JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memperkirakan perlambatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada triwulan I-2015 ini. Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman Darmansyah Hadad menungkapkan, perlambatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi sepanjang tiga bulan pertama 2015 ini, tidak mencerminkan kondisi pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun. Artinya, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2015 bisa membaik. Oleh karena itu, kata Muliaman, industri perbankan nasional belum melakukan revisi kinerja keuangan pasca pengumuman perlambatan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,71% sepanjang kuartal I-2015 ini. "Belum ada revisi termasuk revisi pertumbuhan kredit. Kami berharap pertengahan tahun ini akan rebound," kata Muliaman di Jakarta, Selasa (5/4). Dalam kesempatan yang sama, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Nelson Tampubolon bilang, OJK masih optimis kinerja industri perbankan Tanah Air masih akan bisa membaik pada semester II mendatang. Hal ini lantaran perbankan mulai menggenjot pertumbuhan penyaluran kredit di kuartal III dan kuartal IV setiap tahunnya. "Berdasarkan pengalaman, biasanya perbankan lebih memacu kredit di awal cukup lambat dan pada kuartal III dan kuartal IV, mulai naik," jelas Nelson. Nelson bilang, wasit lembaga keuangan ini belum revisi guideline industri perbankan tahun ini lantaran masih berharap adanya perbaikan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan kredit. Hal ini dilakukan agar bisa men-cover perlambatan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan kredit di sepanjang kuartal I. "Sekarang belum waktunya minta bank untuk merevisi. Kami sudah bertanya kepada bank-bank besar, mereka bilang masih optimis, jadi belum ada niat revisi rencana bisnis dan masih optimis pertumbuhan kredit di level 15%-17%," katanya. Lebih lanjut Nelson mengungkapkan, banyak faktor pendorong pertumbuhan ekonomi semester II mendatang. Dari sisi pendanaan, OJK gencar mempromosikan pasar modal serta pengembangan perusahaan modal ventura. Dengan begitu, diharapkan ekspor dapat meningkat. Nelson menambahkan, langkah penurunan bunga kredit yang dilakukan oleh perbankan bisa membantu mendorong pertumbuhan ekonomi. "Kalau penurunan suku bunga kredit, pasti otomatis ada daya dorong untuk naik. Bank-bank sudah mulai menurunkan suku bunga deposito. Langkah berikutnya biaya dana turun sehingga bisa diiringi penurunan bunga kredit," ujar Nelson. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Cara OJK tenangkan pasar soal pertumbuhan ekonomi
JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memperkirakan perlambatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada triwulan I-2015 ini. Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman Darmansyah Hadad menungkapkan, perlambatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi sepanjang tiga bulan pertama 2015 ini, tidak mencerminkan kondisi pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun. Artinya, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2015 bisa membaik. Oleh karena itu, kata Muliaman, industri perbankan nasional belum melakukan revisi kinerja keuangan pasca pengumuman perlambatan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,71% sepanjang kuartal I-2015 ini. "Belum ada revisi termasuk revisi pertumbuhan kredit. Kami berharap pertengahan tahun ini akan rebound," kata Muliaman di Jakarta, Selasa (5/4). Dalam kesempatan yang sama, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Nelson Tampubolon bilang, OJK masih optimis kinerja industri perbankan Tanah Air masih akan bisa membaik pada semester II mendatang. Hal ini lantaran perbankan mulai menggenjot pertumbuhan penyaluran kredit di kuartal III dan kuartal IV setiap tahunnya. "Berdasarkan pengalaman, biasanya perbankan lebih memacu kredit di awal cukup lambat dan pada kuartal III dan kuartal IV, mulai naik," jelas Nelson. Nelson bilang, wasit lembaga keuangan ini belum revisi guideline industri perbankan tahun ini lantaran masih berharap adanya perbaikan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan kredit. Hal ini dilakukan agar bisa men-cover perlambatan pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan kredit di sepanjang kuartal I. "Sekarang belum waktunya minta bank untuk merevisi. Kami sudah bertanya kepada bank-bank besar, mereka bilang masih optimis, jadi belum ada niat revisi rencana bisnis dan masih optimis pertumbuhan kredit di level 15%-17%," katanya. Lebih lanjut Nelson mengungkapkan, banyak faktor pendorong pertumbuhan ekonomi semester II mendatang. Dari sisi pendanaan, OJK gencar mempromosikan pasar modal serta pengembangan perusahaan modal ventura. Dengan begitu, diharapkan ekspor dapat meningkat. Nelson menambahkan, langkah penurunan bunga kredit yang dilakukan oleh perbankan bisa membantu mendorong pertumbuhan ekonomi. "Kalau penurunan suku bunga kredit, pasti otomatis ada daya dorong untuk naik. Bank-bank sudah mulai menurunkan suku bunga deposito. Langkah berikutnya biaya dana turun sehingga bisa diiringi penurunan bunga kredit," ujar Nelson. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News