastis. "Oat mengandung karbohidrat sebagai sumber energi. Selain itu, oat juga mengandung vitamin B dan magnesium," terang Monique.
Monique bilang, oat juga baik dikonsumsi sebagai camilan diet karena tidak menyebabkan lonjakan gula darah. Kandungan oat yang terdiri dari karbohidrat dapat mengenyangkan bagi orang yang sedang menjalankan diet. Karbohidrat pada oat juga dapat berfungsi sebagai pengganti makanan utama, sekaligus dapat menjadi sumber energi utama. Dokter Tjandraningrum dari RS Sumber Waras Jakarta Barat mengungkapkan keunggulan camilan berbahan dasar oat selain mengandung serat yang cukup tinggi, juga kaya vitamin seperti vitamin B1, B2, B3, B6 dan asam folat yang tinggi. Kandungan vitamin B pada oat berfungsi menghambat penyerapan kolesterol dalam tubuh. Sedangkan magnesium pada oat berperan membentuk metabolisme tulang. Tjandraningrum bilang, camilan oat biasa dipilih sebagai makanan bagi orang yang sedang berdiet. Berbahan dasar gandum akan membuat lebih lama proses pencernaan di lambung dibanding makanan dengan bahan dasar terigu. Alhasil, kita tidak cepat merasa lapar. Selain oat, pilihan camilan sehat lain yang rendah kalori dapat dikonsumsi antara lain agar-agar, buah-buahan, kacang-kacangan dan susu yang kaya akan protein, hingga sayuran. Sayang, sayuran jarang di jadikan sebagai camilan. Umumnya masyarakat lebih memilih buah untuk camilan dibandingkan sayuran. Sayur justru dimakan dengan nasi. Padahal sayur memiliki kandungan serat tinggi. Lalu seperti apa olahan camilan yang sehat? Monique dan Tjandraningrum kompak menyebut untuk tidak memilih kudapan gorengan. Kedua dokter menyarankan untuk menghindari pilihan gorengan karena mengandung gula tinggi. Lebih baik memilih camilan yang dibakar atau direbus, seperti pisang kukus, pisang bakar atau roti dibakar. Saran lain hindari makanan manis yakni cokelat atau permen. Jangan berlebih Walaupun mengonsumsi camilan yang sehat, namun ada baiknya porsinya tetap harus diperhatikan. Apabila terlalu banyak mengudap makanan ringan, potensi kegemukan bisa terjadi karena pengaruh tambahan kalori. Mengemil berlebih ditambah makan berat mengakibatkan penumpukan kalori. Bahkan, kata Tjandraningrum, terlalu banyak camilan sekalipun kudapan sehat berisiko pada rasa nyeri di ulu hati. Efek samping lain meningkatkan asam lambung di kerongkongan. "Kerongkongan rasanya seperti terbakar," ujar dia. Pilihan waktu ngemil juga harus diperhatikan. Tjandraningrum mengatakan, waktu pas untuk ngemil antara jam makan pagi menuju makan siang yakni sekitar pukul 10:00. Camilan kedua dapat dilakukan antara waktu jam makan siang menuju waktu makan malam sekitar pukul 16:00. Biasanya, pada jam tersebut perut mulai keroncongan, namun masih belum berselera untuk makan berat. Kebiasan mengemil sebaiknya dibarengi dengan pengetahuan tentang kadar kalori yang tepat. Ada baiknya, kadar kalori camilan tidak lebih dari 150 kalori setiap sekali ngemil.
Jadi apabila dalam sehari dua kali mengonsumsi makanan ringan, maka maksimal kalori camilan yang masuk ke dalam tubuh tidak lebih dari 300 kalori. Monique memberikan tips dalam memilih camilan yang sehat. Misal, pilihlah camilan berserat, tidak tinggi gula, tidak berlemak dan tidak padat kalori. Tjandraningrum menimpali, camilan yang mengandung protein bisa pula jadi pilihan. Jangan lupa, kebiasaan mengemil juga harus diimbangi dengan aktivitas fisik berupa olahraga rutin paling tidak selama 30 menit setiap hari. Olahraga juga bisa membuat kebugaran tubuh terjaga. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia