Cegah Wabah Hepatitis Akut, Menko Muhadjir Minta Kemkes Menyisir Kasus Lebih Masif



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Koordinator Bidang Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy meminta Kementerian Kesehatan melakukan penyisiran secara masif terhadap kasus dugaan hepatitis akut.

Tujuannya agar kasus hepatitis akut ini bisa terdeteksi lebih dini dan tidak menyebar lebih luas di masyarakat. 

Muhadjir menyampaikan hal ini saat Konferensi Pers Kementerian Kesehatan secara daring pada Kamis (5/5) siang.


"Saya rasa tidak ada jeleknya apabila kita tidak perlu menunggu, tapi menyisir (dengan skala) lebih besar di daerah-daerah agar hepatitis akut ini tidak menyebar, kalau sudah menyebar pun bisa diatasi lebih dini," kata Muhadjir. 

Sementara Juru Bicara Kemenkes Siti Nadia Tarmizi membenarkan bahwa saat ini laporan suspect atau terduga kasus hepatitis akut alias misterius ini terus bertambah.

Hal ini terjadi setelah Kementerian Kesehatan mengeluarkan surat edaran kepada kantor dinas di seluruh kabupaten dan kota agar meningkatkan kewaspadaan dan melaporkan semua kasus sindrom penyakit kuning.

Walhasil. "Ada penambahan kasus baru, tapi belum terkonfirmasi (hepatitis akut) karena masih ada proses pemeriksaan genome untuk memastikan bukan kasus hepatitis A, B, C D maupun E," katanya.

Hanya saja Nadia tidak memberikan perincian penambahan laporan dugaan kasus baru ini, maupun memperinci berasal dari wilayah atau provinsi mana saja.

Hanifah Oswari, Guru Besar Gastro Hepatologi RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta menambahkan, sebenarnya sudah banyak kasus dugaan hepatitis akut berat yang belum diketahui secara pasti apa penyebabnya. 

Hanya pada beberapa waktu terakhir ini yang menjadi pemantauan adalah kasus yang datangnya bersamaan dan berlangsung cepat.

Beberapa gejala awal dalam laporan kasus hepatitis akut berat yang menyerang anak berumur di bawah 16 tahun dan khususnya di bawah 10 tahun adalah gejala gastro diare, muntah-muntah, sakit perut, dan demam ringan.

Berikutnya akan menunjukkan gejala hepatitis, dan mengeluarkan buang air kecil berwarna cokelat seperti teh, dan buang air besar berwarna kuning.

Selanjutnya saat dilakukan tes darah untuk mengetahui fungsi hati dan ginjal akan menunjukkan angka serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) dan  serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT) di atas 500 per mili liter.

Pada kondisi ini, pasien berisiko mengalami pembekuan darah, dan terjadi penurunan kesadaran yang bisa berlanjut pada risiko kematian, apabila tidak dilakukan transplantasi hati dengan cepat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Syamsul Azhar