Catatkan kenaikan kapitalisasi pasar, analis rekomendasikan saham-saham ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga tidak hanya terjadi pada saham-saham berkapitalisasi pasar (market cap) di atas Rp 100 triliun. Saham-saham menengah atas, yakni yang memiliki kapitalisasi pasar Rp 30 triliun-Rp 99,99 triliun juga mencatatkan kenaikan harga. 

Berdasarkan data yang diolah Kontan.co.id, dari seluruh saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, ada 26 saham yang termasuk kapitalisasi pasar menengah atas per Jumat (13/11). Dari 26 saham tersebut, kapitalisasi pasar terbesar dimiliki oleh PT Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA) Rp 96,63 triliun, PT Barito Pacific Tbk (BRPT) Rp 87,32 triliun, dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) Rp 80,14 triliun. 

Memang, jika membandingkannya dengan besaran kapitalisasi pasar per 30 September 2020, mayoritas saham membukukan kenaikan market cap. Enam saham dengan penambahan market cap terbesar adalah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) Rp 14,73 triliun dan PT Bank Mayapada International Tbk (MAYA) Rp 14,35 triliun.


Baca Juga: Susun portofolio investasi jelang tutup tahun, dolar AS bisa jadi pilihan safe haven

Lalu PT Barito Pacific Tbk (BRPT) Rp 13,54 triliun, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) Rp 12,01 triliun, PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) Rp 8,55 triliun, dan PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) Rp 8,46 triliun. 

Di sisi lain, dalam kurun waktu yang sama, ada juga saham yang mencatatkan penurunan market cap. Enam saham dengan penurunan terdalam adalah PT Pollux Properti Indonesia Tbk (POLL) Rp 44,59 triliun, SMMA Rp 10,35 triliun, PT United Tractors Tbk (UNTR) Rp 6,25 triliun, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) Rp 2,58 triliun, PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) Rp 2,28 triliun, dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) Rp 2,04 triliun.

Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony mengatakan, ada beberapa faktor yang mendorong enam saham tersebut mencatatkan kenaikan kapitalisasi pasar terbesar. Mulai dari sentimen Omnibus Law, adanya pelaksanaan buy back saham, dan harga saham yang sudah cukup murah sehingga menarik untuk dibeli.

Sementara itu, saham-saham yang kapitalisasi pasarnya turun disebabkan oleh valuasi fundamentalnya yang masih tergolong mahal. "Pasalnya, ketika krisis penurunan Indeks Harga Saham Gabungan pada awal tahun, saham-saham tersebut cenderung stabil bahkan menguat sehingga saat ini cenderung terkoreksi," tutur Chris saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (15/11).

Baca Juga: IHSG diprediksi memerah pada pekan depan, simak deretan sentimennya

Selanjutnya, saham yang paling menarik untuk dicermati saat ini adalah SMGR, INTP, dan UNTR. Menurut Chris, pembangunan yang kembali berjalan seiring dengan membaiknya kondisi ekonomi berpeluang meningkatkan konsumsi semen sehingga berefek bagus untuk SMGR dan INTP.  "Untuk UNTR, harga sahamnya berpotensi kembali rebound seiring dengan harga batubara dan penjualan alat berat yang kembali naik," kata dia. 

Bernada serupa, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memprediksi, prospek emiten produsen semen untuk ke depannya cerah seiring dengan adanya perbaikan penjualan. Apalagi, pemerintah menaikkan anggaran infrastruktur dalam Rancangan Anggaran Pemasukan dan Belanja Negara (RAPBN) 2021.

"Saham-saham yang mengandalkan bahan baku impor juga akan membaik karena diuntungkan dengan menguatnya nilai tukar rupiah yang terjadi belakangan ini," ucap Herditya. Ia melihat, pergerakan BRPT, UNTR, dan SMGR secara teknikal masih bisa naik ke depannya. 

Baca Juga: Menebak pergerakan IHSG pekan depan menyambut hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI

"Dengan harga saat ini, pelaku pasar bisa trading buy ketiga saham tersebut," kata dia. Rentang support dan resistance terdekat BRPT ada di level 875-990, UNTR 20.550-21.550, dan SMGR di 10.050-11.575.

Chris juga memprediksi, harga SMGR, INTP, dan UNTR memiliki peluang yang besar untuk kembali naik karena sudah terkoreksi cukup dalam. Ia merekomendasikan investor untuk beli SMGR dengan target harga Rp 12.500 per saham, INTP Rp 16.000, dan UNTR Rp 24.000.

Selanjutnya: IHSG diramal melemah pada pekan depan seiring memudarnya Biden effect

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi