Cek Darah untuk Diagnosa Gangguan Mental



MOMSMONEY.ID - Belakangan isu mental sehat terus dibicarakan di kalangan masyarakat. Kesehatan mental merupakan keadaan sejahtera mental yang memungkinkan seorang individu mengatasi tekanan hidup, sadar akan kemampuan yang dimiliki, belajar dan bekerja dengan baik, dan berkontribusi untuk masyarakat.

Berdasarkan World Mental Health Report 2022 (WHO), pengidap gangguan kesehatan mental di dunia meningkat kala pandemi covid-19 melanda. Gangguan kesehatan mental yang meningkat signifikan adalah depresi mayor dan gangguan kecemasan, yang diperkirakan berjumlah 246 juta jiwa di seluruh dunia untuk depresi mayor, dan 374 juta jiwa untuk gangguan kecemasan.

Head of Business & Marketing PT Prodia Widyahusada Nelly Sari mengatakan gangguan kesehatan mental kerap terjadi karena adanya masalah psikologis yang didominasi kecemasan dan depresi. “Paling banyak dialami wanita di usia 17 sampai 29 tahun,” ujar Nelly kepada awak media di acara media gathering Prodia di Jakarta.


Baca Juga: Edukasi Kesehatan dan Gaya Hidup Sehat di Gelora Bung Karno

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2018, prevalensi pengidap gangguan kesehatan mental usia di atas 15 tahun di Indonesia mengalami peningkatan sebesar 9.8%. Apabila mengacu dari total populasi berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun tersebut, maka diperkirakan sebanyak lebih dari 19 juta jiwa di Indonesia mengalami gangguan kesehatan mental.

Di Indonesia, diperkirakan 1 dari 5 orang mengidap gangguan kesehatan mental, yang diakibatkan oleh efek benturan dan dampak pandemi covid-19. Mengacu dari jumlah populasi berdasarkan data yang dihimpun BPS tahun 2022, maka estimasi pengidap gangguan kesehatan mental di Indonesia setara dengan lebih dari 50 juta jiwa.

Lantas, bagaimana menghadapi gangguan kesehatan mental? Nelly menyebut banyak pasien dengan masalah gangguan kesehatan mental tidak melakukan pemeriksaan lab laboratorium karena hal ini dianggap tidak biasa.

Keadaan psikiatri saat ini pada dasarnya adalah sekelompok dokter yang membuat diagnosa berdasarkan gejala tanpa benar-benar melakukan pengujian untuk menentukan akar penyebabnya. Padahal, hal ini dapat diperiksa dan dianalisis dari sampel darah pasien untuk dapat mendeteksi dengan jelas adanya gangguan kesehatan mental.

Baca Juga: Semester I-2023, Pendapatan Prodia Widyahusada (PRDA) Capai Rp 1,06 Triliun

Beberapa tes darah ini menyoroti beberapa akar penyebab yang sebenarnya dari gangguan mental, dan akan memberi informasi berguna untuk ditindaklanjuti:

  1. Usus Pro Sehat (PHG)
Melalui jalur neuro-imun, SCFA dapat mempengaruhi morfologi dan fungsi sel mikroglian dalam sistem saraf, SCFA dapat merangsang produksi serotonin dan hormon usus tertentu lainnya, SCFA dapat secara langsung mempengaruhi saraf vagus, yang menghubungkan otak dan usus.

  1. Vitamin D
Wawasan terbaru membahas peran vitamin D dalam regulasi serotonin dan melatonin, menunjukkan bahwa peningkatan status vitamin D mungkin berguna untuk meningkatkan suasana hati dan tidur.

  1. Kortisol
Individu dengan MDD (Major Depressive Disorders) atau Gangguan Depresi Mayor memiliki tingkat stres dan kortisol yang lebih tinggi dibandingkan subjek kontrol. Korelasi positif antara tingkat stres dan depresi pada individu MDD menunjukkan bahwa kondisi ini terkait dengan disregulasi fungsi sumbu HPA.

Baca Juga: Apa Itu Asuransi Kesehatan Lansia? Ini Tips Memilih dan Cara Klaimnya dengan Mudah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Jane Aprilyani