BRUSSELS. Kelompok peretas yang membobol Bank Sentral Bangladesh diduga menyusup ke perangkat lunak alias
software platform keuangan Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication (SWIFT), yang merupakan pusat sistem keuangan global. Dugaan ini disampaikan peneliti keamanan dari kontraktor pertahanan Inggris BAE Systems.
SWIFT mengatakan, pihaknya menyadari adanya
malware yang menargetkan perangkat lunak kliennya. Juru bicara SWIFT Natasha Deteran mengatakan, pada Senin (25/4), pihaknya akan merilis pembaruan perangkat lunak untuk menggagalkan
malware, sekaligus memperingatkan lembaga keuangan untuk meneliti ulang prosedur keamanan mereka.
"SWIFT mengeluarkan
update software untuk membantu pelanggan dalam meningkatkan keamanan mereka dan untuk menemukan inkonsistensi dalam catatan database lokal," kata Deteran kepada Reuters, Minggu (24/4).
Pembaruan perangkat lunak dan peringatan dari SWIFT yang berbasis di Brussels muncul setelah para peneliti BAE System meyakini adanya temuan
malware penyerang Bank Bangladesh yang memanipulasi perangkat lunak klien SWIFT atau yang dikenal dengan
Alliance Access.
Sebelumnya, peneliti yang menyelidiki kasus tersebut mengatakan, para pembobol telah merusak komputer Bank Sentral Bangladesh dan menguasai kode pengenal yang digunakan untuk
login ke sistem SWIFT. Namun, BAE Systems yang memiliki bisnis keamanan
cyber skala besar menemukan, indikasi pembobol telah memanipulasi
software SWIFT pada komputer bank untuk menghapus catatan transfer ilegal.
BAE mengatakan, pihaknya berencana untuk mempublikasikan temuan
malware tersebut dengan memposting di blog pada Senin (25/4).
Seperti diketahui, Februari 2016, kelompok peretas mencoba melakukan transfer ilegal sebesar US$ 951 juta dari rekening Bank Sentral Bangladesh di Federal Reserve Bank of New York. Sebagian besar berhasil diblokir, tapi uang sebesar US$ 81 juta terlanjur dialihkan pembobol ke rekening di Filipina.
Deteran menegaskan,
malware tidak berdampak pada jaringan atau layanan pesan utama SWIFT. Platform SWIFT digunakan oleh 11.000 bank dan lembaga lain di seluruh dunia. "SWIFT akan merilis update tambahan dengan belajar dari serangan di Bangladesh dan ancaman potensial lainnya. Kami juga kembali memberi peringatan kepada bank untuk menerapkan langkah keamanan yang tepat untuk menjaga keamanan di sistem lokal mereka," tegasnya.
Editor: Dupla Kartini