Cashless Makin Tinggi, Begini Strategi Perbankan Hadapi Penyusutan Transaksi ATM



KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Pesatnya perkembangan dan inovasi fitur mobile banking hingga super app, serta adopsi budaya cashless telah menyebabkan masyarakat perlahan meninggalkan kebutuhannya akan uang tunai dan transaksi menggunakan mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) untuk efisiensi.

Data Bank Indonesia per Agustus 2024 yang mencatat volume transaksi ATM menurun 8,5% yoy menjadi 581,33 juta transaksi, dari sebelumnya 635,23 juta transaksi pada periode yang sama tahun lalu.

Masih pada periode yang sama, nilai transaksi ATM juga ikut menurun 8,4% yoy menjadi Rp 590,77 triliun, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 644,78 triliun.


Sejumlah bankir juga mengakui adopsi tren cashless di masyarakat yang tidak lagi menggunakan uang tunai sebagai alat transaksi pembayaran, telah meningkatkan penurunan transaksi ATM dari tahun ke tahun. 

Baca Juga: Cuan Melimpah dari Cashback Kombo Tabungan dan Deposito

Bank Negara Indonesia (BNI) misalnya, bank pelat merah ini mencatat penurunan transaksi ATM sebesar 13% yoy sampai September 2024. Head of Division Retail Digital Product and Partnership BNI, Mesah Roni Ginting mengatakan, peningkatan adopsi pembayaran cashless ini sejalan dengan semakin tingginya penggunaan layanan digital di mana transaksi melalui mobile banking meningkat sebesar 58% dan volume transaksi QRIS meningkat sebesar 208% pada periode yang sama. 

Menurutnya, nasabah beralih dan semakin menyukai layanan digital seperti mobile banking untuk kebutuhan transfer, pembayaran tagihan, dan transaksi lainnya, yang sebelumnya banyak dilakukan melalui mesin ATM. 

"Selain itu, tren cashless yang semakin diterima masyarakat turut mempercepat pengurangan frekuensi penggunaan uang tunai melalui ATM," ungkap Mesah Roni kepada Kontan, Selasa (22/10).

Adapun jumlah mesin ATM dan Cash Recycling Machine (CRM) BNI tercatat sebanyak 13.000 unit. Mesah Roni menyebut bank tidak berniat mengurangi jumlah ATM dan memilih untuk fokus mengoptimalkan mesin yang ada dengan menempatkan pada lokasi yang memiliki transaksi tinggi, serta didukung oleh sinergi dengan bank pelat merah lainnya melalui proram ATM LInk.

Kebijakan ini diambil untuk memastikan BNI tetap dapat memenuhi kebutuhan nasabah dalam mengakses layanan tunai, terutama di lokasi-lokasi strategis dan wilayah yang membutuhkan dukungan transaksi fisik. 

Tak jauh beda, Bank Tabungan Negara (BTN) juga mengalami penurunan transaksi ATM,  SEVP Digital Business BTN Thomas Wahyudi menyatakan dengan kebutuhan nasabah yang menginginkan transaksi yang serba cepat dan mudah dimanapun, membuat tren cashless society sudah menjadi budaya yang umum terutama di kota-kota besar. 

"BTN sudah mengantisipasi hal ini dengan memperkuat kanal digital banking, salah satunya dengan superapp BTN Mobile yang mampu menggantikan peran outlet dan ATM sehingga memenuhi kebutuhan nasabah dalam bertransaksi perbankan," ungkap Thomas kepada Kontan, Selasa (22/10).

Meski begitu, transaksi mesin ATM BTN masih bertumbuh 24% yoy per September 2024, meskipun pertumbuhannya tidak setinggi kanal mobile banking yang meningkat drastis lebih dari 250% yoy, hal ini menunjukkan telah terjadi pergeseran budaya transaksi dari ATM ke mobile banking di nasabah BTN.

Baca Juga: Hadapi Persaingan Bisnis dengan Bank Besar, Ini yang Dilakukan BPD

Saat ini, BTN memiliki ATM/CRM berkisar lebih dari 2.000 unit dengan penempatan mesin yang diprioritaskan di daerah bisnis yang memerlukan layanan cash 24 jam serta perluasan  jaringan dan layanan perbankan bagi masyarakat.

Kedepannya BTN masih akan mempertahankan ATM/CRM sebagai salah satu layanan bank kepada masyarakat, dimana jumlah kepemilikan mesin akan terus dievaluasi agar memberikan dampak yang optimal bagi nasabah dan bank. 

"Meskipun cashless society sudah jauh berkembang dari tahun-tahun sebelumnya, namun masyarakat masih membutuhkan uang kartal untuk bertransaksi dan kebutuhan tersebut bisa dipenuhi oleh mesin ATM/CRM," ungkap Thomas.

BTN juga tetap melakukan inovasi dengan menggantikan beberapa mesin ATM menjadi CRM sehingga mampu memenuhi kebutuhan untuk setoran dan tarik tunai serta transaksi purchase/payment

Di sisi lain, Bank Central Asia (BCA) menilai mesin ATM masih berperan penting dan menjadi pilihan masyarakat dalam melakukan transaksi perbankan, dan merupakan touch point penting lembaga perbankan dengan nasabah. Untuk itu BCA berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan nasabah yang beragam dengan tetap berinvestasi menambah mesin ATM.

EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA, Hera F Haryn mengatakan, mayoritas mesin ATM BCA merupakan jenis CRM yang dapat digunakan untuk tarik dan setor tunai, transfer, payment, dan lain-lain. Keberadaan ATM, khususnya ATM setor-tarik masih dibutuhkan masyarakat terutama yang memiliki mobilitas tinggi.

Dengan jumlah mesin ATM/CRM BCA tecatat sebanyak 19.163 unit per Juni 2024, jumlah ini naik dibandingkan posisi tahun lalu yang berjumlah 18.483 unit. Sementara itu, BCA melayani lebih dari 37 juta rekening nasabah dan memproses sekitar 95 juta transaksi setiap harinya.

“Kami memproyeksikan penggunaan mesin ATM akan terus tumbuh ke depannya selaras dengan prospek perekonomian Indonesia yang terjaga," ungkap Hera.

Selain itu BCA juga senantiasa melakukan investasi berkesinambungan untuk memperkuat ekosistem hybrid banking, dari kanal mobile dan internet banking, point of sales, kantor cabang, ATM, hingga contact center. Investasi strategis untuk ATM salah satunya dilakukan melalui penyediaan fitur setor dan tarik tunai tanpa kartu (cardless) di BCA mobile serta myBCA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih