Capital inflow diprediksi akan semakin deras di Desember 2020, ini pemicunya



KONTAN.CO.ID -   JAKARTA. Sejak awal November 2020 hingga Rabu (25/11) asing mencatatkan aksi beli (net buy) di pasar saham dalam negeri sebesar Rp 7,1 triliun. Namun, bila dilihat sejak awal tahun 2020, asing masih mencatatkan aksi jual (net sell) mencapai Rp 40,12 triliun. 

Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, mengatakan, net buy sepanjang November 2020 merupakan katalis positif bagi pasar saham mengingat dalam 10 tahun terakhir justru di bulan kesebelas ini merupakan bulan yang kerap mengalami koreksi. 

Dorongan naiknya capital inflow pada bulan November tidak terlepas dari kemenangan Joe Biden, tidak terkecuali Indonesia. Ditambah lagi dengan adanya tingkat efektivitas vaksin yang di atas 90% menjadikan harapan akan pemulihan ekonomi kian semakin nyata.


Namun bila dilihat secara keseluruhan, maka sejak awal tahun capital outflow dari pasar saham mencapai Rp 40 triliun, tentu hal ini membutuhkan waktu hingga capital inflow dari posisi yang sebelumnya dapat kembali pulih.

Baca Juga: Sederet saham BUMN kompak mengijau, ini rekomendasi dari analis

"Potensi capital inflow ke depannya masih sangat terbuka lebar, apalagi saat ini pasar masih ditopang oleh ekspektasi dan harapan akan pemulihan ekonomi meskipun di atas kertas, data korban yang terinfeksi virus corona masih sangat banyak," jelas Nico kepada Kontan, Kamis (26/11). 

Oleh sebab itu Nico melihat bahwa capital inflow pada akhir tahun nanti, khususnya pada bulan Desember diperkirakan akan lebih deras apalagi dengan adanya fenomena windows dressing pada akhir tahun. Nico mengatakan saham-saham blue chips dan second liner yang akan menjadi pilihan pelaku pasar.  

Dia merinci sejauh ini capital inflow cukup banyak mengalir terutama di saham-saham perbankan, dan infrastruktur. Kemudian secara urut di sektor teknologi informasi, pertambangan, properti, dan konstruksi juga mencari incaran dalam beberapa pekan terakhir setelah sektor utama. 

"Apakah masih akan menjadi incaran asing? Tentu saja, apalagi selalu kami katakan bahwa sektor perbankan kita adalah sektor yang tidak pernah kehilangan posisinya sebagai primadona setiap tahun. Oleh sebab itu sektor ini akan menjadi salah satu sektor yang akan selalu menjadi prioritas nomor satu," jelasnya. 

Baca Juga: Saham Pelat Merah Melambung Jelang Akhir Tahun, Banyak yang Masih bisa Ditampung

Meningkatnya mobilitas masyarakat, mendorong daya beli mengalami kenaikan yang juga akan membuat perekonomian kembali pulih., di mana sektor infrastruktur juga akan menjadi pilihan. 

Namun perlu diperhatikan yang menjadi fokus utama saat ini adalah memilih saham yang meskipun sudah mengalami kenaikan tetap memiliki potensi kenaikan kembali. Sebab kenaikan di tengah situasi dan kondisi saat ini, di mana penguncian di beberapa negara masih dilakukan ditambah dengan kenaikan korban wabah Covid-19, masih akan membuat ketidakpastian masih sangat tinggi. 

"Kehati hatian menjadi salah satu kunci penting saat ini. Beberapa saham sudah terlihat pada posisi overbought sehingga berpotensi mengalami penurunan," jelasnya. 

Baca Juga: Pelaku pasar khawatir peningkatan kasus covid-19 di AS, rupiah menguat

Dus Nico menyarankan investor untuk memilih saham yang memiliki fundamental yang baik dan mencermati valuasi saham yang memiliki potensi mengalami kenaikan. Ketahanan bisnis emiten di tengah situasi dan kondisi saat ini juga sama pentingnya, karena akan terlihat sejauh mana sustainabilitas bisnis tersebut dapat terjaga. 

"Manfaatkan windows dressing pada akhir tahun nanti, karena dalam kurun waktu 15 tahun terakhir, IHSG selalu berwarna hijau pada akhir tahun," tutupnya. 

Selanjutnya: Sri Mulyani: Tak ada pemulihan ekonomi sampai semua negara dapat vaksin

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli