Cara mengevaluasi kesehatan keuangan keluarga



Bagaimana pengaturan pengeluaran keuangan Anda selama ini? Apakah sudah terpenuhi dana cadangan Anda? Bagaimana performa investasi Anda selama ini?

Atas dasar itu, financial chek up perlu dilakukan. Apa tujuannya? Perencana Keuangan Pandji Harsanto mengatakan, tujuan evaluasi kesehatan keuangan agar tahu langkah perbaikan apa saja yang harus dilakukan, sehingga sudah siap untuk mencapai tujuan keuangan.

Sejatinya, mengetahui kondisi keuangan keluarga sehat atau tidak adalah penting karena menyangkut tujuan keuangan yang akan kita capai di kemudian hari. Akibat keuangan keluarga tidak sehat, maka yang terparah bisa timbul utang atau menjual aset.


"Jika sampai berutang pada pihak lain dan tidak bersedia membayar bisa menimbulkan tuntutan hukum perdata," kata Pandji.

Hal senada diutarakan Eko Endarto, Perencana Keuangan dari Finansia Consulting, yang menilai efek dari tidak sehatnya keuangan biasanya akan menganggu masa depan yang lebih baik tidak memiliki proteksi dan mengabaikan investasi. "Padahal kedua hal ini yang menjamin masa depan," ujarnya. 

Eko menyarankan, adanya evaluasi kesehatan keuangan keluarga, yakni proses penilaian atas kondisi keuangan setelah jangka waktu tertentu. Yang mana penilaian tersebut dibuat atas dasar perbandingan dengan target yang ditentukan.

Dengan cara ini, Anda bisa mengetahui kondisi riil atau sebenarnya dari keuangan Anda dan akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan untuk kegiatan keuangan di masa depan.

Setali tiga uang dengan Andreas Freddy Pieloor, Konselor Keuangan dan Keluarga Moneyn Love Financial Planning & Consultant, mengungkapkan, tujuan evaluasi kesehatan keuangan keluarga adalah untuk memastikan bahwa tujuan perjalanan keluarga menuju sejahtera dan bahagia tetap pada koridor dan tidak menyimpang terlalu jauh.

"Memastikan rencana berjalan dengan baik, serta bila ada kekeliruan dapat segera diperbaiki. Evaluasi kesehatan keuangan juga memastikan keluarga berjalan dalam path yang sesuai," papar Freddy.

Lantas, komponen apa saja yang mempengaruhi kesehatan keuangan keluarga? Menurut Freddy, komponen yang mempengaruhi kesehatan keuangan keluarga:

Pertama, ada pengeluaran besar yang terjadi (misalnya musibah) dan tidak ada asuransi, sehingga dana darurat terkuras.

Kedua, terjadi pengeluaran besar, karena tidak tertib membeli barang yang kurang dibutuhkan.

Ketiga, pengeluaran kecil yang tidak dianggarkan, namun terjadi berulang kali

Keempat, ada saudara atau keluarga yang meminta pertolongan dengan meminjam.

Kelima, ketidak-jujuran diri sendiri dan pasangan, ada pengeluaran tersembunyi.

Keenam, penghasilan yang tiba-tiba berhenti seperti akibat pemutusan hubungan kerja (PHK), pencari nafkah meninggal dunia, dan usaha sedang turun.

Tanda keuangan bermasalah

Setelah Anda memahami kalau evaluasi kesehatan keuangan keluarga harus dilakukan secara berkala, maka selanjutnya adalah mengetahui tanda tanda keuangan sedang bermasalah. Freddy bilang, keuangan keluarga bermasalah bisa dikenali dari keterlambatan membayar utang sehingga dikenakan denda serta peringatan.

Indikator lain, tidak bisa membayar premi asuransi, kadang bisa menabung dan berinvestasi, kadang juga tidak, serta biaya hidup lebih besar daripada penghasilan. "Terlambat membayar uang sekolah anak juga menjadi tanda-tanda keuangan tidak sehat," sebutnya.

Dalam kacamata Eko, masa lalu adalah utang. Karena kita menggunakan penghasilan sebagai dasar, maka dari 100% penghasilan maksimal hanya 30% boleh digunakan untuk membayar cicilan utang. Sebesar 10% harus ada untuk investasi, 10% proteksi dan sisanya bisa untuk konsumsi yang sekitar 50%.

Kalau dari penghasilan 60% habis untuk bayar hutang, maka bisa dikategorikan keuangan sudah tidak sehat. Sebab biasanya orang akan mengorbankan investasi dan proteksi sebagai keuangan dimasa depan. "Artinya, untuk bayar utang, dia rela menunda investasi dan proteksi," sebut Eko.

Nah, setelah Anda mengetahui mengenai penyebab dan tanda-tanda keuangan bermasalah, berikut uraian singkat mengenai cara memperbaiki keuangan keluarga menjadi sehat kembali:

  • Rasio keuangan sehat
Setiap keluarga tentunya selalu mengharapkan kondisi keuangan yang sehat dan stabil sehingga tujuan keuangan di masa depan tercapai sesuai perencanaan. Diana Sandjadja, Perencana Keuangan dari Tata Dana Consulting, menuturkan, ada beberapa rasio keuangan yang biasanya digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan keluarga.

Rasio yang umumnya digunakan adalah:

Pertama, rasio likuiditas. Likuiditas ini untuk mengetahui berapa banyak aset lancar yang dapat digunakan untuk menutup pengeluaran. Dengan cara lain rasio likuiditas ini bisa dihitung dari berapa banyak dana darurat yang dimiliki individu atau keluarga.

Dana darurat ini dalam bentuk aset lancar setara uang tunai, misalnya, dalam bentuk kas, tabungan, dan deposito sejumlah Rp 20 juta. Dengan asumsi pengeluaran rata-rata sebulanan Rp 5 juta, maka rasio dana darurat Rp 20 juta  tersebut setara empat kali.

Dana darurat inilah yang bisa diandalkan jika terjadi sesuatu di luar skenario. Misalnya, jika tiba-tiba individu atau keluarga kehilangan penghasilan, maka ongkos operasional rumah tangga selama empat bulan masih bisa terjaga.

Dalam hitungan Diana apabila seseorang yang masih single, idealnya punya minimal tiga kali dana darurat. Sementara untuk Anda yang sudah berkeluarga tapi belum punya anak, jumlah dana darurat harus lebih besar lagi enam kali pengeluaran bulanan.

Adapun bila sudah berkeluarga tapi sudah punya anak, sudah memiliki satu anak, dana darurat harus ditambah tiga bulan, semisal untuk sembilan bulan dan lebih dari satu anak 12 kali dana darurat.

Menurut Diana, selain digunakan untuk sumber dana cadangan saat kehilangan penghasilan, dana darurat juga bisa digunakan membiayai pengeluaran mendadak yang belum ada sumber dananya atau belum ada alokasi anggarannya.

Kedua, menjaga rasio cicilan utang: perbandingan antara total cicilan utang maksimum 35% dari pendapatan, mengingat jika lebih dari 35% maka akan sangat membebani cash flow rumah tangga.

Ketiga, menjaga rasio utang dibandingkan aset. Perbandingan antara utang dengan aset, maksimum 50%.

Artinya setengah dari aset yang dimiliki mempunyai sumber pembiayaan dari utang. "Masih ada rasio-rasio lain yang bisa mengindikasikan keuangan sehat bila memenuhi nilai idealnya," imbuh Diana.

Tak jauh berbeda dengan pendapat Freddy yang menyebutkan, parameter keuangan keluarga sehat adalah bisa dilihat dari indikator seluruh kewajiban (utang dan asuransi) bisa dibayar tepat waktu tiap bulan. Selain itu, segala rencana masa depan (investasi) dapat dicicil tepat waktu bulan.

Selain itu, semua kebutuhan dasar rumah tangga dan pendidikan bisa diselesaikan tepat waktu, serta masih ada dana untuk entertainment dan traveling. "Intinya   pengeluaran selalu lebih kecil daripada penghasilan," terang Freddy.

  • Evaluasi kesehatan keuangan
Ada sejumlah cara untuk menganalisis atau mengevaluasi kesehatan keuangan keluarga. Freddy menilai parameternya dari rekening investasi apakah bertumbuh dibanding tahun lalu, sesuai dengan harapan atau target (properti dan investasi lainnya).

Kemudian, apakah tiap bulan Anda selalu menyisihkan 10%-20% pendapatan sesuai dengan komitmen, mengecilkan utang konsumtif bahkan lunas, utang produktif semakin menurun atau bertambah dengan adanya satu properti lain. Lainnya, utang kartu kredit selalu lunas setiap tagihan tiba. 

Kalau dari evaluasi dan analisa keuangan keluarga hasilnya tidak sehat atau bermasalah, langkah langkah apa saja yang harus dilakukan?

Freddy menyarankan, segera menjual aset kurang produktif untuk melunasi utang konsumtif, hingga lunas. Misalnya seperti utang kartu kredit.

Agar Anda keluar dari masalah keuangan, tindakan selanjutnya adalah menghentikan segala langganan yang tidak produktif. Misalnya koran, TV, internet, dan majalah.

