JAKARTA. Mengonsumsi gula yang berlebihan bisa berdampak buruk terhadap kesehatan karena membuat tubuh rentan terkena diabetes. Untuk menjaga keseimbangan zat gula dalam tubuh, menggunakan pemanis buatan bisa menjadi pilihan asalkan tidak berlebihan. Pengganti gula sintetis ini membantu untuk menurunkan atau mengontrol berat badan, melawan obesitas dan mengendalikan kadar gula bagi penderita diabetes. Pertanyaannya, apakah pemanis buatan itu baik? Sebagian orang khawatir pemanis buatan berbahaya bagi tubuh karena tidak alami.
Dokter yang juga pengajar di Universitas Universitas Kristen Krida Wacana dan Universitas Indonesia, Hudyono mengatakan, hingga saat ini belum ada kajian ilmiah yang menyebutkan bahwa pemanis buatan bisa membahayakan tubuh. Sebaliknya, Hudyono bilang, pemanis buatan bisa membantu penderita diabetes mencicipi rasa manis. Sebab, penggunaan pemanis buatan hanya ditujukan untuk menyenangkan indra perasa yakni rasa manis. Dus, kata Hudyono, penderita diabetes masih boleh memakai pemanis buatan. "Tidak masalah untuk dikonsumsi. Asalkan dalam takaran yang tepat misalnya satu hari sekali," ujar Hudyono. Di masyarakat modern saat ini, kesadaran kesehatan cukup tinggi. Banyak orang yang pada akhirnya menghindari gula ataupun berdiet dengan pemanis buatan. Penggunaan pemanis buatan juga bisa mengurangi berat badan. Sebab, dalam pemanis buatan hampir tidak memiliki kalori. Sebaliknya, setiap gram gula pasir mengandung setidaknya empat kalori. Manfaat lain pemanis buatan adalah menjaga kesehatan gigi. Gula kerap kali menimbulkan kerusakan gigi. Namun, pemanis buatan tidak menyebabkan gigi berlubang. Walaupun demikian, takaran konsumsi pemanis buatan tidak boleh berlebihan. Menurut Hudyono, idealnya, manusia menggunakan pemanis buatan pada makanan atau minuman tidak lebih dari 400 miligram dari jumlah berat badan. Kalau Anda ragu, supaya lebih aman, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter ataupun ahli gizi agar hitungan kadar pemanis buatan tepat. Salah-salah jika berlebihan akan membuat efek samping seperti hipertensi dan diabetes. Jenis pemanis buatan Lalu seperti apa pemanis buatan yang tepat? Eka W, Dokter Klinik Bakti Husada menyarankan agar memilih pemanis buatan yang sudah dinyatakan aman dan terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Beberapa pemanis yang sudah diakui keamanannya oleh BPOM adalah aspartam atau seringkali disebut dengan gula diet. Tingkat kemanisannya kira-kira 160-200 kali kemanisan gula sukrosa. Aspartam biasa digunakan untuk minuman ringan, pencuci mulut, sereal untuk sarapan, permen karet, produk susu, dan makanan serta obat-obatan. Rekomendasi asupan harian aspartam adalah 50 mg/kg berat badan. Jadi, jika berat badan Anda sekitar 50 kg, Anda tidak boleh mengkonsumsi aspartame lebih dari 2.500 mg. Tetapi, tak sembarang orang boleh menggunakan aspartam. Pemanis buatan hanya disarankan untuk penderita diabetes. Aspartam tidak boleh dikonsumsi oleh wanita hamil dengan kadar phenylalanine yang tinggi. Selain itu, penderita phenylketonuria tidak boleh menggunakan aspartam karena tidak bisa mencerna salah satu asam amino dalam aspartam, yaitu fenilalanin. Pemanis lain, asesulfame-K yang biasa digunakan pada puding, permen, es krim dan minuman beralkohol juga mengantongi restu dari BPOM. Pemanis buatan ini memiliki tingkat kemanisan 200 kali dari gula biasa. Pemanis buatan lain yang berkategori aman dari BPOM adalah sakarin. Batas aman konsumsi harian yang disarankan BPOM adalah 5 mg/kg berat badan. Dibandingkan aspartam, tingkat kemanisan sakarin adalah 300 hingga 500 kali dari gula biasa. Lalu, ada juga pemanis buatan yang disebut sukralose dengan tingkat kemanisan hingga 600 kali dari gula pasir. Berbeda dengan sakarin yang rentan terhadap panas, sukralose tidak akan hilang rasa manisnya. Makanya, pemanis buatan ini bisa dimanfaatkan untuk memanggang.
Toh begitu, Eka tetap menyarankan pemanis buatan dari bahan alami. Contoh, madu, sari buah, gula aren, gula tebu hingga sirup kurma. Selain itu, juga gula kelapa. Sama dengan gula pasir, gula kelapa mengandung disakarida sukrosa atau sakarosa. Bahkan kandungan zat besinya lebih tinggi bila dibandingkan dengan gula pasir. "Lebih aman karena tidak ada efek samping baik penderita diabetes atau masyarakat normal," tandas Eka. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Havid Vebri