KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kelompok bank digital yang sudah mulai aktif menyalurkan kredit, mampu mencatatkan pendapatan bunga bersih atau
net interest margin (NIM) yang optimal. Bahkan jauh di atas NIM bank besar, maklum bank digital menyasar segmen-segmen yang lebih berisiko. Bank Jago (
ARTO) misalnya, mencatatkan NIM di level 11,08% per Maret 2022. Jauh meningkat dibandingkan NIM per Maret 2021 di posisi 7,72%. Begitupun dengan Bank Neo Commerce (
BBYB) atau BNC mencatatkan kenaikan NIM dari 5,04% di Maret 2021 menjadi 7,72% di Maret 2022. Kedua bank digital ini sudah agresif menyalurkan kredit baik secara langsung maupun menggandeng
fintech peer to peer lending. Sedangkan bank digital lainnya yang belum terlalu aktif penyaluran kredit masih memiliki NIM relatif sama dengan industri perbankan.
Bank Raya (AGRO) misalnya mencatatkan NIM 4,81% per Maret 2022 naik dari NIM 2021 di level 3,39%. Begitupun dengan Allobank (
BBHI) yang mencatatkan NIM di posisi 3,95% per Maret 2022 dibandingkan NIM Maret 2021 di 2,99%.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham-saham Tambang Batubara yang Menarik dari Analis Bahkan,
Head of Investor Relation BNC Indra Cahya menyatakan NIM per Mei 2022 berada level 9,4%. Ini sejalan dengan penyaluran kredit senilai Rp 5,99 triliun per Mei 2022. Nilai ini tumbuh 55,99%
year on year (yoy) dari posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 3,84 triliun. BNC menyasar segmen yang lebih berisiko yakni masyarakat
unbankable dan
underbank. Segmen ini memiliki potensi yang besar dan belum tergarap secara optimal di pasar. Melihat hal ini, Maximilianus Nico Demus, Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo mengakui NIM yang tinggi telah menjadi daya tarik industri perbankan Indonesia. Ia melihat, NIM akan terus tumbuh bila ekosistem bank digital mampu memberikan kesempatan dalam penyaluran kredit. “Berbicara volatilitas yang ada, seperti inflasi dan kenaikan suku bunga akan mendorong saham sektor teknologi. Karena kenaikan bunga akan menekan pendapatan perusahaan,” ujar Nico kepada Kontan.co.id pada Selasa (5/7). Lanjutnya, untuk bank digital tidak hanya soal teknologi saja. Lantaran juga ada aspek perbankannya. Nico melihat, selama bank digital mendapat dukungan dari ekosistem digital yang dimiliki maka masih memiliki prospek.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Mitra Adiperkasa (MAPI) Usai Cetak Kinerja Mentereng “Selama ekosistem mereka dukung, maka kami masih optimis masih ada ruang yang cukup bagi bank digital tumbuh di tahun ini,” tambah Nico.
Ia melihat sentimen utama yang akan menggerakkan saham bank digital ada pada ekosistem yang dimiliki. Sebab, investor akan melihat seberapa jauh bank digital memanfaatkan ekosistem yang dimiliki dalam memberikan solusi bagi masyarakat. Nico hanya memberi target harga untuk saham ARTO di level Rp 15.000. Berdasarkan data RTI, saham ARTO ditutup melemah 5,35% menjadi Rp 7.525 pada sesi akhir perdagangan di bursa saham Selasa (5/7).
Editor: Tendi Mahadi