JAKARTA. Dua anak usaha syariah bank pelat merah berencana menawarkan saham perdana ke publik di pasar modal atau
Initial Public Offering (IPO) untuk memperkuat permodalan perseroan pada tahun 2018 mendatang. Kedua anak usaha tersebut antara lain PT Bank BRI Syariah dan PT Bank BNI Syariah. Direktur Utama BRI Syariah, Mochammad Hadi Santoso mengatakan langkah tersebut telah lama direncanakan oleh perseroan sejak tahun lalu, guna mengurangi ketergantungan perseroan dari induk usaha yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. "Kami berupaya mencari tambahan modal sendiri, tahun depan Insya Allah kami ingin IPO," ujarnya saat ditemui di Jakarta, (8/6). Adapun, untuk menuju IPO, BRI Syariah menyebut saat ini pihaknya tengah mendiskusikan hal tersebut dan telah membentuk tim khusus guna melancarkan langkah-langkah yang diperlukan untuk melantai di bursa tahun depan.
Sebagai langkah awal, perseroan menargetkan mampu menyerap dana sekitar Rp 1 triliun dari rencana IPO di tahun depan. Pihaknya menyebut, setelah IPO pihaknya akan lebih aktif untuk meningkatkan pembiayaan khususnya di segmen komersial dan infrastruktur. Adapun dari sisi kecukupan modal, sampai dengan akhir tahun, Hadi menuturkan saat ini perseroan masih memiliki dana yang melimpah untuk ekspansi pembiayaan. Hal ini tercermin dari rasio kecukupan modal (
Capital Adequacy Ratio/CAR) BRI Syariah yang berada di level 20%. "Syarat sehat ekspansi itu CAR 14%, kami 20%," imbuhnya. Sebagai informasi saja, laporan keuangan perseroan bulan April 2017 menunjukkan, pembiayaan BRI Syariah hanya tumbuh 4,98% secara yoy menjadi Rp 18 triliun. Sementara, dana pihak ketiga (DPK) naik 24,53% yoy menjadi Rp 23,49 triliun. Kendati demikian, laba per April 2017 masih turun 33,89% yoy menjadi Rp 45,15 miliar. Sementara dari sisi modal, hingga April, modal inti perseroan tercatat mencapai Rp 2,44 triliun. Usai IPO, pihaknya menarget tahun 2019 BRI Syariah dapat naik kelas menjadi Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) III dengan modal inti minimum senilai Rp 5 triliun. Sedangkan BNI syariah mengatakan pihaknya belum menempatkan langkah IPO sebagai sarana penambah modal usaha. Direktur BNI Syariah, Dhias Widhiyati mengatakan hal tersebut merupakan opsi kedua setelah pihaknya mendapatkan suntikan modal dari induk PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI). "Untuk penguatan modal, memang ada rencana suntikan modal dari pemegang saham. Semoga bisa direalisasi tahun ini," kata Dhias dalam pesan singkatnya kepada KONTAN, Minggu (11/6). BNI Syariah memang direncanakan mendapat suntikan modal dari induk sebesar Rp 500 miliar di tahun ini. Sementara untuk rencana IPO maupun wacana menggandeng
strategic investor. masih berada dalam tahap diskusi secara internal. Asal tahu saja, saat ini tercatat total modal perseroan yaitu sebesar Rp 2,6 triliun dengan modal inti Rp 2,4 triliun. Dengan adanya dana segar dari induk diharapkan mampu menaikkan rasio kecukupan modal BNI Syariah menjadi 18% dari sebelumnya 14,6%. Sebagai tambahan, merujuk pada laporan keuangan bulan April 2017, BNI Syariah mencatat pembiayaan mencapai Rp 22,26 triliun. Pembiayaan BNI syariah mengalami peningkatan 22,26% secara tahunan atau
year on year (yoy).
Dari sisi pendanaan, tercatat dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun mencapai Rp 27,41 triliun atau tumbuh 29,05% dibanding April 2016 yang sebesar Rp 21,24 triliun. Hingga akhir tahun 2017, BNI Syariah memasang target pertumbuhan pembiayaan sebesar 17% hingga 20%. Direktur Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Deden Firmansyah menyambut baik rencana kedua bank syariah tersebut. Menurutnya, selain merupakan salah satu alternatif sumber penambahan permodalan, dengan menjadi perusahaan terbuka diharapkan penerapan
Good Corporate Governance (GCG) dapat menjadi semakin baik. "Khusus untuk anak usaha bank BUMN, tentunya rencana penambahan modal melalui IPO tersebut harus selaras dengan rencana jangka panjang induk maupun
ultimate shareholder," kata Deden. Kendati demikian, OJK menyatakan sampai saat ini pihaknya belum mendapatkan pengajuan terkait rencana IPO bank syariah. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie