KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengawasi berbagai platform permainan daring, termasuk Roblox. Hal itu dilakukan untuk mencegah penyebaran radikalisasi kepada anak-anak di ruang digital. Kepala BNPT Komisaris Jenderal Polisi (Purn) Eddy Hartono mengatakan, pihak Roblox sedang membangun sistem identifikasi bagi pengguna untuk meningkatkan keamanan anak.
Sistem yang dibangun memungkinkan kamera untuk mengambil foto wajah untuk mengidentifikasi apakah pengguna masih anak-anak atau bukan. "Kami monitor, dia (Roblox) akan melakukan identifikasi dengan kamera. Jadi kalau ketika main nanti platform-nya itu langsung meng-capture wajah kita, kalau dia ter-capture wajahnya itu anak-anak langsung dia nggak bisa mengakses," ujar Eddy dikutip dari Antara, Selasa (30/12/2025).
Baca Juga: DJP Resmi Tunjuk Game Roblox Jadi Pemungut Pajak Digital Pemerintah Telah Terbitkan PPT Tunas
Eddy menambahkan bahwa pemerintah telah menerbitkan PP Tunas atau PP Nomor 17 Tahun 2025. PP Tunas mengatur Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam Perlindungan Anak. Tujuannya untuk melindungi anak-anak saat berada di ruang digital, termasuk media sosial dan permainan daring. Eddy menjelaskan bahwa pemilik platform permainan daring wajib memberikan verifikasi dan menjaga keamanan terhadap siapa saja yang mengakses sistemnya. "Dengan adanya PP Tunas ini mudah-mudahan kami bisa membatasi anak-anak kita yang di bawah 18 tahun supaya tidak mengakses sosial media maupun game online," ucap Eddy. Selain itu, BNPT terus memberikan edukasi dan literasi kepada masyarakat terkait penyebaran paham radikalisasi di ruang digital agar anak-anak lebih terlindungi.
Game Online Jadi Sarana Radikalisasi
Eddy menambahkan, sepanjang tahun 2025, BNPT menemukan 112 anak di 26 provinsi yang teradikalisasi melalui game online atau media sosial. Eddy mengatakan, anak-anak menjadi target radikalisasi setelah berinteraksi dengan konten radikal terorisme, mengalami kerentanan psikologis, hingga terlibat fenomena lone actor tanpa pertemuan fisik. “Anak-anak yang terpapar menjadi perhatian serius negara. BNPT bersama Tim Koordinasi Perlindungan Khusus bagi Anak Korban Jaringan Terorisme terus memastikan upaya rehabilitasi, pendampingan psikososial, dan perlindungan hak anak berjalan optimal,” ujar Eddy dikutip dari Antara, Selasa (30/12/2025).
Baca Juga: Ini Permintaan Indonesia kepada Pengembang Gim Roblox Eddy mengatakan, jaringan terorisme atau simpatisan ISIS dan Ansharuh Daulah saat ini menargetkan proses radikalisasi terhadap anak dan remaja. Dalam kasus rekrutmen, anak yang direkrut tidak pernah bertemu perekrut secara langsung dan melakukan baiat secara mandiri. Rentang usia anak yang terpapar rata-rata 13 tahun dengan usia terendah 10 tahun dan tertinggi 18 tahun. Rentang usia tersebut jauh lebih muda dibanding pelaku terorisme Indonesia periode 2014-2019. Eddy menjelaskan, jaringan terorisme memanfaatkan kerentanan psikologis remaja pada aspek emosi, perilaku, dan pola pikir, yang terlihat dari trauma emosional seperti perundungan dan keluarga tidak utuh. "Ini yang terus kami jadi pekerjaan rumah (PR) ke depan, bahwa anak-anak ini tetap menjadi penantian kami untuk melakukan upaya rehabilitasi," ungkap Eddy.
Langkah BNPT
Terkait radikalisasi yang menyasar anak-anak, BNPT memperkuat strategi kontraradikalisasi melalui program Sekolah Damai, Kampus Kebangsaan, Desa Siapsiaga, dan penguatan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme di 36 provinsi.
Baca Juga: Menteri PPPA Buka Suara Terkait Game Roblox yang Digandrungi Anak-anak BNPT juga membentuk Satuan Tugas Kontra Radikalisasi lintas delapan kementerian/lembaga. Satgas tersebut bertugas untuk menyebarluaskan narasi perdamaian dan memperkuat ideologi Pancasila di lingkungan pendidikan dan masyarakat. Eddy menegaskan perlindungan ruang digital bagi anak adalah bagian dari upaya deteksi dini dan keterlibatan dini guna memutus mata rantai penyebaran ideologi radikal terorisme.
“BNPT berkomitmen mewujudkan sistem deteksi dini dan keterlibatan dini terhadap penyebaran ideologi radikal terorisme yang mendukung keamanan negara demi tercapainya Indonesia Emas 2045," tutur Eddy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News