Cara Korut menanamkan cinta Tanah Air ke anak-anak



PYONGYANG. Pemerintah Korea Utara (Korut) memiliki cara tersendiri untuk menanamkan rasa cinta Tanah Air kepada anak-anak. Saat merayakan Hari Persatuan Anak-anak Korea, Selasa (6/6), ratusan murid-murid dari Sekolah Dasar Pyongyang memiliki aktivitas yang terbilang ekstrem.

Mereka berpura-pura menjatuhkan granat ke sasaran, merangkak di bawah kawat berduri dan melemparkan diri mereka di atas pagar. Semua hal itu dilakukan dengan menyandang senapan AK47 imitasi di atas bahu mereka.

Salah seorang anak, Myong Hyon-Jong, mengatakan dia ingin bergabung ke militer saat dewasa nanti. Tujuannya tak lain untuk menjaga dan menghormati Pemimpin tertinggi Korut Kim Jong Un dengan kekuatan militer.


"Kami harus mempersiapkan diri untuk mempertahankan negara kami," kata Hyon-Jong.

Informasi saja, Hyon-Jong saat ini baru berusia 10 tahun.

Gurunya, Ri Su-Ryon menjelaskan, pertandingan ala militer ini ditujukan untuk memberikan semangat kepada anak-anak untuk membela negara saat mereka dewasa. "Selain itu, hal ini juga ditujukan untuk mempersiapkan mereka baik secara fisik maupun mental untuk mengalahkan musuh sembari menjunjung tinggi revolusioner Songun (militer pertama) kepemimpinan marshal yang dihormati (ditujukan untuk pemimpin Kim Jong-Un)," papar Su-Ryon.

Korea Utara -yang memiliki senjata nuklir- secara teknis masih dalam keadaan konflik setelah Perang Korea 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata dan bukan lewat perjanjian damai.

Korut mempertimbangkan dirinya dalam bahaya atas invasi Amerika Serikat -pembenarannya untuk pengembangan program atom dan rudal yang sudah mengakibatkan penetapan sejumlah sanksi dari Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Uji coba nuklir Korut terakhir kali dilakukan pada pekan lalu.

Sejak awal 2016, Kim telah mengawasi langsung uji coba dua nuklir dan sejumlah peluncuran rudal. Saat ini, Pyongyang memang tengah berusaha mengembangkan sebuah rudal yang dapat menjangkau wilayah Amerika Serikat. Ini merupakan hal yang menurut Presiden AS Donald Trump tidak akan pernah terjadi.

Guru Su-Ryon, 24 tahun, juga ikut ambil bagian dalam lomba rintangan tersebut.  "Saya melemparkan granat tangan dengan memikirkan bahwa saya akan mengalahkan semua musuh yang mencoba menyusup ke negara kami," katanya kepada AFP.

Warga Korut biasanya hanya mengungkapkan pendapat yang disetujui secara resmi saat berbicara dengan media asing.

Tak memiliki rasa iri

Seluruh anak-anak Korut secara otomatis merupakan anggota dari Persatuan Anak-Anak Korea.

Ini merupakan salah satu mekanisme di mana kesetiaan kepada pemerintah ditanamkan dari masa kanak-kanak. Dan perayaan pendirian badan ini di 1946 menjadi hari libur nasional warga Korut. Biasanya ditandai dengan hari olahraga di seluruh sekolah yang ada di Korut.

"Pada ajang ini, seluruh warga Korut mengingat dengan emosi mendalam prestasi abadi yang dilakukan oleh para pria hebat," demikian laporan kantor berita resmi Korut. Pernyataan itu merujuk pada pendiri Korea Utara Kim Il-Sung dan penggantinya Kim Jong-Il, yang notabene merupakan kakek dan ayah dari pemimpin Korut saat ini.

Di bawah kepemimpinan Kim Jong-Un, dikatakan, anak-anak sekolah dididik untuk menjadi pilar yang mendukung Juche Korea. Ini mengacu kepada sebuah referensi dari filsafat "kepercayaan diri".

Saat perlombaan berlangsung, anak-anak menari dalam formasi dan menyanyikan sejumlah lagu, seperti "Kami tidak memiliki rasa iri di dunia ini", "Game Angkatan Darat Revolusioner" dan "Our Thankworthy Sun", yang berisi tentang puji-pujian pemimpin saat ini.

"Kalian tidak boleh melupakan cinta dan perhatian hangat dari marshal besar Kim Jong-Un. Belajarlah yang giat untuk menjadi pria hebat di masa depan," kata kepala sekolah kepada murid-murid dan orang tua mereka yang sedang menonton. 

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie