KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Sejumlah sentimen eksternal diproyeksi masih mempengaruhi pergerakan rupiah di jelang akhir pekan ini. Sekedar mengingatkan, rupiah ditutup menguat tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di hari Kamis (27/6). Mata uang rupiah umumnya masih tertekan tangguhnya dolar AS, mengikuti pelemahan berbagai mata uang utama. Kamis (27/6), Rupiah spot menguat tipis hanya 0,05% ke level Rp16.406 per dolar AS. Sementara, rupiah Jisdor BI menguat sekitar 0,08% ke level Rp16.421 per dolar AS.
Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengamati, Rupiah berakhir menguat tipis karena dipengaruhi penguatan dolar AS terhadap rivalitas utama. Mata uang Asia, khususnya Yen Jepang, harus rela melemah ke level puncak dalam 38 tahun di 160.85 per dolar. Sentimen pasar global yang menekan aset-aset di emerging market masih terasa cukup kuat, dimana sorotannya pada kebijakan acuan Fed yang masih ketat terlebih lagi imbal hasil obligasi Amerika bertenor 10 tahun kembali naik dan berada pada 4.337%. Baca Juga:
Berbalik Arah, Rupiah Spot Ditutup menguat ke Rp 16.406 Per Dolar AS Hari Ini (27/6) “Ini semua tentang Fed, bunga tinggi lebih lama berarti menjaga suku bunga tetap tinggi, sehingga menarik dana global ke Amerika dan membuat dolar AS tetap menguat,” ujar Nanang kepada Kontan.co.id, Kamis (27/6). Namun, Nanang melihat, beberapa kalangan pasar mulai selektif menentukan sikapnya karena ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan salah satunya penantian katalis terkini seperti pertumbuhan ekonomi perkuartal pada Kamis malam dan data inflasi PCE AS besok Jumat. “Pasar sepertinya masih gamang karena pernyataan pejabat The Fed sebelumnya yang cenderung mengikis peluang penurunan karena mereka masih melihat ada risiko lonjakan inflasi ke depan,” tambahnya. Selain dikepung sentimen negatif global dan regional, rupiah tidak memiliki kekuatan cukup dari dalam negeri untuk mengimbangi tekanan eksternal. Bank investasi global, HSBC, menurunkan rekomendasinya untuk saham-saham di Indonesia dari Overweight menjadi Neutral. Revisi peringkat tersebut menjadi langkah kesekian bank investasi global yang menilai saham-saham di Indonesia kurang menarik, setelah sebelumnya Morgan Stanley juga menurunkan rekomendasinya. Nanang menilai, isu fiskal yang sempat menekan pasar beberapa waktu lalu masih belum sepenuhnya tuntas. Meski sudah dimoderasi oleh pernyataan komitmen kesinambungan fiskal oleh Satgas Sinkronisasi Pemerintahan Prabowo-Gibran pada Senin lalu.
Baca Juga: Penguatan Dollar AS Masih Berlanjut untuk Jangka Pendek “Ambisi belanja yang begitu besar oleh pemerintahan baru kelak akan menuntut pembiayaan utang yang lebih besar dan sudah mendapatkan peringatan oleh Parlemen agar pemerintah lebih memiliki prioritas,” imbuhnya. Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mencermati, rupiah menguat tipis hari ini karena penguatan dolar sedang tertahan untuk sementara waktu. Hal itu terjadi seiring Dolar AS baru mencapai level tertinggi dalam dua bulan di sesi sebelumnya didukung pernyataan
hawkish pejabat the Fed dan pendekatan hari-hati bank sentral terhadap suku bunga. Dolar tengah bertahan di dekat level tertinggi dalam beberapa dekade terhadap yen dan mendekati level tertinggi dalam beberapa bulan terhadap mata uang utama lainnya. Adapun investor sekarang menantikan data klaim pengangguran mingguan, pesanan barang tahan lama dan penjualan rumah tertunda Amerika pada hari Kamis (27/6), serta laporan inflasi PCE pada hari Jumat (28/6) sebagai petunjuk prospek suku bunga selanjutnya. “Rupiah kemungkinan masih bertahan di atas angka psikologis Rp16,000 per dolar AS untuk kuartal kedua 2024. Dan pergerakan besok akan tetap dinamis, mengikuti perkembangan isu politik Eropa dan AS,” jelas Sutopo kepada Kontan.co.id, Kamis (27/6). Menurut Nanang, di akhir pekan secara intraday ada ruang pelemahan lanjutan untuk bisa membawa rupiah berlabuh di atas Rp16.400 per dolar AS. Namun secara mingguan adanya harapan untuk bisa mempertahankan laju penguatan rupiah untuk bisa bertahan di bawah Rp16.400 per dolar AS. Pasar di hari Jumat (28/6) akan bereaksi bagaimana data Amerika nanti malam, baik hasil dari rilisan data PDB dan klaim pengangguran AS. Angka yang mengecewakan bisa memicu aksi profit taking bagi dolar yang mana indeks dolar semalam tembus di atas 106.
Baca Juga: Dolar AS Masih Perkasa, Intip Peluang Dari Mata Uang Utama Lainnya Dan pada Jumat malam, Amerika akan rilis angka inflasi individu dari PCE. Bila angka inflasi tersebut menunjukkan perlambatan, maka dapat memberi tekanan bagi dolar dan bisa memberi dampak positif bagi rupiah. Nanang memperkirakan, rupiah akan bergerak dalam rentang Rp16.340 per dolar AS - Rp 16.430 per dolar AS di perdagangan Jumat (28/6). Sedangkan, Sutopo memprediksi rupiah akan bergerak dalam rentang Rp16.3500 per dolar AS – Rp 16.500 per dolar AS. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari