Catat Prospek Emiten Bahan Bangunan yang Memacu Kinerja di Tahun 2023



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas perusahaan yang bergerak di bisnis bahan bangunan mengalami penurunan laba pada kuartal pertama 2023. Beberapa perusahaan tersebut sedang mengatur strategi untuk memperbaiki kinerja mereka dalam sisa tahun ini.

Secara keseluruhan, perusahaan yang bergerak di bidang produk dan perlengkapan bangunan memiliki hasil yang beragam. Namun, laba mereka mengalami penurunan secara serentak. Salah satunya adalah PT Surya Toto Indonesia Tbk (TOTO).

Perusahaan yang bergerak di bidang sanitasi, fitting, dan sistem dapur ini mencatatkan laba sebesar Rp 75,6 miliar pada periode saat ini. Laba TOTO turun 16,9% dibandingkan dengan laba yang diperoleh pada tiga bulan pertama tahun lalu sebesar Rp 91 miliar.


Produsen keramik PT Arwana Citramulia Tbk (ARNA) juga mengalami nasib serupa dengan penurunan laba bersih sebesar 14,82% secara tahunan (YoY). ARNA mencatatkan laba bersih sebesar Rp 145,3 miliar pada kuartal I-2023.

Laba PT Mulia Industrindo Tbk (MLIA) juga mengalami penurunan. Emiten yang bergerak di bidang industri kaca ini mencatatkan laba bersih sebesar Rp 139 miliar, turun 45,46% secara tahunan.

Bisnis di segmen distribusi dan ritel juga belum mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini terlihat dari performa laba PT Catur Sentosa Adiprana Tbk (CSAP) dan PT Caturkarda Depo Bangunan Tbk (DEPO).

CSAP mencatatkan laba bersih sebesar Rp 64,62 miliar, turun 18,54% (YoY). Sedangkan laba bersih DEPO mengalami penurunan sebesar 5,83% (YoY) menjadi Rp 23,57 miliar hingga Maret 2023.

Baca Juga: IHSG Melemah ke 6.676 Hari Ini (16/5), BBCA, BMRI, BBNI Paling Banyak Net Sell Asing

Meskipun terjadi penurunan laba, namun CSAP dan DEPO masih berhasil meningkatkan pendapatan pada kuartal I-2023. Total penjualan CSAP naik 3,57% (YoY) menjadi Rp 4,06 triliun, sementara penjualan bersih DEPO meningkat 4,16% (YoY) menjadi Rp 681,11 miliar.

Corporate Secretary CSAP, Idrus Widjajakusuma, optimis bahwa kinerja perusahaan akan membaik dan mencapai target pada sisa tahun ini. Bisnis CSAP akan didukung oleh pengembang properti yang terus meluncurkan proyek-proyek baru.

Dengan demikian, pertumbuhan segmen ritel dari emiten Mitra10 ini akan terdongkrak. "Kami yakin properti akan terus tumbuh meskipun suku bunga naik. Permintaan rumah masih tinggi karena backlog di Indonesia masih tinggi," kata Idrus saat dihubungi oleh Kontan.co.id pada Selasa (16/5).

Selaras dengan itu, CSAP akan terus melakukan ekspansi Mitra10. Pada semester kedua, CSAP berencana membuka lima gerai baru. "Ekspansi harus tetap berjalan untuk memperluas pangsa pasar," tambah Idrus.

Oleh karena itu, CSAP masih yakin bahwa mereka dapat mencapai pertumbuhan pendapatan minimal 8,4% pada akhir tahun 2023. Dengan estimasi tersebut, CSAP menargetkan pertumbuhan laba bersih sebesar 15%.

Baca Juga: Wall Street Turun, Data Penjualan Ritel AS Membebani Pasar Saham

DEPO juga mengambil langkah-langkah ekspansif yang cepat. Sekretaris Perusahaan DEPO, Erwan Irawan, mengatakan bahwa perusahaan ini menargetkan pertumbuhan penjualan sekitar 15% dan laba sebesar 10% pada tahun ini. DEPO telah menyiapkan tiga strategi untuk mencapai target tersebut.

Pertama, mereka akan melanjutkan pengembangan toko baru. Kedua, mereka akan mengembangkan saluran online yang akan segera diluncurkan. Ketiga, mereka akan meningkatkan program promosi atau expo yang bekerja sama dengan pemasok.

"Dengan mengembangkan jaringan toko dan saluran online, kami berharap dapat memperluas jangkauan pasar dan segmen pelanggan yang saat ini didominasi oleh pelanggan individu," jelas Erwan.

Sementara itu, Chief Financial Officer ARNA, Rudy Sujanto, menjelaskan bahwa penurunan kinerja pada kuartal I-2023 disebabkan oleh kuartal I-2022 yang menjadi basis perbandingan, karena itu merupakan triwulan terbaik sepanjang tahun 2022. Kuartal I-2022 menyumbang hampir 30% dari penjualan bersih ARNA pada tahun 2022.

Namun, jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya, penjualan bersih ARNA pada kuartal I-2023 mengalami peningkatan sebesar 13% dibandingkan dengan kuartal IV-2022 dan meningkat 2,3% dibandingkan dengan kuartal III-2022.

"Ini menunjukkan bahwa permintaan pasar pada kuartal I-2023 sudah lebih baik dibandingkan dengan semester kedua tahun 2022, meskipun masih turun 11,3% dibandingkan dengan kuartal I-2022," ungkap Rudy.

Setelah libur Lebaran, ARNA memiliki target penjualan yang lebih optimistis, yaitu lebih baik dari kinerja pada kuartal I-2023. Hal ini disebabkan oleh volume penjualan dan harga jual rata-rata yang akan didorong oleh pabrik terbaru ARNA di Mojokerto yang telah memulai produksi pada awal April.

Baca Juga: Merosot 0,52% Hari ini, Simak Arah IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Rabu (17/5)

Rekomendasi Saham

Analis Pilarmas Investindo Sekuritas, Johan Trihantoro memandang outlook kinerja emiten bahan bangunan dan home improvement masih punya peluang untuk tumbuh. Secara pasar, Johan memprediksi kebutuhan terhadap material bangunan dan turunannya akan terjaga.

"Di sisi lain ada peran emiten dalam menjaga utilitas produksi dan distribusi yang kuat dan luas serta inovasi. Ini akan menjadi nilai tambah sehingga memberikan peluang bertumbuhnya penjualan emiten," sebut Johan.

Hanya saja, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian punya catatan untuk saham-saham emiten bahan bangunan. Fajar melihat tren pergerakan harga sahamnya sedang melandai, sejalan dengan penurunan kinerja pada kuartal I-2023.

"Jadi investor sebaiknya wait and see sambil mencermati fundamental emiten, serta sentimen terkait sektor properti secara berkala," ujar Fajar.

Baca Juga: Dilanda Profit Taking, Big Caps Jadi Penggerus

Head of Research Jasa Utama Capital Sekuritas Cheril Tanuwijaya punya pandangan serupa. Cheril menyarankan pelaku pasar untuk cermat, lantaran mayoritas saham-saham emiten bahan bangunan kurang likuid dan konsolidasi melemah

Dari sisi kinerja, indeks keyakinan konsumen dan penjualan ritel domestik memang masih tergolong baik, sehingga bisa menjadi katalis untuk daya beli. Tapi, perlu diwaspadai juga dampak dari potensi krisis global yang bisa menghambat konsumsi produk dan jasa.

Cheril menilai, pelaku pasar masih bisa mempertimbangkan hold saham ARNA dengan target harga di Rp 925. Sedangkan Johan menyodorkan ARNA dan MLIA sebagai pertimbangan investasi untuk jangka pendek.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati