KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Seberapa besar potensi tekanan terhadap cashflow kepada emiten BUMN konstruksi akibat moratorium proyek jalan layang (elevated) termasuk light rail transit (LRT) masih belum bisa terukur. Namun, setidaknya PT Adhi Karya Tbk (ADHI) dan PT PP (PTPP) memastikan moratorium itu tak akan mengganggu cashflow perusahaan. Segmen jalan tol dan jembatan ADHI memang tidak sebesar PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT). Tapi, ADHI punya proyek LRT yang hampir dari stasiun ke stasiun lainnya berada di atas tanah.
Direktur Keuangan ADHI Harris Gunawan mengatakan, tidak semua aspek pengerjaan proyek elevated dimoratorium melainkan hanya sebagian. "Yang akan direview lebih kepada metode konstruksi," ujarnya kepada KONTAN, Selasa (20/2). Review juga setidaknya hanya sebatas pada enam poin. Keenam poin tersebut adalah, sertifikasi dan pengalaman kerja, keberadaan konsultan pengawas di lapangan, kelayakan alat kerja, teknologi dan metode kerja, material yang dipakai serta penerapan SOP di lapangan. "Kami memang terkena suspensi, tapi kami sudah siap mengajukan metode konstruksi ke tim Komite Keselamatan Konstruksi (KKK) Kementerian PUPR. Secara desain dan metode kami lebih siap karena didampingi konsultan dari Perancis," tutur Harris. Dokumen tersebut segera akan disampaikan lengkap pekan ini sehingga moratoriumnya tidak berlangsung lama. Jika disetujui, proyek yang pembayarannya berdasarkan progress dalam termin tertentu itu segera dilanjutlan. "Jadi, cashflow aman," imbu Harris. Sekretaris Perusahaan PT PP Nugroho Agung Sunyoto memberi penegasan serupa. Bukan hanya data, secara kasat mata juga jarang terlihat proyek elevated yang dikerjakan oleh PTPP. Di luar Jakarta, ada. "Di Papua sebentar lagi pengangkatan jembatan, tapi ini special case," tegasnya. Robertus mengatakan, sentimen negatif ini sejatnya justru bisa menjadi peluang untuk melakukan buy on weakness saham emiten BUMN konstruksi. Sebab, moratorium itu sifatnya hanya sementara. Selain itu, lanjut Robertus, pengerjaan proyek tersebut kebanyakan dilakukan oleh sub-konstruksi. Sehingga, setelah ada evaluasi, para kontraktor utama seperti WSKT bisa mengevaluasi atau bahkan mengganti sub yang ada. Justru hal ini akan membuat kualitas pengerjaan proyek elevated kedepannya semakin baik.
Muhammad Nafan Aji, Analis Binaartha Parama Sekuritas berpendapat, insiden tersebut hanya berlaku secara temporer saja. Sebab, proyek tol Becakayu masih dilanjutkan agar target pembangunan tercapai. “Insiden juga bisa ditangani dengan baik dan tidak menimbulkan korban jiwa,” kata Nafan. Secara teknikal, Nafan melanjutkan, pada daily chart terlihat koreksi wajar. Ini juga terkait dengan koreksi IHSG yang sebelumnya naik sangat signifikan. WSKT secara daily trend masih terlihat uptrend. ”Pergerakan harga masih melampaui garis MA 20 atau garis tengah dari bollinger,” ungkapnya. Selain daily chart, secara weekly chart juga sudah sangat bullish. Dia merekomendasikan hold saham WSKT dengan target harga Rp 3.580. Pada penutupan perdagangan sesi I, Selasa (20/2), saham WSKT berada pada level Rp 3.060 atau melemah 1,61%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sofyan Hidayat