KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga saham PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) tengah tertekan. Dalam beberapa hari perdagangan terakhir, saham emiten yang terafiliasi dengan taipan Prajogo Pangestu ini terus merosot. Saham TPIA sempat bergerak liar di penghujung tahun 2023. Bahkan, Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat menghentikan sementara (suspense) terhadap ini pada 22 Desember 2023. Namun, saat ini penguatan harga saham TPIA perlahan mulai mereda. Bahkan, saham TPIA terpantau mMelemah 4 hari beruntun sejak perdagangan Jumat (5/1).
Pada perdagangan Rabu (10/1), saham TPIA ditutup melemah 5,21% ke level Rp 4.000 per saham. Malah, pada perdagangan Selasa (9/1), saham anak usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT) ini anjlok 20% sehingga menyentuh batas auto rejection bawah (ARB).
Baca Juga: Saham TPIA Sempat Bergerak Liar, Chandra Asri Pacific Buka Suara Kemudian, pada Senin (8/1) saham TPIA terkoreksi 7,86%. Dan pada perdagangan Jumat (5/1) saham emiten produsen petrokimia ini melemah 2,97%. Pada Rabu (10/1), saham TPIA sempat bergerak di zona hijau dengan menguat ke level Rp 4.220 pada awal perdagangan. Namun, pada akhirnya saham TPIA ditutup di zona merah. Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan, penguatan yang sempat terjadi pada saham TPIA disertai dengan munculnya volume pembelian. ”Namun saat ini TPIA sedang bergerak di fase downtrend-nya,” kata Herditya, Rabu (10/1). Dari sisi indikator, MACD masih berada di area negatifnya, namun Stochastic berpeluang golden cross dan menguat. Herditya merekomendasikan
trading buy saham TPIA dengan level support Rp 3.740 dan resistance Rp 4.330 per saham. Dalam paparan publik yang digelar Rabu (10/1), manajemen TPIA buka suara ihwal pergerakan liar saham TPIA. Direktur Sumber Daya Manusia dan Urusan Korporat Chandra Asri Suryandi melihat, pergerakan harga saham TPIA merupakan sebuah dinamika pasar, yang ditentukan oleh sentimen pengembangan bisnis TPIA hingga jumlah saham TPIA yang beredar di pasar.
“Tetapi faktor apa yang membuat menjadi tidak wajar, kami serahkan ke pihak-pihak otoritas seperti Bursa Efek Indonesia,” terang Suryandi, Rabu (10/1).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat