KONTAN.CO.ID - Investor pemula yang hendak berinvestasi di obligasi perlu menerapkan cara-cara cerdas dalam menentukan obligasi yang hendak dibeli. Pada dasarnya investor pemula tetap menginginkan risiko investasi seminimal mungkin, sembari berharap dana yang diinvestasikan mampu memberikan imbal hasil lumayan. Nah, agar Anda punya bekal dalam menekuni seluk beluk aneka obligasi yang ada di pasaran, maka Anda juga perlu memahami reputasi penerbit obligasi, paham berbagai istilah-istilah yang berkaitan dengan obligasi, cara membeli obligasi hingga nantinya mampu menghitung potensi keuntungan obligasi di pasar perdana maupun pasar sekunder. Berkaitan dengan penerbit obligasi maka ada dua jenis obligasi yakni obligasi pemerintah dan obligasi korporasi. Berikut ini perbedaan antara obligasi pemerintah dan obligasi korporasi:
Obligasi Pemerintah Sesuai dengan Namanya obligasi pemerintah adalah obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah (biasanya dalam bentuk seri obligasi). Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah daerah yang ditujukan untuk menggalang dana guna pembiayaan anggaran proyek daerah. Obligasi ini biasa disebut sebagai municipale bonds. Obligasi Korporasi Penerbitan obligasi korporasi biasanya dijamin dengan sebuag indenture, dalam hal ini pihak korporasi berjanji pada sebuah wali amanat tertentu bahwa korporasi tersebut akan memenuhi semua kewajibannya dan menyatakan dengan jelas segala ketentuan yang menyangkut penerbitan obligasi tersebut. Wali amanat dari obligasi yang diterbitkan tersebut, biasanya adalah sebuah bank penjamin atau Perusahaan wali amanat, di mana wali amanat ini berfungsi sebagai pengganti dari para pemegang obligasi. Menurut Sherly Sintia CFP, Assistant Consultant di ZAP Finance ada hal yang harus diperhatikan sebelum berinvestasi obligasi yakni sudah memiliki dana darurat sebagai kondisi ideal investor. Jika kondisi investor sudah ideal yakni sudah memiliki dana darurat, maka apakah sebagai investor ingin berinvestasi sesuai prinsip syariah atau kah konvensional. Jika investor sudah memiliki dana darurat dan ingin memiliki preferensi syariah maka dapat memilih Sukuk Tabungan. Tetapi jika tidak menghendaki preferensi syariah maka dapat memilih Saving Bond Ritel (SBR) atau Sukuk Tabungan (ST). Jika kondisi investor belum ideal yakni belum memiliki dana darurat dan memiliki preferensi syariah maka bisa memilih Sukuk Ritel (SR). Tetapi jika investor belum memiliki dana daurat dan tidak wajib preferensi syariah maka bisa memilih Obligasi Ritel Indonesia (ORI) dan Sukuk Ritel (SR). Nah, sekedar perlu Anda ketahui sebelum Anda berinvestasi obligasi, maka Anda wajib memiliki SID (Single Investor Identification) yakni nomor identittas Tunggal yang diterbitkan oleh KSEI (PT Kustodian Sentral Efek Indonesia) dan merupakan salah satu syarat utama untuk memulai investasi reksadana dan obligasi rupiah. Nomor SID adalah identitas tunggal terdiri atas 3 huruf dan 12 angka yang KSEI keluarkan untuk penanam modal. Selayaknya KTP, nomor identitas penanam modal hanya ada satu.Kepemikan SID bertujuan untuk menandakan bahwa pemiliknya telah terdaftar secara resmi sebagai investor di pasar modal. Fungsi nomor SID:
- Sebagai identitas investor
- Mendorong transparansi aktivitas investasi
- Memudahkan transaksi
- Memudahkan akses aktivitas pasar modal
- Mengecek kekayaan melalui bank
Kendati masih terbilang pemula, Anda tetap harus cerdas dalam mensinkronkan antara tujuan investasi dan profil risiko Anda. Berikut ini cara cerdas dalam mengatur kesesuaian tujuan investasi dan profil risiko: Jika kebutuhan dananya kurang dari 2 tahun, investor pemula maupun berpengalaman dapat berinvestasi di reksadana pasar uang. Jika kebutuhan dananya berkisar antara 2 tahun hingga 5 tahun, maka bagi investor pemula dapat berinvestasi di SBN Ritel dan reksadana campuran. Sedang bagi investor berpengalaman dapat memilih di SBN Ritel dan reksadana saham. Jika kebutuhan dananya di atas 5 tahun, investor pemula bisa berinvestasi di emas dan reksadana saham, sedang bagi investor berpengalaman dapat berinvestasi di saham. Tentu setiap investasi memiliki risiko yang bisa terjadi kapan saja. Sebagai investor pemula, Anda perlu memahami berbagai risiko dalam investasi obligasi pemerintah baik SBN Ritel maupun Obligasi sekunder. Risiko sukuk perdana:
- Risiko likuiditas: untuk jenis SBN non tradeable
- Risiko pasar: risiko tingkat suku bunga
Risiko Sukuk Secondary:
- Risiko likuiditas
- Risiko gagal bayar
- Risiko pasar
Harga obligasi dinyatakan dalam persentase (%) yaitu persentase dari nilai nominal.
Baca Juga: Penjualan ORI024 Capai Rp 11,07 Triliun, Pemerintah: Masih on Track Ada 3 kemungkinan harga pasar dari obligasi yang ditawarkan: 1.Par (nilai Par) Harga obligasi sama dengan nilai nominal. Misal obligasi dengan nilai nominal Rp 50 juta dijual pada harga 100%, maka nilai obligasi tersebut adalah 100% x Rp 50 juta = Rp 50 juta 2.at premium (dengan premi) Harga obligasi lebih besar dari nominal. Misal obligasi dengan nilai nominal Rp 50 juta dijual dengan harga 102% maka nilai obligasi adalah 102% x Rp 50 juta = Rp 51 juta 3.at Discount (dengan diskon) Harga obligasi lebih kecil dari nilai nominal. Misal obligasi dengan nilai nominal Rp 50 juta dijual dengan harga 98%, maka nilai obligasi adalah 98% x Rp 50 juta = Rp 49 juta. Kupon adalah suku bunga yang diterima investor pada setiap periode tertentu, biasanya setiap tahun. Jumlah bunga yang diterima investor dihitung berdasarkan nilai nominal obligasi. Yield to Maturity (YTM) adalah tingkat pengembalian keseluruhan yang diharapkan oleh investor jika obligasi dipegang hingga jatuh tempo. YTM mencakup kupon yang diterima selama umur obligasi serta perbedaan antara harga beli dan harga jual saat jatuh tempo. Tabel berikut bisa menjadi panduan Anda dalam memantau perkembangan obligasi yang Anda miliki:
Dalam berinvestasi obligasi perlu diikuti dengan pola pikir yang tepat sebagai investor. Nilai obligasi bisa bergerak fluktuatif dan Anda tidak perlu khawatir terhadap fluktuasi ini sepanjang prospek bisnis dan fundamental penerbit obligasi bagus dan kuat. Tentu saja Anda juga perlu melakukan diversifikasi investasi guna meminimalkan risiko investasi antara instrument investasi yang satu dengan lainnya. Selamat berinvestasi obligasi.
Baca Juga: Yuk Simak Tips Berinvestasi Obligasi bagi Pemula Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti