KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Empat emiten Grup Barito membukukan kinerja yang bervariasi di akhir semester pertama tahun ini. Kinerja tiga emiten milik taipan Prajogo Pangestu tidak terlalu mentereng. Hanya PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (
CUAN) yang tumbuh signifikan. Direktur Utama PT Barito Pacific Tbk (
BRPT) Agus Salim Pangestu mengungkapkan bahwa penurunan pendapatan konsolidasi disebabkan oleh volatilitas sektor petrokimia global. Bersamaan dengan itu, ada
turnaround maintenance (TAM) terjadwal yang mengakibatkan penurunan volume penjualan secara keseluruhan. Kemudian, ada pemeliharaan di salah satu unit operasi panas bumi. Di sisi yang lain, kontribusi dari Sidrap I yang baru saja diakuisisi membantu mengurangi sebagian penurunan pendapatan. Pada periode ini berhasil mencapai rekor produksi tertinggi sejak pertama kali beroperasi.
Agus mengatakan bahwa BRPT terus melanjutkan ekspansi. Emiten ini bertumbuh secara organik dan anorganik lewat serangkaian akuisisi untuk mendukung pertumbuhan. "Akuisisi dan kemitraan strategis akan terus memperkuat posisi pasar dan mendukung transisi kami menjadi pemain regional yang terkemuka," ungkap Agus dalam keterbukaan informasi, Rabu (31/7). Berikut kinerja empat emiten Grup Barito di semester pertama 2024:
| Pendapatan | % | Laba | % Laba |
BRPT | US$ 1,15 miliar | -16,05% | US$ 34,49 juta | 13,60% |
TPIA | US$ 866,49 juta | -19,34% | -US$ 47,46 juta | -8.000% |
BREN | US$ 290,07 juta | -2,32% | US$ 57,95 juta | 0,53% |
CUAN | US$ 309,69 juta | 348,43% | US$ 29,57 juta | 163,31% |
Baca Juga: Strategi Chandra Asri Group Fokus Mencapai Pertumbuhan Berkelanjutan PT Barito Pacific Tbk (
BRPT) sebagai induk Grup Barito meraih laba bersih senilai US$ 34,49 juta pada semester I-2024. Meningkat 13,60% dibandingkan periode yang sama tahun lalu atau
Year on Year (YoY), yang kala itu sebesar US$ 30,36 juta. Capaian ini didapat ketika pendapatan BRPT menyusut 16,05% YoY menjadi US$ 1,15 miliar. Pendapatan BRPT ditopang oleh segmen petrokimia senilai US$ 866 juta dan energi sebesar US$ 290 juta. Pendapatan dari petrokimia dan energi masing-masing turun sekitar 19,4% dan 2,4%. Sedangkan pendapatan BRPT dari segmen lainnya stabil di level US$ 3 juta. Tantangan di bisnis petrokimia tercermin dari penurunan kinerja
top line dan
bottom line anak usaha BRPT, yakni TPIA. Pendapatan TPIA anjlok 19,34% YoY dari US$ 1,07 miliar menjadi US$ 866,49 juta pada semester I-2024. Secara
bottom line, rugi bersih TPIA meroket 7.999,65% YoY menjadi US$ 47,46 juta pada semester I-2024. Sebagai perbandingan, rugi periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk TPIA di semester I-2023 masih sebesar US$ 586.000.
Baca Juga: Ikhtisar Kinerja Semester I-2024 Emiten Prajogo Pangestu: BRPT, TPIA, BREN & CUAN Direktur Chandra Asri Pacific Suryandi mengatakan bahwa kinerja TPIA sebagian besar dipengaruhi oleh kondisi pasar global yang penuh tantangan dan pemeliharaan terjadwal (TAM) pada kuartal II-2024. Hal ini menyebabkan penurunan volume penjualan. Volume penjualan pada semester I-2024 tercatat sebesar 91 kilo ton (KT), menurun dari 105 KT pada semester I-2023. Meski mengalami penurunan kinerja, Suryandi mengatakan TPIA melakukan strategi ekspansi untuk mencapai pertumbuhan eksponensial dan berkelanjutan. Pada Mei 2024, TPIA dan Glencore Plc menandatangani Perjanjian untuk mengakuisisi seluruh kepemilikan Shell Singapore Pte. Ltd. di Shell Energy and Chemicals Park Singapore (SECP). Melalui CAPGC Pte. Ltd., perusahaan joint-venture yang mayoritas dimiliki oleh TPIA dan minoritas oleh Glencore. Akuisisi tersebut mencakup kilang dengan kapasitas 237.000 barel per hari, ethylene cracker berkapasitas 1,1 juta metrik ton di Pulau Bukom, dan aset kimia hilir di Pulau Jurong. Transaksi ini diharapkan dapat diselesaikan pada akhir tahun 2024.
Baca Juga: UNVR dan BREN Turun Paling Dalam, Begini Kinerja 20 Saham Big Caps Sepanjang Juli Meski kinerja tidak terlalu mentereng, harga saham emiten Grup Barito kompak menanjak pada Kamis (1/8). BRPT menguat 2,75% ke level Rp 1.120, TPIA meningkat 1,81% menjadi Rp 9.825 dan BREN naik 0,29% ke posisi Rp 8.675. Sementara harga CUAN justru stagnan di level Rp 8.475 per saham. Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto mengamati bahwa laju pasar saham di awal Agustus ini, termasuk pada saham Grup Barito tidak semata-mata digerakkan oleh rilis kinerja semester I-2024. William melihat ada faktor eksternal yang juga memiliki peran signifikan, terutama dari ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed pada September 2024. "Penguatan hari ini kemungkinan ada euforia pasar," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Kamis (1/8).
Baca Juga: Ada BBRI dan BREN, Cek Saham-Saham yang Banyak Dijual Asing Saat IHSG Menguat William lantas mengingatkan pelaku pasar untuk berhati-hati, lantaran secara teknikal ada indikasi jenuh beli pada sejumlah saham milik Prajogo Pangestu. William menyarankan
sell on strength pada saham BREN, TPIA dan CUAN. Sedangkan untuk BRPT masih layak
buy dengan target harga di Rp 1.250. Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menambahkan, secara teknikal ada potensi koreksi dalam jangka pendek untuk BRPT dan BREN. Namun di sisi lain keduanya berpeluang melaju pada awal fase
uptrend. Dus, Herditya menyarankan untuk mencermati peluang
buy on weakness BRPT untuk target harga Rp 1.170-Rp 1.240 dan BREN dengan target Rp 9.525-Rp 10.025. Rekomendasi lainnya,
speculative buy saham TPIA dan CUAN dengan target harga masing-masing Rp 9.875-Rp 9.975 dan Rp 8.925-Rp 9.100 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati