KONTAN.CO.ID - CATALAN. Pimpinan regional Catalonia Charles Puigdemont membuka pintu untuk mendeklarasikan kemerdekaan dari Spanyol pada Minggu (1/10). Pemungutan suara atau referendum kemerdekaan tetap dilakukan kendati terjadi bentrok antara pihak kepolisian Spanyol dan warga Catalon. Berdasarkan keterangan resmi dari pemerintah Catalonia seperti yang dikutip CNBC, 90% warga Catalan memilih untuk memisahkan diri dari Spanyol. Data yang sama menunjukkan, 2,26 juta warga Catalan ikut serta dalam pemungutan suara dan setara dengan 42% warga Catalon.
Madrid mendeklarasikan, referendum tersebut tidak sah dan melanggar undang-undang. Itu sebabnya, Spanyol mengerahkan kepolisian dari sejumlah daerah untuk menghentikan pelaksanaan voting dan menyita surat suara. Hasilnya, terjadi bentrokan yang menyebabkan 800 orang lebih luka-luka. Pernyataan Puigdemont ini menanggapi pidato Perdana Menteri Spanyol Mariano Rajoy di televisi yang tidak mengakui kemerdekaan Catalan dan menuduh kelompok separatis mencoba "memeras seluruh bangsa". Dia menawarkan perundingan terbuka bagi semua pihakĀ mengenai masa depan wilayah ini. Pejabat Catalan mengatakan lebih dari 800 orang terluka dalam bentrokan dengan polisi anti huru hara Spanyol saat berlangsungnya referendum tersebut. Kondisi ini menyebabkan Spanyol memasuki krisis konstitusional terdalam dalam beberapa dasawarsa dan memperdalam keretakan antara Madrid dan Barcelona. "Pada hari ini di mana harapan dan penderitaan terjadi bersamaan, warga Catalonia mendapatkan hak untuk menjadi negara merdeka dengan bentuk republik," jelas Puigdemont. "Pemerintahan saya, dalam beberapa hari ke depan akan mengirimkan hasil pemungutan suara hari ini ke Parlemen Catalan, sehingga bisa bertindak sesuai dengan hukum referendum," kata Puigdemont menambahkan. Hukum pelaksanaan referendum, yang dianggap inkonstitusional oleh Madrid, meramalkan sebuah deklarasi kemerdekaan sepihak oleh parlemen Catalan jika mayoritas penduduknya memilih untuk meninggalkan Spanyol. Undang-undang tersebut tidak menetapkan jumlah pemilih minimum karena hasilnya valid. Hasil yang diumumkan Senin pagi itu tidak mengejutkan, mengingat banyak anggota serikat pekerja diramal tidak ikut memilih.
Sebelumnya, jalan-jalan di Catalonia, berubah mencekam setelah terjadi kekerasan saat polisi nasional merangsek masuk ke tempat pemungutan suara dengan pentungan dan menyeret pemilih menjauh dari tempat pemungutan suara. Aksi tersebut mendapat kritik dari dalam dan luar negeri. Menteri Luar Negeri Inggris Boris Johnson menyuarakan kekhawatiran atas kekerasan tersebut sambil mendukung pandangan Madrid bahwa pemungutan suara itu tidak konstitusional. Sedangkan Wakil perdana menteri Spanyol mengatakan bahwa kekuatan yang digunakan oleh polisi telah proporsional. "Aksi yang tidak bertanggungjawab oleh pemerintah daerah harus ditangani oleh aparat keamanan negara," kata Soraya Saenz de Santamaria. Euro langsung melemah hingga sepertiga sen dollar AS setelah pemungutan suara berubah menjadi kerusuhan. Euro sempat menyentuh level terendah US$ 1,1776 di perdagangan Asia, hingga akhirnya stabil di US$ 1,1801.
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie