Cara Sampoerna cegah anak kerja di sektor tembakau



JAKARTA. PT HM Sampoerna Tbk (Sampoerna) terus merealisasikan komitmennya dalam mencegah kalangan anak-anak bekerja di sektor pertanian tembakau. Cara Sampoerna ini ditempuh dengan menggelar program corporat social responsibility (CSR) bertajuk ‘Sampoerna untuk Indonesia’ (SUI). 

Program CSR itu bekerja sama dengan Social Transformation and Public Awareness (STAPA) Center dalam menggelar kegiatan After School Program (ASP) bertema Pendidikan Keterampilan Hidup Bagi Siswa Sekolah Dasar Dalam Upaya Pencegahan Pekerja Anak di Pertanian Tembakau. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran siswa, guru dan orangtua mengenai pekerja anak dengan memperkenalkan hak-hak dasar anak.   Rangkaian kegiatan ASP dilaksanakan di 22 Sekolah Dasar yang tersebar di Kabupaten Klaten, Lumajang,  Jember dan Rembang dan telah menjangkau lebih dari 5,000 siswa. “Program ini merupakan salah satu wujud komitmen Sampoerna dalam mengembangkan potensi yang dimiliki anak-anak di lingkungan pertanian tembakau,” ujar Ervin Pakpahan, Head of Stakeholder, Regional Relations & CSR Sampoerna dalam keterangannya, Selasa (7/3).   Ervin berharap, kegiatan ini dapat memperoleh dukungan dari para pemangku kepentingan. “Kegiatan ini butuh dukungan dari berbagai pihak termasuk orangtua, guru dan Pemerintah. Sebab, kegiatan ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pendidikan bagi para siswa melalui berbagai kegiatan kreatif di pasca jam sekolah,” imbuh dia.   Puncak ASP di Jember   Dalam program ASP, para siswa diberikan pendidikan, motivasi dan keterampilan. Fasilitas ini diharapkan mampu menjauhkan anak-anak dari kegiatan yang tidak sesuai bagi mereka.

Kegiatan ini sejalan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 59 tahun 2002 tentang Rencana Aksi Nasional Penghapusan Bentuk-bentuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak (BPTA) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Antara lain, berupa pengadaan kondisi sosial dan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan anak, serta peningkatan kualitas pendidikan bagi anak-anak.   Dalam kelas keterampilan non-akademik tersebut, selain diberikan informasi mendalam mengenai hak dasar anak dan jenis-jenis pekerjaan terburuk anak dan risikonya. Para siswa juga diperkenalkan ilmu tentang pertanian organik, pengolahan daur ulang sampah, mengenal lagu dan tarian tradisional serta keterampilan membuat puisi dan cerita.   Dalam puncak rangkaian kegiatan ASP, Sampoerna melaksanakan dua kegiatan lainnya guna menampilkan kemampuan dan karya siswa yaitu Family Week-end Challenge (FWC) dan Student Creativity Exhibition (SCE).


“Kegiatan Family Week-end Challenge bertujuan untuk menjaga hubungan dan interaksi diantara orangtua, siswa dan guru. Interaksi ini dibutuhkan untuk memahami situasi pekerja anak,” timpal Zainul Faizin, Direktur STAPA Center.     Di puncak kegiatan ASP Jember pada akhir Februari lalu, kegiatan SCE yang berbentuk acara Gebyar Seni dan Pameran Karya Siswa dilaksanakan oleh 8 Sekolah Dasar.

A. Muqit Arief, Wakil Bupati Jember mengatakan, pihaknya sangat terkesan dengan kegiatan After School Program yang dilaksanakan oleh STAPA Center dan bekerja sama dengan Sampoerna.

Dia bilang, kegiatan terpadu ini sangat produktif dan sangat dibutuhkan oleh semua pihak mulai dari orangtua, para pendidik dan anak-anak, terutama dalam kaitan permasalahan pekerja anak.

"Kegiatan ASP juga memperkenalkan dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak-anak.  Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih atas terselenggaranya acara ini,” kata Muqit Arief.

Muqit menambahkan, dukungan Pemerintah Daerah untuk mengatasi segala persoalan yang berkaitan dengan pekerja anak di Jember. “Saya berharap program ini dapat terus menjangkau seluruh wilayah Jember dan juga menginspirasi banyak pihak,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan