KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persepsi investor terhadap risiko investasi di Indonesia semakin membaik. Ini terlihat dari penurunan nilai
credit default swap (CDS) Indonesia, baik tenor lima tahun maupun sepuluh tahun. CDS tenor lima tahun pada Selasa (9/1) berada di level 76,92. Sedangkan CDS tenor 10 tahun berada di level 141,64. Keduanya merupakan rekor level terendah CDS sepanjang masa. Analis Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra mengatakan, tren penurunan CDS terjadi sejak Indonesia mendapat kenaikan peringkat utang dari Fitch Ratings. Lembaga pemeringkat internasional tersebut menyematkan rating BBB outlook stabil bagi surat utang Indonesia.
Sebelumnya, rating Indonesia BBB- dengan outlook positif. "Indonesia sedang menikmati efek kenaikan rating utang," kata Made. Berkat kenaikan rating ini, investor asing kian tertarik memburu Surat Utang Negara (SUN). Ini terlihat dari data Ditjen Pembiayaan Pengelolaan dan Risiko Kementerian Keuangan. Kepemilikan dana asing di surat berharga negara naik Rp 23,02 triliun sejak awal tahun hingga Selasa (9/1). Dengan demikian, kepemilikan asing di SBN telah mencapai Rp 860,05 triliun, atau 40,83% dari total outstanding surat utang yang diperdagangkan. Selain itu, Made bilang, kesuksesan pemerintah menerbitkan
global bond senilai US$ 4 miliar Desember lalu turut menjadi pemantik menurunnya nilai CDS. Analis Obligasi BNI Sekuritas Ariawan menambahkan, tren penurunan CDS juga terjadi di sejumlah negara
emerging market, seperti Kolombia dan Panama. Hal ini menunjukkan terjadi penurunan sentimen negatif di pasar keuangan secara global. Potensi terus turun Dari sisi eksternal, Ariawan menjelaskan, euforia kenaikan suku bunga acuan The Federal Reserve dan pengesahan undang-undang pajak di Amerika Serikat telah usai. Kini, para pelaku pasar tengah menanti dampak kedua kebijakan tersebut terhadap ekonomi AS, yang masih belum terlihat. Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia Anil Kumar melihat belum terasanya dampak kebijakan-kebijakan ekonomi di Negeri Paman Sam tersebut dapat memberikan ruang penurunan kembali bagi CDS Indonesia. Ia memprediksi, hingga dua bulan ke depan CDS Indonesia masih dalam tren penurunan. CDS bahkan berpotensi turun cukup dalam jika Indonesia kembali mendapat kenaikan peringkat utang dari lembaga pemeringkat lainnya, seperti Moody's dan Standard & Poor's. "Jika lembaga-lembaga tersebut menaikkan rating, maka CDS tenor 5 tahun bisa menembus level 60, atau semakin mendekati CDS milik Filipina," terang Anil.
Filipina sendiri disebut sebagai pesaing terdekat Indonesia, karena memiliki kemiripan dari segi peringkat utang. Negara tersebut mendapat peringkat Baa2 dengan outlook stabil dari Moody's dan BBB- dengan outlook positif dari Fitch Ratings. Adapun CDS Filipina untuk tenor lima tahun dan 10 tahun secara berturut-turut berada di level 52,01 dan 95,44 hingga Selasa lalu. Tapi Made memperingatkan, ancaman melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2018 dapat mengurangi gairah investor untuk berinvestasi. Ini bisa menghambat penurunan CDS. Memang, ekonomi nasional diperkirakan masih tumbuh 5,3%, namun pertumbuhan tersebut lebih didominasi oleh sektor konsumsi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati