KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persepsi risiko investasi di Indonesia kembali meningkat. Hal tersebut ditunjukkan oleh posisi Credit Default Swap (CDS) Indonesia, khususnya tenor lima tahun, yang mengalami tren kenaikan. Mengutip Bloomberg pada Kamis (28/6), CDS Indonesia tenor lima tahun menyentuh rekor tertinggi pada tahun ini di level 143,92 atau melonjak 3,8% dari perdagangan kemarin yang berada di level 138,61. Sebelumnya, Moody's Investor Service merilis riset yang menyatakan bahwa seiring penguatan dollar Amerika Serikat, risiko kredit di negara-negara emerging market yang mengandalkan pendanaan luar negeri cenderung meningkat.
Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Ahmad Mikail mengamini hal tersebut. “Peningkatan CDS Indonesia pada dasarnya sangat berkorelasi dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS,” katanya, Kamis (28/6). Di samping efek kenaikan suku bunga acuan AS, rupiah juga melemah akibat dampak perang dagang. Menurut Mikail, perang dagang memaksa China untuk melemahkan mata uangnya, yuan, agar barang-barang produksinya tetap laku kendati ada pelarangan dari AS. Alhasil, mata uang negara-negara emerging market mau tidak mau ikut melemah agar tetap kompetitif. Ujung-ujungnya, CDS di negara-negara seperti itu mengalami kenaikan. Indonesia tidak sendirian. CDS dari negara-negara yang peringkat utangnya mirip dengan Indonesia, seperti India dan Filipina juga mengalami kenaikan. CDS India tenor 5 tahun hari ini telah berada di level 91,10 yang merupakan level tertinggi di tahun 2018. CDS Filipina di tenor yang sama juga merangkak naik ke level 95,34 atau mendekati rekor tertinggi di tahun ini pada level 95,70 yang tercipta 19 Juni silam. Fund Manager Capital Asset Management, Desmon Silitonga sepakat bahwa pelemahan rupiah menjadi akar masalah di balik melonjaknya persepsi risiko investasi di Indonesia. Sekadar mengingatkan, hari ini kurs rupiah di pasar spot anjlok 1,52% ke level Rp 14.394 per dollar AS.
Seiring dengan CDS yang meningkat, investor asing ramai-rama keluar dari pasar obligasi Indonesia untuk sementara karena khawatir terhadap risiko kerugian kurs. “Imbasnya, pasar obligasi Indonesia berpotensi terus melemah dalam jangka pendek ini,” ujar Desmon, hari ini. Masalah kian rumit karena pelemahan rupiah tak hanya mengangkat nilai CDS Indonesia. Yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun juga terus naik hingga ke level 7,81% pada hari ini. “Kenaikan yield SUN Indonesia sudah tidak wajar karena inflasi sendiri cenderung rendah sepanjang tahun ini,” ungkapnya. Di sisi lain, yield US Treasury tenor 10 tahun masih di berada di posisi yang stabil di level 2,83%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Markus Sumartomjon