CDS naik, yield obligasi terbang



JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) ikut mengerek credit default swap (CDS) atau acuan risiko investasi di Indonesia. Akibatnya, yield surat utang pemerintah terus merangkak naik. Imbasnya juga akan terasa dalam lelang surat utang negara (SUN), Rabu ini (5/2). Investor diperkirakan bakal meminta yield tinggi.

Sepekan terakhir, CDS Indonesia terus mengalami kenaikan rata-rata 8 basis poin hingga 9 basis poin. Senin (3/2), CDS Indonesia tenor lima tahun naik 2,31% dari akhir pekan lalu menjadi 240,18. Sedangkan, CDS Indonesia tenor 10 tahun naik 1,97% menjadi 318,09.Nilai tukar rupiah memang belum lepas dari tekanan dan masih bertengger di level Rp 12.200 per dollar AS. Kemarin, di kurs tengah Bank Indonesia, rupiah di posisi 12.248.

Depresiasi rupiah dipengaruhi oleh defisit neraca perdagangan Indonesia di tahun lalu.  "Ini menjadi sentimen negatif, sehingga CDS mengalami kenaikan," kata analis Millenium Danatama Asset Management Desmon Silitonga, Selasa (4/2).


Desmon memperkirakan, kenaikan CDS Indonesia hanya sementara seiring langkah Bank Indonesia menjaga stabilitas rupiah. Meskipun melambat, dia bilang makroekonomi Indonesia masih relatif stabil.

Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Fakhrul Aufa memperkirakan, yield obligasi pemerintah akan naik 5,08 basis poin untuk setiap kenaikan CDS sebesar 1 basis poin. Dengan demikian, yield obligasi diperkirakan masih bisa terbang. "Tekanan yield juga akan terjadi pada lelang SUN, hari ini, sehingga investor meminta yield tinggi," ujar Fakhrul.

IBPA mencatat, yield seluruh surat utang negara (SUN) naik pada perdagangan, Selasa (4/2). Ambil contoh, yield SUN seri FR0069 bertenor lima tahun naik menjadi 8,12% dari hari sebelumnya 7,98%. Yield seri FR0070 bertenor 10 tahun juga naik dari 9,02% menjadi 9,06%.

Tren kenaikan yield mulai terjadi sejak pekan lalu. Hal tersebut ditunjukkan dengan kenaikan IBPA Effective Yield Index periode 27 Januari hingga 30 Januari 2014, dari level 8,64% ke level 8,91%. Sebaliknya, GBIX Total Return Index menunjukkan rata-rata return obligasi pemerintah turun 1,8% dari level 171.244 ke level 168.150 di periode yang sama.Fakhrul mengatakan, lelang  SUN, hari ini, juga akan menghadapi tantangan laju inflasi Januari yang mencapai 1,07%. Kondisi ini kemudian mendorong ekspektasi pasar bahwa Bank Indonesia akan menaikkan kembali suku bunga acuannya atau BI rate. Hal itu juga membuat pasar obligasi tertekan dan investor meminta yield tinggi. "Tapi dari sisi permintaan, lelang masih bisa oversubcribes 2 kali hingga 2,5 kali dari target indikatifnya," kata Fakhrul.

Sedangkan, Desmon memprediksi, pemerintah akan memenangkan yield di kisaran 5,8% hingga 9,6%. Untuk seri SPN03140506 bertenor tiga bulan, dia memperkirakan, akan diserap pemerintah dengan yield 5,8%-6,3%. Sementara, SUN seri FR0068 bertenor 20 tahun akan diserap dengan yield 9%-9,6%.

Adapun, total permintaan yang masuk diperkirakan masih akan mengalami oversubcribes. "Yield SUN relatif menarik dibandingkan dengan obligasi pemerintah sekawasan. Hal itu mendorong investor, khususnya asing terus mengakumulasi SUN," kata Desmon.

Dalam lelang SUN, hari ini, pemerintah menawarkan dua seri anyar bertenor pendek yaitu SPN03140506 dan SPN12150206. Sedangkan, tiga seri lawas yang ditawarkan adalah FR0070, FR0071 dan FR0068. Pemerintah mematok target indikatif Rp 10 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sofyan Hidayat