KONTAN.CO.ID - Pengguna Facebook hanya memiliki waktu kurang dari sebulan untuk mengajukan klaim bagi bagian dari penyelesaian gugatan senilai US$725 juta atas pelanggaran privasi jaringan sosial tersebut. Gugatan ini merupakan akibat panjang dari skandal Cambridge Analytica yang mengguncang proses pemilu AS dan perusahaan di lembah Silicon Valley. Individu yang memiliki akun Facebook aktif di AS antara bulan Mei 2007 dan Desember 2022 memiliki waktu hingga tanggal 25 Agustus untuk mengajukan klaim.
Besaran pembayaran ganti rugi bagi masing-masing individu belum ditentukan karena pembayaran tergantung pada berapa banyak pengguna yang mengajukan klaim dan seberapa lama setiap pengguna mempertahankan akun Facebook mereka.
Baca Juga: Kekayaan Steve Ballmer Capai US$ 120 Miliar, Lebih kaya dari Buffett dan Zuckerberg Penyelesaian gugatan ini telah ditandatangani pada Desember 2022 dan merupakan penyelesaian gugatan masyarakat atau class action terbesar dalam jenisnya. Mengutip CNBC, Keller Rohrback, firma hukum yang mengajukan gugatan kelas tersebut, menyatakan bahwa gugatan ini mengakhiri beberapa tahun proses litigasi terkait peran Facebook dalam berbagi data secara tidak sah dengan perusahaan konsultan data yang digunakan oleh kampanye presiden Donald Trump pada tahun 2016. Skandal Cambridge Analytica telah menyebabkan Meta, perusahaan induk Facebook, mengalami kerugian hampir US$ 5,9 miliar.
Selain dari penyelesaian US$ 725 juta, perusahaan ini juga membayar penyelesaian sebesar US$5 miliar kepada Federal Trade Commission, dan tambahan US$ 100 juta kepada Securities and Exchange Commission. Pada tahun 2021, Facebook mengubah mereknya menjadi Meta dan baru setahun kemudian menyelesaikan gugatan tersebut. Dalam beberapa hal, perusahaan ini kini berbeda dari saat terjadi skandal Cambridge Analytica. Meta telah mengembangkan kehadirannya di dunia metaverse dengan produk hardware baru seperti Quest 3 yang akan dirilis pada musim gugur ini.
Baca Juga: Adu Kuat Twitter dan Meta dalam Persaingan Bisnis Media Sosial Selain itu, Meta juga telah menghadirkan model kecerdasan buatan berbahasa besar, Llama 2, untuk bersaing dengan TikTok, dan baru-baru ini meluncurkan Threads yang akan menantang Twitter. Pelanggaran privasi ini juga memaksa pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, untuk bersaksi di depan Kongres dan memasang iklan berukuran penuh untuk meminta maaf atas kesalahan yang terjadi. Zuckerberg menyatakan, "Saya minta maaf karena kami tidak melakukan lebih banyak tindakan pada saat itu. Sekarang kami mengambil langkah-langkah untuk memastikan hal ini tidak terulang lagi." Sebagai catatan pengguna Facebook dapat mengajukan klaim dengan mengunjungi situs Facebookuserprivacysettlement.com dan mengisi nama, alamat, alamat email, serta mengonfirmasi bahwa mereka tinggal di AS dan aktif menggunakan Facebook antara tanggal yang disebutkan sebelumnya.
Kesepakatan Ganti Rugi Kesepakatan sebesar $725 juta ini juga mencakup kasus gugatan kelas yang dilakukan oleh pengguna Facebook terhadap Meta Platforms Inc (META.O), pemilik Facebook. Gugatan tersebut menuduh media sosial ini membiarkan pihak ketiga, termasuk Cambridge Analytica, mengakses informasi pribadi pengguna. Ini adalah penyelesaian gugatan terbesar dalam sejarah gugatan class action privasi data di AS dan jumlah terbesar yang pernah dibayar oleh Meta untuk menyelesaikan gugatan kelas. "Penyelesaian sejarah ini akan memberikan bantuan yang berarti bagi para pihak yang terlibat dalam kasus privasi yang kompleks dan baru ini," kata Derek Loeser dan Lesley Weaver, pengacara utama untuk para penggugat, dalam sebuah pernyataan bersama sperti dikutip kantor berita Reuters beberapa waktu lalu. Perlu diketahui bahwa Meta tidak mengakui kesalahan sebagai bagian dari penyelesaian ini dan penyelesaian ini masih harus mendapatkan persetujuan dari seorang hakim federal di San Francisco.
Meskipun begitu, perusahaan tersebut menyatakan bahwa penyelesaian ini diambil "untuk kepentingan terbaik komunitas dan pemegang saham kami."
Baca Juga: Twitter Ancam Tuntut Meta Terkait Platform Threads Skandal Cambridge Analytica dituding telah menyebabkan kerusuhan, dan membuka investigasi pemerintah terhadap praktik privasi Facebook. Kasus ini juga menuai gugatan hukum, dan menyeret pemilik Facebook untuk datang ke dengar pendapat tingkat tinggi di Kongres AS di mana Mark Zuckerberg, CEO Meta, dihadapkan dengan pertanyaan tajam dari para anggota kongres. Penyelesaian gugatan ini tidak hanya menguntungkan perusahaan dan para penggugat, tetapi juga memperhatikan kepentingan para pengguna Facebook. Namun, proses persetujuan dan implementasi penyelesaian ini masih harus ditunggu hingga putusan hakim terakhir.
Editor: Syamsul Azhar