Cek Rekomendasi Saham Astra International (ASII) yang Diproyeksi Cetak Kinerja Solid



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Astra International Tbk (ASII) diproyeksikan tetap kuat hingga akhir tahun meski terjadi pergeseran kontributor pendapatan. Sektor otomotif dinilai akan menjadi kontributor utama perseroan.

Hingga kuartal III 2023 pendapatan terbesar ASII berasal dari segmen otomotif, berbeda dengan periode sama tahun lalu yang berasal dari segmen alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi.

Pendapatan dari segmen otomotif mencapai Rp 99,16 triliun, meningkat 13,03% dari sebelumnya Rp 87,73 triliun. Sedangkan pendapatan segmen alat berat, pertambangan, konstruksi, dan energi justru turun 6,63% menjadi Rp 97,6 triliun dari sebelumnya Rp 91,53 triliun.


Pendapatan ASII di segmen jasa keuangan meningkat 12,95% menjadi Rp 21,98 triliun dari sebelumnya Rp 19,46 triliun. Sedangkan pendapatan segmen agribisnis turun 5,08% menjadi Rp 15,68 triliun dari sebelumnya Rp 16,52 triliun.

Baca Juga: Hingga Kuartal III-2023, Penjualan Mobil Astra International (ASII) Tumbuh 2%

Pendapatan segmen infrastruktur dan logistik meningkat 16,61% menjadi Rp 6,67 triliun dari sebelumnya Rp 5,72 triliun. Sedangkan segmen teknologi informasi hanya mencatat kenaikan tipis 1,46% menjadi Rp 2,08 triliun dari Rp 2,05 triliun.

Terakhir, segmen properti mencatat pendapatan Rp 621 miliar. Pendapatan segmen properti turun 23,14% ketimbang tahun sebelumnya Rp 808 miliar.

Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan terjadinya pergeseran kontributor pendapatan ASII lantaran normalisasi harga komoditas. Sedangkan meningkatnya segmen otomotif didorong dari peningkatan mobilitas masyarakat.

"Karena sudah masuk endemi, sehingga mobilitas masyarakat meningkat sehingga mendorong permintaan pada segmen otomotif," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (7/11).

Nafan memperkirakan, segmen otomotif ASII masih akan melaju hingga akhir tahun di tengah penurunan harga komoditas. Apalagi daya beli masyarakat masih terjaga di tengah suku bunga Bank Indonesia (BI) yang tinggi.

Namun di sisa tahun ini, ia menilai BI cenderung akan menahan suku bunga selama The Fed tidak bersikap hawkish kembali.

 
ASII Chart by TradingView

"Maka dari itu ekonomi juga akan terjaga karena di support daya beli konsumsi rumah tangga, dan seharusnya ekonomi di kuartal IV bisa lebih baik lagi dibandingkan kuartal III yang di bawah 5%," jelasnya.

Meskipun memang, di sisi lain tren suku bunga yang tinggi kerap menyebabkan saham ASII mengalami pelemahan, kendati kinerja fundamental positif. Namun, ia tetap mempertahankan outlook positif untuk saham ASII.

Analis Indo Premier Sekuritas Giovanni Dustin dan Michelle Nugroho juga berpandangan, outlook segmen otomotif ASII positif. Ini berkaca dari volume penjualan yang solid secara kuartalan (QoQ).

Volume penjualan 4W ASII mencapai 143 ribu unit atau tumbuh 12% QoQ di kuartal III 2023. Ini seiring dengan pangsa pasar yang meningkat menjadi 58% yang naik dari kuartal II 2023 di 57% dan secara tahunan (YoY) juga naik dari 55%.

Penjualan 2W juga tetap kuat, meskipun terjadi koreksi secara kuartalan. Volume penjualan 2W sebesar 1,1 juta unit atau turun 6% QoQ, yang beriringan dengan penurunan pangsa pasar 2W menjadi 73% atau turun dari kuartal II 2023 di 85% dan kuartal III 2022 di 79%.

"Kemungkinan besar dipengaruhi oleh masalah eSAF," katanya.

Baca Juga: Analis RHB Sekuritas Rekomendasikan Buy ASII, Cek Penjelasannya

Secara keseluruhan, Indo Premier Sekuritas juga melihat prospek yang positif ASII dari hasil kinerja selama sembilan bulan kemarin. Ia pun memperkirakan pendpatan ASII masih akan bertumbuh, tetapi terbatas mengingat ada koreksi pada pangsa pasar 2W dan harga komoditas yang lebih rendah.

Pendapatan ASII diproyeksikan sebesar Rp 305,79 triliun atau tumbuh 1,46% YoY. Sementara laba bersih diperkirakan tumbuh 19,14% YoY menjadi Rp 34,48 triliun.

Pertumbuhan laba bersih seiring kontribusi laba dari segmen keuangan dan agribisnis yang membaik.

Pertumbuhan pada segmen keuangan didorong akselerasi penyaluran kredit dari pembiayaan konsumen dan pendapatan underwriting dan investasi yang lebih tinggi dari asuransi umum dan agribisnis didorong naiknya volume penjualan serta normalisasi beban pokok produksi karena biaya pupuk yang lebih rendah.

Indo Premier merekomendasikan hold ASII dengan target harga Rp 6.800/saham. Sementara Nafan merekomendasi accumulate dengan target harga Rp 6.375 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari