JAKARTA. Risiko berinvetasi jangka panjang di Indonesia semakin meninggi. Hal ini terlihat dari Credit Default Swap (CDS) bertenor 10 tahun yang dalam sehari naik 7,6% menjadi 227,18, kemarin (1/3), dari hari sebelumnya di 211,13.Namun, masih di periode yang sama, CDS bertenor lima tahun (jangka pendek) malah turun ke level 165,5, dari sebelumnya 167,67. Dealer Fixed Income Bank Rakyat Indonesia (BRI) Muhammad Ikhsan memprediksi, terjadi aksi reprofiling maturity portfolio obligasi berdenominasi dollar AS. Investor memangkas atau memotong durasi investasinya."Artinya banyak investor menjual obligasi pemerintah jangka panjang, termasuk di obligasi berdenominasi dollar AS. Investor banyak menjual INDON jangka panjang, dan beralih membeli INDON jangka pendek," ulas Ikhsan, Jumat (2/3).Menurut Ikhsan, investor sedang mempertimbangkan tingkat likuiditas dollar AS untuk periode jangka panjang, dan mengamati tingkat kemampuan pemerintah menyediakan rupiah untuk membeli dollar AS. "Saat ini, investor cenderung melihat rendahnya risiko untuk berinvestasi jangka pendek dibanding jangka panjang," urainya.Indikasi lainnya yang menjadi acuan naiknya minat investor untuk berinvestasi jangka pendek adalah surplus trade balance. Sebagai catatan, kemarin (1/3), Biro Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, neraca perdagangan Indonesia per Januari tercatat surplus US$ 923,4 juta. Kata Ikhsan, dengan neraca perdagangan Indonesia yang tercatat surplus, maka terlihat semakin besar potensi pemerintah untuk bisa membayar utang jangka pendeknya. Adapun, data Indeks Inter Dealer Market Association, acuan harga obligasi pemerintah, selama sepekan ini, turun tipis 75 bps menjadi 113,09.
CDS tenor panjang mendaki, tapi tenor pendek turun
JAKARTA. Risiko berinvetasi jangka panjang di Indonesia semakin meninggi. Hal ini terlihat dari Credit Default Swap (CDS) bertenor 10 tahun yang dalam sehari naik 7,6% menjadi 227,18, kemarin (1/3), dari hari sebelumnya di 211,13.Namun, masih di periode yang sama, CDS bertenor lima tahun (jangka pendek) malah turun ke level 165,5, dari sebelumnya 167,67. Dealer Fixed Income Bank Rakyat Indonesia (BRI) Muhammad Ikhsan memprediksi, terjadi aksi reprofiling maturity portfolio obligasi berdenominasi dollar AS. Investor memangkas atau memotong durasi investasinya."Artinya banyak investor menjual obligasi pemerintah jangka panjang, termasuk di obligasi berdenominasi dollar AS. Investor banyak menjual INDON jangka panjang, dan beralih membeli INDON jangka pendek," ulas Ikhsan, Jumat (2/3).Menurut Ikhsan, investor sedang mempertimbangkan tingkat likuiditas dollar AS untuk periode jangka panjang, dan mengamati tingkat kemampuan pemerintah menyediakan rupiah untuk membeli dollar AS. "Saat ini, investor cenderung melihat rendahnya risiko untuk berinvestasi jangka pendek dibanding jangka panjang," urainya.Indikasi lainnya yang menjadi acuan naiknya minat investor untuk berinvestasi jangka pendek adalah surplus trade balance. Sebagai catatan, kemarin (1/3), Biro Pusat Statistik (BPS) mengumumkan, neraca perdagangan Indonesia per Januari tercatat surplus US$ 923,4 juta. Kata Ikhsan, dengan neraca perdagangan Indonesia yang tercatat surplus, maka terlihat semakin besar potensi pemerintah untuk bisa membayar utang jangka pendeknya. Adapun, data Indeks Inter Dealer Market Association, acuan harga obligasi pemerintah, selama sepekan ini, turun tipis 75 bps menjadi 113,09.