Siapa tidak ingin berinvestasi? Hampir setiap orang pasti ingin memetik manfaat dari investasi, yaitu memenuhi berbagai kebutuhan di masa depan. Kebutuhan keuangan yang ingin dibiayai itu, yang biasa disebut sebagai tujuan investasi. Dan masing-masing orang punya tujuan investasi yang unik. Contoh tujuan investasi yang banyak disebut seperti membiayai pendidikan anak. Tujuan investasi lain yang populer seperti membeli rumah. Biasanya, menetapkan tujuan investasi ini bukan tugas yang sulit. Kebanyakan orang pasti ingin bisa ketika ditanya keinginannya di masa depan. Namun tidak semua bisa merancang, apalagi menjalankan rencana untuk mencapai tujuan investasinya.
Nah, langkah pertama untuk memastikan Anda bisa mencapai tujuan investasi adalah melakukan self assessment. Tujuan penilaian diri sendiri ini adalah mengukur seberapa siap Anda menjadi investor. Jangan salah, kesiapan berinvestasi tidak ditentukan oleh nilai dana yang Anda miliki saat ini. Rudiyanto, Head of Operation & Business Development PT Panin Asset Management menuturkan, ukuran kesiapan menjadi investor adalah sehat secara keuangan. Definisi sehat secara keuangan itu adalah memiliki
cash flow positif. Lebih lanjut, seberapa sehat kita secara keuangan bisa diukur dengan menggunakan berbagai rasio keuangan. Seseorang yang melakukan
financial check up berarti memperbandingkan rasio yang ia peroleh dengan nilai rata-rata rasio tersebut. Jika rasio orang itu sudah sama, atau bahkan, lebih baik, dibandingkan dengan rasio standar, baru ia disebut "sehat secara keuangan" dan siap menjadi investor. Ada empat alat ukur yang lazim dipergunakan dalam
financial check up, yaitu persentase utang konsumtif, rasio cicilan, rasio dana darurat dan rasio biaya terhadap pendapatan. Yang dimaksud utang konsumtif di sini mencakup utang kartu kredit dan kredit tanpa agunan. Standar persentase utang konsumtif adalah 0%. Ini berarti, sebelum berinvestasi, Anda wajib melunasi seluruh utang konsumtif yang ada. Untuk alasan apa pun, memiliki utang konsumtif membuat orang tidak sehat secara keuangan, dan tidak layak menjadi investor. Ada hitung-hitungan yang membenarkan mengapa Anda harus terbebas dari utang konsumtif sebelum bisa menikmati manisnya buah berinvestasi. "Imbal hasil investasi yang tinggi, katakanlah 20% hingga 25%, tidak berarti lagi, jika Anda masih terkena bunga utang konsumtif, yang besarnya antara 30% hingga 40%,” tutur Lisa Soemarto, perencana keuangan independen dari Akbar Financial Check Up (AFC). Rasio cicilan adalah total cicilan bulanan dibagi dengan total pendapatan tetap setiap bulan. Cicilan yang harus disertakan dalam rasio ini seperti cicilan pembelian rumah, apartemen, mobil atau motor. Untuk mendapat predikat sehat secara finansial, seseorang harus memiliki rasio cicilan bulanan paling tinggi 30%. Rasio dana darurat adalah total asset likuid dibagi dengan total biaya tetap per bulan. Total asset likuid antara lain dana kas, tabungan, deposito, giro dan reksadana pasar uang. Total biaya tetap bulanan adalah seluruh pengeluaran yang sifatnya tetap setiap bulan seperti biaya sewa, listrik, biaya makan dan minum, uang sekolah anak-anak, biaya transportasi dan biaya tetap lainnya yang tidak dapat dihemat lagi. Standar rasio dana darurat adalah 6 kali untuk mereka yang berstatus lajang, dan 12 kali untuk mereka yang sudah berkeluarga. Terakhir, rasio biaya terhadap pendapatan diperoleh dari membagi total biaya tetap bulanan dengan total pendapatan tetap bulanan. Standar rasio ini adalah kurang dari 1. Artinya, gaya hidup sehat adalah gaya hidup di mana seluruh pengeluaran yang sifatnya tetap dapat dicover dari pendapatan yang sifatnya juga tetap. Nah, jika rasio ini lebih dari 1, berarti Anda perlu menyesuaikan gaya hidup. Ada cara yang bisa ditempuh, yaitu meningkatkan pendapatan tetap, atau menurunkan pengeluaran yang sifatnya tetap. Konsep waktu Apabila hasil
check up menunjukkan Anda sudah sehat secara keuangan, berarti Anda sudah bisa masuk ke tahap merancang rencana investasi. Rudiyanto menyarankan, penggunaan konsep SMART saat menyusun rencana investasi. SMART yang merupakan akronim dari Spesific, Measurable, Attainable, Realistic, Time Bound populer sebagai konsep manajemen secara umum untuk mencapai suatu tujuan. Dalam perencanaan investasi, yang dimaksud dengan
spesific adalah menetapkan tujuan investasi yang jelas. Misal, membiayai pendidikan anak di universitas dalam negeri, di program studi kedokteran. Sedang measurable berarti tahapan pencapaian tujuan bisa dikuantifikasi. Misal, harus ada penetapan nilai yang akan diinvestasikan per periodenya, seperti per bulan. Atau, ada target nilai di waktu tertentu.
Attainable dan
realistic berkaitan satu sama lain. Tak jauh berbeda dengan arti harafiahnya,
attainable, mengharuskan kita untuk menyusun rencana yang bisa dicapai. Jadi, penetapan tujuan di masa depan itu mau tak mau harus disesuaikan dengan kondisi di masa kini. Konsep
realistic menyarankan hal yang sama. Ia bisa dipergunakan saat kita memilih instrumen investasi untuk mencapai tujuan. Realistis juga bisa berarti Anda sedikit banyak harus paham tentang konsep Time Value of Money, alias nilai waktu dari uang, saat menyusun rencana investasi. Konsep nilai waktu dari uang itu terbagi atas
present value atau nilai uang di masa kini, dan
future value alias nilai di masa depan.
Present value dalam kehidupan sehari-hari bermanfaat saat kita menghitung beban cicilan kredit. Sedang
Future Value cocok digunakan untuk menghitung nilai aset di masa mendatang. Misal, kita ingin tahu berapa nilai saldo tabungan berjangka kita, setelah menabung sekian rupiah selama sekian tahun.
Sedang,
time bound mengharuskan kita memasukkan dimensi waktu dalam perencanaan investasi. Kapan tujuan itu harus tercapai? Tentu, itu tidak lepas juga dari kapan rencana investasi digulirkan. “Penetapan waktu ini perlu agar Anda punya motivasi,” ujar Lisa. Rencana investasi yang sudah Anda garap dengan cermat itu, juga akan sia-sia kalau Anda tidak konsisten untuk menjalankannya. Nah, strategi termudah untuk tetap fokus dalam mencapai tujuan investasi adalah melakukan
cost averaging. Strategi yang menempatkan uang dalam nilai yang sama, secara konsisten setiap periode, katakanlah, per bulan, terutama cocok bagi Anda yang memilih reksadana sebagai instrumen investasi. Siap berinvestasi? Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Edy Can