JAKARTA. Perusahaan asal Amerika Serikat, Cargill Cocoa and Chocolate akan membangun pabrik pengolahan kakao di Sulawesi Selatan. Pembangunan pabrik berkapasitas 65.000 ton per tahun itu akan menghabiskan dana investasi sebesar US$ 100 juta.Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian, Benny Wahyudi, mengatakan, Cargill berencana merealisasikan investasinya pada pertengahan tahun 2012. Saat ini mereka masih melakukan persiapan dan mencari lokasi yang tepat untuk pembangunan pabrik. "Targetnya pertengahan tahun 2013 sudah mulai berproduksi," kata Benny, Jumat (16/9).Menurut Benny, investasi yang dilakukan Cargill merupakan salah satu bukti bahwa penerapan bea keluar (BK) kakao sangat efektif untuk mendorong pertumbuhan industri di sektor hilir. Pemerintah juga tengah mendorong agar Cargill tidak hanya melakukan investasi pada industri hilir kakao tapi juga berinvestasi pada industri hilir crude palm oil (CPO).Seiring dengan pemberlakuan BK kakao dan CPO, pemerintah juga terus mempromosikan investasi di sektor hilir ke berbagai negara seperti ke Amerika Serikat dan Timur Tengah. Saat ini, beberapa perusahaan juga telah menyatakan minatnya untuk melakukan investasi di sektor hilir. Salah satunya adalah P & G yang ingin melakukan investasi pada industri hilir CPO.Benny menegaskan kebijakan BK mampu mengurangi ekspor bahan baku mentah dan mendorong pertumbuhan industri hilir di dalam negeri. Selain bisa memberikan nilai tambah bagi industri di dalam negeri, investasi industri hilir mampu memberikan peluang kerja yang lebih besar ke masyarakat.Ketua Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI), Peter Jasman, mengatakan, selain Cargill juga terdapat beberapa perusahaan asing lain yang berniat melakukan investasinya di sektor hilir kakao. "Kami optimistis, adanya penerapan BK kakao akan mampu mengundang investasi industri hilir lebih banyak lagi," kata Peter.Salah satu perusahaan yang akan melakukan investasinya adalah perusahaan asal Malaysia, PT Asia Cocoa Indonesia. Mereka saat ini sedang membangun pabrik pengolahan kakao di Batam berkapasitas 60.000 ton per tahun. Selanjutnya, Cargill akan melanjutkan investasi pada tahun 2012 untuk menggandakan kapasitas pabrik menjadi 120.000 ton per tahun. Nilai investasi untuk penambahan kapasitas tersebut sekitar US$ 60 juta.Selain itu, perusahaan Malaysia, JB Cocoa, juga akan berinvestasi di Surabaya. Perusahaan itu akan membangun pabrik berkapasitas 30.000 ton per tahun. Nilai investasi pembangunan pabrik sekitar US$ 30 juta. Selain investasi perusahaan baru, beberapa perusahaan yang sudah beroperasi di Indonesia juga akan melakukan peningkatan kapasitas.Dengan tambahan kapasitas pabrik pengolahan kakao milik Cargill dan JB Cocoa pada 2013, kapasitas pabrik pengolahan kakao nasional akan menjadi minimal 495.000 ton per tahun. Tahun ini, produksi biji kakao nasional diperkirakan mencapai 550.000 ton, dan kapasitas produksi pabrik pengolahan kakao nasional masih sebesar 280.000 ton per tahun. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Cargill bakal bangun pabrik pengolahan kakao US$ 100 juta
JAKARTA. Perusahaan asal Amerika Serikat, Cargill Cocoa and Chocolate akan membangun pabrik pengolahan kakao di Sulawesi Selatan. Pembangunan pabrik berkapasitas 65.000 ton per tahun itu akan menghabiskan dana investasi sebesar US$ 100 juta.Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian, Benny Wahyudi, mengatakan, Cargill berencana merealisasikan investasinya pada pertengahan tahun 2012. Saat ini mereka masih melakukan persiapan dan mencari lokasi yang tepat untuk pembangunan pabrik. "Targetnya pertengahan tahun 2013 sudah mulai berproduksi," kata Benny, Jumat (16/9).Menurut Benny, investasi yang dilakukan Cargill merupakan salah satu bukti bahwa penerapan bea keluar (BK) kakao sangat efektif untuk mendorong pertumbuhan industri di sektor hilir. Pemerintah juga tengah mendorong agar Cargill tidak hanya melakukan investasi pada industri hilir kakao tapi juga berinvestasi pada industri hilir crude palm oil (CPO).Seiring dengan pemberlakuan BK kakao dan CPO, pemerintah juga terus mempromosikan investasi di sektor hilir ke berbagai negara seperti ke Amerika Serikat dan Timur Tengah. Saat ini, beberapa perusahaan juga telah menyatakan minatnya untuk melakukan investasi di sektor hilir. Salah satunya adalah P & G yang ingin melakukan investasi pada industri hilir CPO.Benny menegaskan kebijakan BK mampu mengurangi ekspor bahan baku mentah dan mendorong pertumbuhan industri hilir di dalam negeri. Selain bisa memberikan nilai tambah bagi industri di dalam negeri, investasi industri hilir mampu memberikan peluang kerja yang lebih besar ke masyarakat.Ketua Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI), Peter Jasman, mengatakan, selain Cargill juga terdapat beberapa perusahaan asing lain yang berniat melakukan investasinya di sektor hilir kakao. "Kami optimistis, adanya penerapan BK kakao akan mampu mengundang investasi industri hilir lebih banyak lagi," kata Peter.Salah satu perusahaan yang akan melakukan investasinya adalah perusahaan asal Malaysia, PT Asia Cocoa Indonesia. Mereka saat ini sedang membangun pabrik pengolahan kakao di Batam berkapasitas 60.000 ton per tahun. Selanjutnya, Cargill akan melanjutkan investasi pada tahun 2012 untuk menggandakan kapasitas pabrik menjadi 120.000 ton per tahun. Nilai investasi untuk penambahan kapasitas tersebut sekitar US$ 60 juta.Selain itu, perusahaan Malaysia, JB Cocoa, juga akan berinvestasi di Surabaya. Perusahaan itu akan membangun pabrik berkapasitas 30.000 ton per tahun. Nilai investasi pembangunan pabrik sekitar US$ 30 juta. Selain investasi perusahaan baru, beberapa perusahaan yang sudah beroperasi di Indonesia juga akan melakukan peningkatan kapasitas.Dengan tambahan kapasitas pabrik pengolahan kakao milik Cargill dan JB Cocoa pada 2013, kapasitas pabrik pengolahan kakao nasional akan menjadi minimal 495.000 ton per tahun. Tahun ini, produksi biji kakao nasional diperkirakan mencapai 550.000 ton, dan kapasitas produksi pabrik pengolahan kakao nasional masih sebesar 280.000 ton per tahun. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News