CDS Indonesia Meningkat di Pengujung 2022, Simak Penyebabnya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Credit Default Swap (CDS) Indonesia naik pada akhir tahun 2022. Berdasarkan data Bloomberg, CDS Indonesia tenor 5 tahun per Jumat (23/12) berada di level 101,68.

Angka ini meningkat 11,09% dari posisi 91,53 pada pengujung November 2022. Sementara itu, CDS tenor 10 tahun naik 4,67% menjadi 173,46, dari 159,92 per akhir November 2022.

Sebagai informasi, CDS adalah produk derivatif berupa kontrak keuangan yang memungkinkan investor untuk menghilangkan atau mengurangi risiko bisnisnya kepada pihak lain, dengan membayar premi sesuai angka yang disepakati. CDS juga biasa dikenal sebagai asuransi kebangkrutan.


Kenaikan angka di indeks CDS menunjukkan bahwa premi asuransinya juga naik. Hal ini merupakan efek dari situasi ekonomi yang memburuk sehingga risiko kebangkrutan juga meningkat.

Baca Juga: Pekan ke-4 Desember 2022, Arus Modal Asing Hengkang Rp 400 Miliar

Chief Economist Trimegah Sekuritas Fakhrul Fulvian mengatakan, kenaikan CDS Indonesia pada bulan Desember 2022 dipengaruhi sikap investor yang mulai mempertimbangkan pelemahan ekonomi, baik global maupun domestik. Peningkatan volatilitas di pasar obligasi dalam memandang arah suku bunga acuan juga menjadi penyebabnya.

Pada semester pertama 2023, Fakhrul memprediksi, CDS Indonesia kemungkinan akan tetap tinggi. Hal ini terjadi karena aliran modal asing yang diperkirakan masih akan terbatas.

"Prospek CDS kemungkinan akan bisa membaik pada paruh kedua 2023 seiring dengan mulai menurunnya ekspektasi tingkat suku bunga di pasar," kata Fakhrul saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (27/12).

Baca Juga: Minat Investor Besar, Obligasi Ritel Masih Jadi Pilihan Investasi

Ada sejumlah sentimen yang akan memengaruhi pergerakan CDS ke depannya. Arah perekonomian global dan domestik serta arah suku bunga bank sentral akan menjadi faktor yang paling memengaruhi pergerakannya.

Kepala Ekonom Indo Premier Sekuritas Luthfi Ridho menambahkan, peningkatan CDS mengindikasikan potensi kebangkrutan di dunia bisnis semakin tinggi. Hal ini seiring dengan pelemahan nilai tukar rupiah dan potensi terjadinya resesi ekonomi global.

Meskipun begitu, untuk tahun 2023, Luthfi melihat kondisi dan situasi investasi di Indonesia akan baik-baik saja. Pasalnya, menjelang berakhirnya kepemimpinan Presiden Joko Widodo, pemerintah akan menggenjot pembangunan infrastruktur supaya mempunyai rapor kinerja yang bagus.

Baca Juga: Utang Indonesia Bertambah Tambun

Pemerintah diperkirakan juga akan menggelontorkan bantuan langsung tunai yang lebih besar. "Para pebisnis juga akan mempercepat penyelesaian berbagai izin supaya dapat selesai pada 2023," ucap Luthfi.

Pasalnya, tahun 2024 akan menjadi masa transisi pemerintahan. Kondisi tersebut kurang kondusif bagi pebisnis karena biasanya terjadi tarik ulur kepentingan politik yang tinggi.

Pembukaan ekonomi lanjutan di China juga akan menjadi katalis positif bagi pasar global pada 2023. Di sisi lain, potensi perlambatan ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa akan menjadi sentimen negatif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati