Catatkan rugi bersih di kuartal I 2020, ini penjelasan Superkrane Mitra Utama (SKRN)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kuartal I 2020 nampaknya menjadi periode yang cukup berat bagi PT Superkrane Mitra Utama Tbk. Sepanjang Januari - Maret 2020 lalu, emiten penyewaan alat berat berkode saham SKRN ini membukukan rugi bersih sebesar Rp  Rp 33,62 miliar. Padahal, sebelumnya SKRN mampu membukukan laba bersih sebesar Rp 22,36 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya.

Uniknya, pelemahan kinerja bottom line didapat ketika beberapa pos beban mengalami penurunan. Beban pokok penjualan misalnya, tercatat mengalami penurunan sebesar  19,77% secara tahunan atau year-on-year (yoy) menjadi  Rp 98,34 miliar di kuartal I 2020. Sebelumnya, beban pokok penjualan SKRN tercatat mencapai  Rp 122,58 miliar Rp 122,58 miliar pada kuartal I tahun 2019 lalu.

Baca Juga: Revisi target, Superkrane Mitra Utama (SKRN) mengejar pendapatan hingga Rp 610 miliar


Penurunan juga dijumpai pada beban usaha. Melansir laporan keuangan interim kuartal I 2020, beban ini tercatat turun 23,36% yoy dari semula Rp 11,97 miliar di kuartal I 2019 menjadi Rp 9,17 miliar pada kuartal I 2020 lalu.

Corporate Secretary SKRN, Eddy Gunawan mengatakan, pelemahan kinerja bottom line dipicu oleh penurunan pendapatan seiring merebaknya pagebluk corona (covid-19) di Indonesia. Pasalnya, sejumlah proyek baru yang semula dijadwalkan mulai berjalan di kuartal I 2020 terpaksa ditunda atas dasar pertimbangan pandemi. 

Tidak hanya itu, pendapatan yang biasanya didapat dari tambahan waktu atau overtime pada proyek berjalan juga berkurang seturut menurunnya mobilitas alat dan manusia di tengah corona.

Akibatnya, pendapatan SKRN merosot  14,83% secara tahunan atau year -on-year (yoy) menjadi Rp 135,31 miliar di sepanjang Januari - Maret 2020 lalu. Sebelumnya, pendapatan SKRN tercatat mencapai dari Rp 158,87 miliar pada periode yang sama di tahun sebelumnya. 

Baca Juga: Rencana Bisnis Superkrane Mitra Utama (SKRN) Saat Pandemi Corona

Di sisi lain, SKRN juga harus membukukan rugi kurs sebesar Rp 49,06 miliar di tiga bulan pertama. Sebelumnya, akun tersebut tidak ada pada periode sama tahun lalu. Alhasil, beban lainnya meroket 877,15% yoy dari semula Rp 5,92 miliar di kuartal I 2019 menjadi Rp 57,85 miliar pada kuartal I 2020.

Eddy menjelaskan, rugi kurs ini didapat dari selisih kurs saldo pinjaman dan hutang valas pada akhir periode pelaporan dan awal periode pelaporan untuk pinjaman dalam mata uang asing seperti mata uang Euro dan Yen Jepang. “Dan untuk pembelian komponen alat berat tetap menggunakan valuta asing, karena semua komponen masih harus impor dari produsen,” tambah Eddy kepada Kontan.co.id pada Jumat (12/6).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .