KONTAN.CO.ID - Penggunaan obat-obatan untuk meredakan atau menyembuhkan penyakit tertentu tidak boleh sembarangan. Ada aturan yang harus diketahui masyarakat agar penggunaan obat bisa efektif tanpa menimbulkan masalah kesehatan lainnya. Melansir dari situs Universitas Airlangga (Unair), ada beberapa hal yang perlu dipahami masyarakat sebelum membeli dan mengonsumsi obat-obatan.
Anda perlu mengetahui penggolongan obat, kandungan, hingga efek samping dari obat tersebut.
Baca Juga: Lowongan Kerja Fresh Graduate di Mandiri Tunas Finance, Cek Posisi yang Dibuka 4 Penggolongan obat
Menurut Staf Pengajar Departemen Anatomi, Histologi dan Farmakologi Fakultas Kedokteran (FK) Unair, dr Annette d’Arqom, ada empat penggolongan obat. Penggolongan tersebut yakni obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, psikotropika dan narkotika. Obat bebas dan bebas terbatas dapat dibeli oleh masyarakat tanpa resep dokter. Obat bebas ditandai dengan lingkaran berwarna hijau dengan batas berwarna hitam pada kemasan. Contoh dari obat bebas adalah obat
paracetamol dan berbagai jenis vitamin. "Sedangkan obat bebas terbatas tandanya lingkaran warna biru dengan batas warna hitam, contohnya obat cacing dan obat anti mual,” kata dr Annette d’Arqom, dikutip dari situs Unair. Obat keras ditandai dengan logo lingkaran merah dengan tulisan huruf "K". Obat-obatan yang masuk dalam golongan ini harus dibeli dengan resep dokter. Contoh dari obat-obatan golongan obat keras adalah obat antibiotik. Golongan obat psikotropika dan narkotika juga harus disertai resep dokter. Kedua golongan obat ini dapat mempengaruhi sistem saraf pusat serta menimbulkan ketergantungan sehingga penggunaannya diatur dalam regulasi tersendiri.
Kandungan obat-obatan
Selain penggolongan obat, masyarakat juga perlu memahami kandungan dari obat yang dibeli dan dikonsumsi. Kandungan obat yang perlu diketahui adalah zat aktif yang terkandung di dalamnya serta kegunaannya. Dokter Anette mencontohkan seperti kandungan
paracetamol yang perlu diketahui dan dipahami masyarakat. “Sedangkan untuk kandungan lain seperti pemanis yang digunakan dalam obat sirup atau pelarutnya bagi masyarakat tidak terlalu penting untuk mengetahui itu. Sudah ada tanggung jawab dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) dan perusahaan sendiri,” imbuhnya. Mengetahui kandungan obat dapat dilakukan dengan cara membaca kemasan obat. Hal ini dikarenakan setiap obat memiliki komposisi tersendiri, cara pakai, cara penyimpanan, dan lain sebagainya yang bisa dibaca masyarakat pada kemasan obat.
Baca Juga: Batasi Konsumsi Makanan Ini Agar Kesehatan Penderita Jantung Tetap Terjaga Jika masyarakat ingin mengetahui perihal informasi obat lebih lengkap dapat mengakses situs terpercaya milik BPOM yaitu
pionas.bpom.go.id yang merupakan pusat informasi obat nasional. Masyarakat bisa mendapatkan banyak sekali informasi obat pada situs BPOM tersebut. Namun jika ingin mendapatkan informasi singkat,
telemedicine pada Google bisa membantu Anda. Dokter Anette mengimbau agar masyarakat tetap berkonsultasi saat akan menggunakan obat tertentu meskipun sudah mendapatkan informasi terkait obat-obatan tertentu di website.
Terapkan KLIK saat membeli obat
Agar lebih aman saat membeli obat, Anda perlu memperhatikan KLIK yaitu kemasan, label, izin edar, dan kadaluarsa. Pastikan kemasan rapi dan tersegel serta tulisan keterangan di kemasan dapat dibaca dengan jelas. “Label obatnya, kandungan apa saja, cara penyimpanan, interaksi obat dengan penyakit atau zat tertentu,” ujarnya. Izin edar juga menjadi hal penting untuk mengetahui apakah obat tersebut dapat dipertanggungjawabkan keasliannya atau obat palsu. Izin edar obat dapat dicek melalui situs BPOM. Tanggal kadaluarsa obat juga tak kalah pentingnya, tidak ada jaminan jika setelah melewati tanggal kadaluarsa obat masih dalam kondisi stabil atau tidak.
Baca Juga: Cara Mudah Mulai Belajar Mengelola Keuangan dengan Benar Agar Tidak Boros Cek efek samping obat
Efek samping dan reaksi simpang obat memiliki definisi yang berbeda. Efek samping merupakan efek sekunder yang ditimbulkan obat dalam batas terapi.
Contoh dari efek samping misalnya seperti setelah mengonsumsi obat CTM, seseorang akan mengantuk. Solusi untuk efek samping ini adalah minum sebelum tidur atau saat tidak mengoperasikan alat berat. Sedangkan reaksi simpang obat merupakan reaksi yang tidak diharapkan dan sifatnya membahayakan serta tidak berhubungan dengan mekanisme kerja obat. “Misal setelah minum obat ada ruam kulit atau terjadi pengelupasan ya. Tapi hal ini jarang terjadi. Jika terjadi hentikan penggunaan obat dan segera pergi ke pelayanan kesehatan terdekat,” jelas dokter Anette. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News