JAKARTA. Gula-gula Insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Ditanggung Pemerintah (DTP) dari pemerintah untuk sektor properti nampaknya belum bisa mendorong prospek saham emiten properti. Kalau dicermati mayoritas emiten properti mencatatkan pertumbuhan pendapatan pra penjualan alias
marketing sales. Misalnya, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) yang telah mengantongi marketing sales Rp 1,7 triliun per Juni 2024. Ini setara dengan 34% dari target
marketing sales SMRA sebesar Rp 5 triliun. Jika dibandingkan capaian di semester I-2023 sebesar Rp 1,6 triliun,
marketing sales SMRA tumbuh 6,25% secara tahunan atau
Year on Year (YoY).
Kemudian ada PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk (PANI) mencatatkan
marketing sales sebesar Rp 3,3 triliun di semester I-2024 atau melesat 191% YoY. Jumlah itu setara dengan 60% dari target
marketing sales sebesar Rp 5,5 triliun. Dari sisi penyaluran kredit properti, pertumbuhannya pun tampak terakselerasi per Mei 2024. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), kredit properti secara keseluruhan tumbuh 10,55% YoY menjadi Rp 896,9 triliun. Angka tersebut sekaligus penyaluran kredit properti tertinggi sepanjang 2024 berjalan. Adapun pertumbuhan kredit properti di April 2024, tercatat hanya sekitar 9,78% secara tahunan. Sayangnya, pergerakan saham emiten properti tak sejalan dengan kenaikan penyaluran kredit dan raihan
marketing sales. Ini tercermin dari pergerakan indeks IDX sektor properti dan
real estate yang anjlok 10,42% secara
year to date per Jumat (19/7). Maximilianus Nico Demus,
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas mengatakan secara keseluruhan insentif yang diberikan pemerintah untuk sektor properti berdampak positif bagi industri properti. "Namun insentif PPN DTP bagi sektor properti ini masih dibayangi oleh sentimen suku bunga tinggi, yang akhirnya menekan konsumsi masyarakat," ucap dia saat dihubungi Kontan, Minggu (21/7).
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Pilihan Emiten Kawasan Industri Menurut Nico, saat ini investor masih melihat prospek emiten properti kurang menarik karena bayang-bayang suku bunga yang tinggi. Alhasil, tak banyak saham emiten properti yang melaju kencang. Namun tidak sedikit beberapa emiten properti yang mengatur ulang strateginya dengan menyasar segmen pasar tertentu. Salah satunya merambah ke sektor konsumen kelas menengah dan bawah. Adapun untuk saat ini, Nico bilang investor dapat mencermati CTRA dan BSDE. Hingga akhir perdagangan Jumat (19/7), CTRA parkir di level Rp 1.225 per saham dan BSDE di posisi Rp 1.040 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Putri Werdiningsih