KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri fintech peer-to-peer (P2P) lending diproyeksikan akan terus bertumbuh di tahun ini. Berdasarkan data Statistik Fintech Lending per Januari 2023 yang diterbitkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), industri fintech lending membukukan laba bersih sebesar Rp 50,48 miliar pada Januari 2023. Sebagai perbandingan, pada Januari 2022 lalu, fintech lending masih mencatat kerugian Rp 16,14 miliar. Pada Desember 2022, industri ini juga masih merugi Rp 41,05 miliar.
Bukan hanya soal laba, dari segi TWP90 fintech juga makin menurun di angka 3% dan jumlah pinjaman online (pinjol) ilegal makin sedikit.
Baca Juga: Kredivo Holding Dapatkan Pendanaan Seri D Senilai US$ 270 Juta yang Dipimpin Mizuho Kepala Departemen Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK Triyono Gani mengatakan, seiring dengan pemulihan ekonomi pasca pandemi, industri fintech juga mengalami kemajuan positif. Walaupun, kata Triyono, memang angka pertumbuhan tidak akan fantastis, tapi akan tetap tumbuh secara positif. "Penopangnya tentu lingkungan ekonomi yang membaik dan semakin terjalinnya kerja sama dengan ekosistem secara saling menguntungkan," kata Triyono saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (24/3). Dari sisi pelaku industri, CO-Founder dan CEO Akseleran Ivan Nikolas Tambunan mengatakan, fintech lending masih akan bertumbuh signifikan tahun ini. Akseleran menargetkan pertumbuhan penyaluran pinjaman sampai dua kali lipat dibanding tahun lalu yang hampir Rp 3 triliun menjadi Rp 6 triliun di tahun 2023 ini. "Pemulihan ekonomi pasca pandemi sudah terus berjalan sebagaimana terlihat dari pertumbuhan GDP kita di kuartal III dan kuartal IV 2022 kemarin, dan sektor UKM membutuhkan modal kerja lebih banyak seiring pertumbuhan usaha mereka," ujarnya. Namun, kata Ivan, pemain fintech lending harus tetap berhati-hati. Jangan sampai peningkatan penyaluran pinjaman tidak dilakukan dengan proses asesmen yang saksama. Non Perfoming Loan harus terus diturunkan agar industri fintech lending ini
sustainable. Adapun, Co-Founder dan CEO Modalku Reynold Reynold Wijaya mengatakan, saat ini, industri fintech lending kerap lebih berfokus pada profitability, sehingga hal ini menjadi salah satu faktor yang mendorong pertumbuhan perusahaan. "Begitu juga fokus Modalku di tahun ini, yaitu meningkatkan profitabilitas perusahaan. Hal ini didukung dengan kolaborasi yang dilakukan untuk menjangkau lebih banyak UMKM dan inovasi produk yang menyesuaikan dengan kebutuhan UMKM," ujar Reynold. Di sisi lain, Reynold bilang untuk menjaga pertumbuhan perusahaan, Modalku juga fokus terhadap kesehatan finansial perusahaan dengan bijak dalam mengatur seluruh alokasi pengeluaran perusahaan. Adapun, Co-Founder dan CEO KoinWorks Benedicto Haryono menuturkan, berdasarkan pengamatan KoinWorks, beberapa faktor turut menentukan pertumbuhan industri fintech lending.
Baca Juga: Fintech Mulai Mencatatkan Keuntungan "Selain funding gap yang masih cukup besar, bisnis fintech lending saat ini semakin didukung dengan tingkat inklusi pada akses keuangan yang semakin meningkat sehingga penggunaan masyarakat juga semakin meningkat," ujar Benedicto. Sementara itu, Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara menerangkan, perkembangan fintech sudah mulai selesai dari masa konsolidasi atau bersih-bersih kredit macet. Bhima menambahkan, beberapa fintech lending yang mencatat kenaikan kredit macet relatif tersingkir dari pasar. Data dari OJK per akhir tahun 2022, ada 56 fintech yang dicabut izinnya.
"Yang sebagian (fintech) tersisa melakukan perbaikan manajemen risiko dan penambahan modal sehingga overall industri fintech diharapkan mampu menurunkan tingkat gagal bayar pinjaman," tuturnya. Pandangan dari Bhima sejalan dengan pernyataan dari Indonesia Fintech Society (IFSoc). IFSoc menyebutkan industri fintech akan terus bertumbuh di 2023 seiring dengan menurunnya isu dan pengguna fintech P2P lending ilegal atau pinjol ilegal. Selain itu, kualitas dari pinjol meningkat dengan tingkat wanprestasi 90 hari (TWP90 hari) makin menurun yakni 3%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi