KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) meningkat seiring indeks persepsi risiko investasi atau
credit default swap (CDS) menurun. Mengutip data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, jumlah kepemilikan asing di SBN bertambah Rp 5,06 triliun dari Rp 937 triliun di akhir Juni menjadi Rp 942,06 per Selasa (28/7). Kenaikan tersebut berjalan seiring dengan penurunan level CDS tenor 10 tahun dari level 199,87 di akhir Juni menjadi level 185,59 di Selasa (28/7).
Baca Juga: Reksadana saham moncer, reksadana pendapatan tetap masih jadi pilihan paling menarik Head of Economics Research Pefindo Fikri C. Permana mengatakan kepemilikan asing di SBN bertambah dan level CDS menurun karena pelaku pasar mulai kembali tertarik masuk ke aset berisiko seperti pasar obligasi
emerging markets karena ada berita positif dari perkembangan vaksin Covid-19. Investor asing makin percaya diri masuk ke SBN karena menilai fundamental Indonesia stabil hingga mampu menstabilkan nilai tukar rupiah. Setelah rupiah sempat melemah hampir ke Rp 14.800 per dolar Amerika Serikat (AS), kini rupiah kembali menguat ke Rp 14.500 per dolar AS. Fikri mengatakan pendorong utama penguatan rupiah salah satunya datang dari surplus neraca dagang Juni sebesar US$ 1,27 miliar. Selain itu, asing tertarik dengan
spread yield SBN dengan
yield US Treasury yang semakin melebar hingga ke 600 basis poin saat ini.
Baca Juga: Kemenkeu targetkan persiapan penerbitan SBN khusus burden sharing rampung pekan ini Head of Research & Market Information Department IBPA Roby Rushandie menambahkan, investor asing berpotensi masuk kembali ke pasar SBN karena didorong oleh atraktifnya imbal hasil SBN di tengah rendahnya
yield surat utang di negara maju. "Di tengah tren penurunan
yield secara global, investor asing sulit mendapatkan investasi yang memiliki
yield yang setara dengan sebelumnya,
yield SBN yang menarik mendorong asing masuk ke Indonesia," kata Roby.
Investor asing semakin yakin masuk ke pasar SBN juga karena
rating fundamental Indonesia masih dipandang baik di tengah pandemi. Selain itu, meningkatnya likuiditas global seiring dengan stimulus
quantitative easing bank sentral negara maju juga turut mengerek kepemilikan asing di SBN.
Baca Juga: Permintaan lelang SUN capai Rp 72,78 triliun, pemerintah memenangkan Rp 22 triliun Namun, sejumlah tantangan masih bisa membuat asing kembali lari dari pasar SBN. Fikri melihat perang dagang AS dan China yang kembali memanas bisa kembali meningkatkan level CDS. Bila ke depan asing makin banyak masuk ke SBN karena vaksin yang sudah bisa diproduksi masal, Fikri memproyeksikan
yield akhir tahun bisa berada di rentang 6% hingga 6,5%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati