JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) sedang gigit jari. Perusahaan pertambangan nikel ini memperkirakan, pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) tak sesuai jadwal.Direktur Keuangan ANTM Djaja M Tambunan mengatakan, sebetulnya proyek PLTU 2X75 Mega Watt (MW) Pomala ini sudah bisa kontruksi pada akhir 2010. Namun, "Calon mitra PLTU ini menetapkan harga yang tidak sesuai dengan keinginan kami," katanya.Alwin Syah Loebis, Direktur Utama ANTM mengatakan, PT Nava Barat sebagai calon mitra pembangunan PLTU itu menawarkan harga US$ 13 per Kilo Watt Hours (KwH). Menurutnya, harga ini sama dengan biaya produksi feronikel dari Pembangkit Listrik Negara Diesel (PLTD) III. Padahal, "Harusnya menggunakan batubara itu lebih murah ketimbang solar," ucapnya.Lantaran itulah, ANTM berencana menjajaki calon mitra lain yang bisa memberikan harga yang lebih rendah. Maklum, rencana pembangunan PLTU ini untuk mengurangi biaya produksi feronikel. "Kami masih mengkaji apa mau mencari (calon mitra) yang memberikan listrik yang lebih murah atau mencari gas," imbuh Djaja.Djaja bilang untuk melakukan produksi feronikel lewat gas masiih dalam tahap kajian. Lantaran harga tidak sesuai, Djaja memperkirakan konstruksi PLTU ini paling cepat dilakukan pada tahun depan. Pembangunan PLTU ini pun akan sangat tergantung dari calon mitra.Sekedar mengingatkan, sebelumnya dalam proyek senilai US$ 300 juta, ANTM menggandeng PT Nava Bharat dan PT Indika Energy Tbk (INDY). Namun, INDY belakangan mundur dari proyek ini. Rencananya, PLTU ini mulai konstruksi akhir 2010 dan bisa beroperasi secara komersial 2013.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Cari mitra lagi, PLTU ANTM molor
JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) sedang gigit jari. Perusahaan pertambangan nikel ini memperkirakan, pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) tak sesuai jadwal.Direktur Keuangan ANTM Djaja M Tambunan mengatakan, sebetulnya proyek PLTU 2X75 Mega Watt (MW) Pomala ini sudah bisa kontruksi pada akhir 2010. Namun, "Calon mitra PLTU ini menetapkan harga yang tidak sesuai dengan keinginan kami," katanya.Alwin Syah Loebis, Direktur Utama ANTM mengatakan, PT Nava Barat sebagai calon mitra pembangunan PLTU itu menawarkan harga US$ 13 per Kilo Watt Hours (KwH). Menurutnya, harga ini sama dengan biaya produksi feronikel dari Pembangkit Listrik Negara Diesel (PLTD) III. Padahal, "Harusnya menggunakan batubara itu lebih murah ketimbang solar," ucapnya.Lantaran itulah, ANTM berencana menjajaki calon mitra lain yang bisa memberikan harga yang lebih rendah. Maklum, rencana pembangunan PLTU ini untuk mengurangi biaya produksi feronikel. "Kami masih mengkaji apa mau mencari (calon mitra) yang memberikan listrik yang lebih murah atau mencari gas," imbuh Djaja.Djaja bilang untuk melakukan produksi feronikel lewat gas masiih dalam tahap kajian. Lantaran harga tidak sesuai, Djaja memperkirakan konstruksi PLTU ini paling cepat dilakukan pada tahun depan. Pembangunan PLTU ini pun akan sangat tergantung dari calon mitra.Sekedar mengingatkan, sebelumnya dalam proyek senilai US$ 300 juta, ANTM menggandeng PT Nava Bharat dan PT Indika Energy Tbk (INDY). Namun, INDY belakangan mundur dari proyek ini. Rencananya, PLTU ini mulai konstruksi akhir 2010 dan bisa beroperasi secara komersial 2013.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News