Menurunkan biaya hidup setiap bulan dan memastikan ada surplus untuk membayar segala kewajiban yang masih ada menjadi langkah yang patut Anda dilakukan.

"Tidak membeli barang apapun selama 12 bulan ke depan, yang bukan kebutuhan. Kalau perlu setiap hari libur, berdiam diri di rumah untuk menekan biaya yang tidak perlu," imbuh Freddy.

Pandji menimpali, pada dasarnya, agar masalah keuangan bisa segera teratasi caranya adalah membuat prioritas rasio keuangan mana saja yang harus diperbaiki. Setelah itu, buat to do list action plan yang realistis dan ditempuh dalam waktu dekat.

Mulai dari waktu satu bulan, tiga bulan, enam bulan dan hingga satu tahun ke depan. "Buat yang belum pernah sama sekali, ada baiknya untuk meminta bantuan perencana keuangan," ujarnya.

Pandji bilang, setidaknya seseorang perlu untuk memakai jasa perencana keuangan sekali dalam seumur hidupnya. Kontrak jasa perencana keuangan adalah satu tahun, maka Anda dapat memanfaatkan waktu tersebut guna belajar mengelola keuangan pribadi sehingga Anda bisa melakukannya sendiri di masa depan.

  • Membuat arus kas bulanan
Financial diagnosis atau evaluasi kesehatan keuangan digunakan untuk menilai apakah kondisi keuangan sehat atau tidak. Pandji menyarankan untuk melakukan financial chek up ini, Anda perlu untuk membuat rincian arus kas bulanan dan neraca keuangan (lihat tabel).

Pertama, menghitung berapa penghasilan bulanan atau penghasilan tahunan Anda. Untuk yang berpenghasilan tidak tetap, bisa menghitung histori berapa total penghasilan setahun sebelumnya.

"Penghasilan ini berupa gaji, komisi, deviden, hasil usaha, hasil dari sewaan properti, hasil dari kerja profesional, dan lainnya," paparnya.

Kedua, menghitung pengeluaran. Pos yang dihitung meliputi pengeluaran rutin bulanan seperti belanja bulanan, bayar uang sekolah anak, transportasi, dan pengeluaran pribadi.

Ditambah dengan cicilan utang bulanan seperti cicilan KPR, cicilan kredit apartemen, mobil, kartu kredit, dan lainnya.

Hitung juga pengeluaran rutin yang merupakan pengeluaran tahunan seperti pajak PBB, pajak kendaraan bermotor, premi asuransi. Adapun untuk menghitung tabungan atau investasi caranya adalah selisih antara total penghasilan dan total pengeluaran Anda merupakan tabungan atau investasi.

"Tabungan atau investasi ini yang nantinya digunakan untuk membiayai pengeluaran di masa depan," katanya.

Bagaimana membuat neraca keuangannya? Neraca keuangan mencakup aset lancar, aset tidak lancar, kewajiban jangka pendek, kewajiban jangka panjang. Dari komponen ini bisa dihitung berapa besar kekayaan bersih Anda.

Perlu Anda ketahui, aset lancar adalah aset yang mudah dalam pencairan atau likuid, seperti kas, tabungan, deposito, emas, reksadana, dan saham. Sedangkan aset tidak lancar penggunaannya lebih dari satu tahun.

Aset ini umumnya membutuhkan waktu untuk dijual. Misalnya  misalnya mobil, apartemen, rumah, dan tanah.

Saat mencatat aset sebaiknya dibawah harga pasar atau sewajarnya. Pandji pun menekankan, dapat dicatat pula dengan harga dijual kembali ketika perlu uang. "Mencatat total aset dengan menjumlahkan aset lancar dan aset tidak lancar," katanya.

Sementara untuk pos kewajiban terdiri dari dua: 

Pertama, kewajiban jangka pendek yang harus dibayarkan meliputi utang yang pelunasannya kurang dari setahun seperti kartu kredit dan KTA (kredit tanpa agunan).

Kedua, kewajiban jangka panjang dengan tempo pelunasan lebih dari setahun. Contohnya KPR, utang kepemilikan mobil atau apartemen.

Cara menghitung jumlah utang ini adalah mencatat berapa utang pokok dikurangi dengan utang pokok yang telah dibayar. Selanjutnya, menghitung total kewajiban dengan menjumlahkan jumlah kewajiban jangka pendek dan jumlah kewajiban jangka panjang.

Dari sini bisa diketahui berapa kekayaan bersih yang Anda miliki dengan menghitung selisih antara total aset dikurangi total kewajiban.

Ya, selamat cek ricek kekayaan pribadi, Anda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: S.S. Kurniawan