KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi akuisisi dari sederet emiten di berbagai sektor ramai tersaji sepanjang semester I-2024. Pengambilalihan seluruh atau sebagian saham perusahaan tersebut dilakukan untuk beragam tujuan. Ada akuisisi yang bersifat diversifikasi atau memperluas portofolio bisnis, ada pula akuisisi untuk memperkuat bisnis inti. Tak hanya di dalam negeri, sebagian emiten juga menyasar ekspansi ke luar negeri. Contoh terbaru ada PT Impack Pratama Industri Tbk (
IMPC) yang segera mengambil alih Mulford Holdings Pty. Ltd. dari Mulford International Pte. Ltd. Perjanjian pengikatan jual beli saham diteken pada 24 Juni 2024 dan penyelesaian transaksi dijadwalkan pada 28 Juni 2024.
Guna mengambilalih perusahaan tersebut, IMPC menggelontorkan dana sebesar Rp 808 miliar. Adapun, Mulford Holdings merupakan perusahaan yang bergerak di bidang distribusi lembaran plastik dan barang sejenisnya di wilayah Australia dan New Zealand. Dengan aksi ini, IMPC akan mendapatkan jaringan distribusi dalam waktu lebih singkat dan memudahkan perencanaan ekspansi pasar baru. "Sejalan dengan rencana memperluas ekspansi dan market usaha, Perseroan berencana menambah jaringan distribusi dan market baru di area Australia dan New Zealand," ungkap manajemen IMPC dalam keterbukaan informasi, Selasa (25/6).
Baca Juga: Kebutuhan Komponen Roda Dua Meningkat, Cek Rekomendasi Saham Dharma Polimetal (DRMA) Tak hanya IMPC, emiten lain juga mengakuisisi perusahaan di luar negeri. Contohnya PT Pyridam Farma Tbk (
PYFA) yang melalui anak usahanya mengakuisisi perusahaan asal Australia, Probiotec Limited. Nilai akuisisi yang dilakukan pada 18 Juni 2024 itu sebesar AUD 251,32 juta. Di sektor pertambangan, pada awal Juni 2024 PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) mengumumkan akuisisi terhadap Atlantic Carbon Group Inc, produsen antrasit UHG di Amerika Serikat. Kesepakatan senilai US$ 122,4 juta ini akan membuat Grup DOID memiliki empat tambang antrasit UHG yang berproduksi di Pennsylvania. Sebelumnya, ada PT Chandra Asri Pacific Tbk (
TPIA) yang berkongsi dengan Glencore Plc. untuk mengakuisisi Shell Energy and Chemicals Park Singapore (SECP). TPIA dan Glencore melalui perusahaan patungan dari masing-masing anak usahanya mengambilalih kilang minyak mentah, ethylene cracker, dan aset kimia hilir milik SECP. Di sektor telekomunikasi, ada entitas anak PT Sarana Menara Nusantara Tbk (
TOWR), yang akan mengambil alih 90,11% saham PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (
IBST). Masih dari Grup Djarum, aksi akuisisi secara afiliasi dilakukan oleh PT Global Digital Niaga Tbk alias Blibli (
BELI) terhadap Dekoruma, dengan nilai transaksi Rp 1,16 triliun. Dari emiten di sektor energi, ada sejumlah aksi akuisisi hingga tengah tahun ini. Di segmen energi terbarukan PT United Tractors Tbk (
UNTR) melanjutkan ekspansi di panas bumi, serta PT Barito Renewables Energy Tbk (
BREN) yang menambah aset pembangkit listrik tenaga angin. Selanjutnya, PT Energi Mega Persada Tbk (
ENRG) mengakusisi dua blok migas di Riau, serta PT Indika Energy Tbk (
INDY) yang mengakuisisi eksportir minyak atsiri untuk memperluas langkah diversifikasi. Contoh akuisisi lainnya dilakukan oleh PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (
EMTK) yang mengambilalih PT Cardig Aero Services Tbk (
CASS).
Baca Juga: Raih Pinjaman, Energi Mega Persada (ENRG) Beri Jaminan Gadai Saham Anak Usaha Head of Equities Investment Berdikari Manajemen Investasi Agung Ramadoni melihat akuisisi yang marak dilakukan emiten pada semester I-2024 ini menunjukkan sinyal yang positif. Ketika kondisi ekonomi dan pasar cukup menantang untuk tumbuh secara organik, strategi anorganik menjadi alternatif yang menarik. Apalagi akuisisi dilakukan pada sektor yang punya prospek apik seperti energi terbarukan, teknologi dan farmasi. "Beberapa sektor masih menjanjikan upside secara jangka pajang, dan saya kira akan berdampak positif," kata Agung kepada Kontan.co.id, Rabu (26/6). Research Analyst FAC Sekuritas Patrick Jorghy Manek sepakat, akuisisi yang dilakukan emiten pada semester I-2024 ini cukup potensial sebagai pendongkrak kinerja operasional dan keuangan emiten di masa mendatang. "Hampir seluruh akuisisi yang dilakukan bertujuan untuk memperkuat rantai operasional ataupun memperluas portofolio bisnis," ungkap Patrick. Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi mengamini akuisisi yang dilakukan dalam setengah tahun terakhir ini bertujuan untuk mencapai target perluasan pangsa pasar serta peningkatan ekosistem. Sejumlah akusisi yang berpotensi mengangkat kapasitas bisnis dan kinerja emiten di antaranya adalah IMPC, BELI dan TPIA. Hanya saja, Audi mengingatkan bahwa respons pelaku pasar terhadap akuisisi ini akan beragam. Tampak dari pergerakan harga saham emiten yang cepat mendapat respons positif dengan kenaikan harga saham saat pengumuman akuisisi, seperti TPIA dan DOID. Namun ada juga yang cenderung belum mendapat sambutan seperti BELI, TOWR dan IMPC. "Pasar juga mempertimbangkan signifikansi dampak yang diberikan terhadap emiten, sehingga bisa jadi pasar belum merespons," ungkap Audi.
Di sisi lain, Patrick menyoroti sentimen dari momentum makro-ekonomi atau faktor eksternal seperti suku bunga acuan dan nilai tukar. Dalam situasi saat ini, Patrick menilai akan lebih menarik bagi investor untuk mengoleksi saham di sektor tambang dan energi yang akan diuntungkan dari posisi dolar Amerika Serikat.
Dus, di antara emiten yang menggelar akuisisi di semester I-2024 ini, Patrick menyematkan rekomendasi buy untuk saham ENRG, buy on weakness INDY dan hold DOID. Sementara itu, Agung melirik saham DOID, INDY, UNTR, BELI dan TOWR.
Sedangkan Audi masih selektif untuk memberikan rekomendasi. Tapi secara teknikal pelaku pasar bisa mempertimbangkan saham TPIA dan DOID dengan target harga masing-masing di level Rp 9.900 dan Rp 620 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari