Catat, stres karena virus corona sulit hilang hanya dengan aktivitas fisik



KONTAN.CO.ID - Olahraga bermanfaat untuk mengurangi stres dan cemas. Tapi, itu tidak berlaku untuk menghilangkan stres akibat pandemi virus corona baru.

Ini merupakan hasil penelitian terhadap anak kembar yang dipimpin oleh para peneliti dari Washington State University (WSU), Amerika Serikat. Penelitian tersebut dipublikasikan dalam jurnal Plos One.

Satu orang yang meningkatkan aktivitas fisik selama pandemi virus corona dilaporkan memiliki tingkat stres dan cemas lebih tinggi dibanding orang lain dengan tingkat aktivitas sama. 


Para peneliti menganalisis data lebih dari 900 pasangan kembar identik dan memiliki jenis kelamin yang sama dari Washinton State Twin Registry. Mereka yang mengurangi aktivitas fisik akibat pandemi virus corona dilaporkan memiliki tingkat stres dan cemas yang lebih tinggi.

Baca Juga: Virus corona terus menyebar, ini 8 saran WHO untuk mencegah penularannya

Partisipan diminta untuk mengubah aktivitas fisik dibanding satu bulan sebelum kebijakan “saty at home” berlaku.

Sebanyak 42% partisipan dilaporkan mengurangi aktivitas fisik saat krisis Covid-19 dimulai dan 27% meningkatkan aktivitas fisiknya. Sementara 31% lainnya dilaporkan tak memiliki perubahan aktivitas fisik.

Hubungan antara penurunan aktivitas fisik dan kecemasan

Melakukan penelitian pada anak kembar membuat para peneliti melihat, apakah ada kaitan antara perubahan aktivitas fisik dan kesehatan mental dengan faktor genetik dan atau lingkungan. Anak kembar identik berbagi seluru gen dan dibesarkan di lingkungan yang sama.

Hasilnya, para peneliti menemukan hubungan antara penurunan aktivitas fisik dan stres dikacaukan oleh faktor genetik dan lingkungan. Tingkat stres yang dirasakan anak kembar tidak berbeda, meski aktivitas fisik dibedakan.

Baca Juga: Meningkatkan keamanan petugas medis dalam penanganan pasien Covid-19

Para peneliti menemukan beberapa hubungan antara penurunan aktivitas fisik dan kecemasan. Dalam pasangan anak kembar, saudara kandung dengan sedikit aktivitas fisik memiliki tingkat kecemasan lebih tinggi dari saudaranya yang tidak mengalami perubahan aktivitas apapun.

Glen Duncan, profesor di Elson S. Floyd College of Medicine WSU, berencana untuk melakukan survei pada populasi itu lagi untuk melihat, apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dan kesehatan mental yang berubah atau bertahan.

Kesimpulan yang dikatakan Duncan, tak ada banyak perbedaan antara mengurangi atau menambah aktivitas fisik untuk mengatasi stres dan cemas selama pandemi virus corona. Sebagai tambahan, tingkat kecemasan lebih tinggi di antara orangtua dan wanita.

Selanjutnya: Soal pelarangan warga Indonesia masuk ke 59 negara, begini penjelasan Kemenlu

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News