Catat, Inilah Sederet Bank Pencetak Laba Terbaik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kemampuan bank-bank besar mencetak laba semakin tinggi setelah sempat tertekan dalam di awal-awal pandemi Covid-19. Itu tercermin dari Return in Equity (RoE) atau perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri. 

Rasio RoE ini merupakan indikator yang sangat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran deviden.

Pada kuartal I 2022, PT Bank Mandiri Tbk tercatat menjadi penghasil laba bersih terbesar di Tanah Air dibanding jumlah modalnya. Walaupun jumlah laba bersih yang dihasilkan masih dibawah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), namun RoE bank ini jadi yang tertinggi yakni mencapai 18,11%, naik cukup tinggi hingga 6,25% dari periode yang sama tahun lalu yang tercatat 11,86%. 


Rasio laba terhadap modal Bank Mandiri ini bahkan sudah melampaui kondisi sebelum pandemi. Pada tahun 2018, RoE perseroan baru tercatat 14,43% dan 14,02% pada tahun berikutnya. Pada tahun 2020 anjlok ke 9,2% dan pada tahun 20121 kembali membaik ke level 13,48%. 

Baca Juga: Sempat Diingatkan OJK, Saham Bank Digital Runtuh, Bank Jago Ambruk Paling Dalam

Sepanjang tiga bulan pertama tahun ini, laba bersih Bank Mandiri mencapai Rp 10 triliun. Sedangkan BRI mengantongi net profit sebesar Rp 12,16 triliun. Namun, ROE bank spesialis UMKM ini ada di urutan kedua yakni 17,2%. Ini naik 5,14% dari kuartal I 2021 yang tercatat 12,06%. 

Selanjutnya, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menorehkan RoE sebesar 16,8%, namun hanya naik 1% dari posisi Maret 2021. Adapun PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) telah mencatatkan ROE 15,2%, meningkat tinggi hingga 5,5% dari periode yang sama tahun lalu. 

PT Bank Tabungan Negara Tbk membukukan RoE  balace sheet 14,42% pada kuartal I tahun ini atau naik 1,86% dari periode yang sama 2021.  

RoE Tier I BTN mencapai 16,91% atau naik 1,79% dari kuartal I tahun lalu. Sedangkan PT CIMB Niaga Tbk mencatat kenaikan RoE 1,3% secara year on year (yoy) ke level 11,8%. 

Aestika Oryza Gunarto, Sekretaris Perusahaan BRI menjelaskan, peningkatan RoE BRI yang tinggi tak lepas dari pertumbuhan pesat laba bersih perseroan di tiga bulan pertama tahun ini yakni sebesar 78,1% secara yoy. 

Hingga akhir tahun, bank pelat merah ini menargetkan RoE terjaga di kisaran 16%-17%.  BRI telah menyiapkan 4 strategi utama yang dalam upaya menjaga profitabilitas tersebut. 

"Strategi tersebut diantaranya yakni tumbuh secara selektif, menjaga kualitas portofolio kredit yang disalurkan, fokus pada pinjaman dengan yield tinggi yakni segmen mikro dan consumer, serta efisiensi melalui peningkatan dana murah," jelas Aestika kepada KONTAN, Rabu (18/5).  

Adapun target jangka panjang, BRI menargetkan rasio laba bersih terhadap modalnya bisa mencapai 19% pada tahun 2025. 

BTN juga akan terus berupaya memberikan imbal hasil yang sepada terhadap pada investornya dengan meningkatkan RoE. Haru Koesmahargyo Direktur Utama BRI mengatakanb, pihaknya selalu menargetkan RoE di atas beban ekuitas.

Baca Juga: Saham Bank Digital Kompak Memerah Sepekan Terakhir, Simak Prospeknya ke Depan

Pada kuartal I 2022, cost of equity BTN mencapai sekitar 12%. Sementara RoE ditutup di level 16,9%. Haru bilang, RoE tersebut akan tetap dijaga secara berkelanjutan di kisaran level tersebut. 

"Untuk mempertahankan RoE tumbuh berkelanjutan, kami akan dengan tumbuh secara berkualitas. Jadi buka size yang menjadi fokus utama tetapi menjaga kualitas aset. Pertumbuhan kredit harus dijaga dengan NPL rendah," jelas Haru. 

BTN juga berencana menambah modal dengan skema rights issue tahun ini. Jika rencana ini terealisasi, kata Haru, BTN juga bisa meningkatkan RoE tidak hanya dengan fokus menjaga kualitas aset tetapi bisa juga mendorong ekspansi lebih masif. 

BNI juga akan terus berupaya meningkatkan RoE ke depan hingga ke atas 18% pada tahun 2025. Untuk mencapai itu, BNI akan melakukan ekspansi kredit secara berkelanjutan dan sehat. Dalam lima tahun ke depan, kredit dibidik tumbuh tumbuh rata-rata 10% per tahun.  

Adapun strategi penyaluran kredit adalah fokus tumbuh di segmen atau sektor yang berisiko rendah dengan mengakuisisi debitur berkualitas tinggi dan top tier.

"Bisnis yang akan kami garap adalah total solusi bagi seluruh ekosistem debitur tersebut. Sehingga akan mendorong seluruh transaksi nasabah yang ada di BNI. Dengan begitu, ini tidak hanya menghasilkan pendapatan bunga tetapi juga fee based income (FBI)," kata Vice President Investor Relations BNI Yudha Pradipta BNI belum lama ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi