KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa merek mobil listrik pendatang baru mulai membenamkan investasinya di Indonesia. Hal ini demi mendukung pengembangan ekosistem mobil listrik nasional.
Salah satu merek otomotif asal China yakni BYD berupaya mempercepat pembangunan pabrik mobil listriknya di Subang, Jawa Barat dari yang awalnya selesai pada 2026 menjadi kuartal IV-2025. Kendati begitu, pabrik BYD tetap dijadwalkan mulai aktif pada awal 2026.
Dalam berita sebelumnya, BYD menggelontorkan investasi senilai US$ 1,3 miliar untuk mengembangkan pabrik mobil listrik di Tanah Air. Pabrik ini memiliki kapasitas produksi sebanyak 150.000 unit per tahun dan diproyeksikan tidak hanya memproduksi mobil listrik saja, melainkan juga Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV).
Merek asal China lainnya, Aion juga sedang membangun pabrik mobil listrik dengan menggandeng Indomobil Group di Cikampek, Jawa Barat. Pabrik berkapasitas 50.000 unit per tahun tersebut dijadwalkan akan beroperasi pada kuartal I-2025.
Baca Juga: Kunjungi Pabrik Manufaktur Chery, Wamenperin Dorong Peningkatan TKDN Aion pun ingin menjadikan Indonesia bersama Thailand sebagai basis produksi dan ekspor mobil listrik di kawasan Asia Tenggara.
Sementara itu, Chery telah membangun fasilitas produksi di pabrik milik PT Handal Indonesia Motor (HIM) di Pondok Ungu, Bekasi. Dari tempat itu, Chery mampu memproduksi 10.000 unit per tahun sejak 2022. Namun begitu, pemerintah telah mendorong Chery agar kembali berinvestasi dengan mengembangkan pabrik mobil listrik secara mandiri di Indonesia.
Merek asal Vietnam, VinFast juga telah berekspansi ke Indonesia dengan membangun pabrik mobil listrik di Subang, Jawa Barat. VinFast pun mengucurkan investasi tahap awal sebesar US$ 200 juta untuk pabrik yang berkapasitas sebanyak 50.000 unit per tahun tersebut. Pabrik ini ditargetkan beroperasi pada kuartal IV-2025.
Dukungan pemerintah Direktur Deregulasi Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM) Dendy Apriandi mengatakan, pihaknya senantiasa mendukung pabrikan otomotif global yang berkomitmen berinvestasi di Indonesia. Pemerintah juga selalu mengedepankan asas keadilan dalam menjaring investasi di sektor mobil listrik.
Berdasarkan data Kementerian Investasi dan Hilirisasi, realisasi investasi industri kendaraan roda empat atau lebih terus meningkat dalam 5 tahun terakhir. Pada 2019 lalu, investasi di sektor ini hanya tercatat sebesar Rp 8,45 triliun sedangkan pada 2023 lalu telah mencapai Rp 27,39 triliun. Sementara pada Januari-September 2024, realisasi investasi kendaraan roda empat atau lebih berada di level Rp 18,93 triliun.
Dendy menambahkan, pemerintah juga mengawasi dengan ketat merek-merek mobil listrik yang sedang membangun pabriknya di Indonesia. Apalagi, merek-merek seperti BYD, VinFast, Aion, hingga Citroen bisa melakukan impor mobil listrik sebelum pabriknya beroperasi dengan memanfaatkan insentif bebas bea masuk dan PPnBM.
"Insentif ini hanya bersifat sementara dan pihak produsen harus menyerahkan bank garansi sebagai jaminan," ujar dia dalam sesi diskusi Forum Wartawan Industri (Forwin) di Gedung Kementerian Perindustrian, Selasa (14/1).
Baca Juga: Persaingan Mobil Listrik dan Hybrid Makin Ketat, Siapa Unggul? Ditemui di lokasi yang sama, Sekretaris Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Kukuh Kumara menyambut positif beberapa merek baru yang memasarkan model mobil listriknya di Indonesia. Sebab, para konsumen nantinya akan diuntungkan dengan banyaknya pilihan mobil listrik yang beredar di pasar. Kontribusi penjualan mobil listrik di Indonesia pun diharapkan meningkat seiring kehadiran merek dan model baru.
"Namun, para pemain baru ini sudah seharusnya juga membangun pabrik di Indonesia, tidak hanya berjualan saja," kata dia, Selasa (14/1).
Gaikindo juga memberi sinyal sudah ada merek-merek baru lagi yang telah mendaftar di asosiasi dan siap berekspansi ke pasar otomotif Indonesia, contohnya adalah Geely dan XPeng yang berasal dari China.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Putri Werdiningsih